21 - Kami dan Kisah-Kisah Seram

34 8 0
                                    

Semua terjadi begitu cepat sampai-sampai dia berniat menemaniku lembur di gedung kejuruan. Setidaknya, dia memang berniat lembur juga sih.

Oh ya, ya, kami ternyata satu jurusan, cek di dua bab sebelum ini ya.

Gedung kejuruan memang menyediakan fasilitas lembur sampai semampu gurunya yang menemani, tapi umumnya hanya sampai jam 3 atau paling maksimal jam 4.

"Kak, bisa enggak sih kita lembur sampai maghrib?" tanyanya sambil menarik garis--terlalu tebal, tapi toh dia masih pemula.

"Katanya dulu sih bisa, ya tapi itu karena semata gurunya bisa menemani sampai maghrib."

"Tapi kok sekarang enggak bisa?"

"Ya karena kebanyakan terlalu malas atau lelah sampai maghrib, semua juga punya kehidupan."

"Bukan karena ini gedung paling angker, Kak?"

"Hah?" Aku mengangkat penggaris sebentar, lalu meletakkannya lagi di atas kertas setelah menekuni gambarku beberapa saat.

"Itu loh, kan gedung ini seberangan sama gedung paling tua yang di sebelah itu. Yang katanya ada kuntilanak namanya Mbak S."

"Oh itu, ya katanya juga emang itu sering ke sini. Tapi aku ga pernah liat sih untungnya ya."

"Hoo, mungkin itu semacam mitos sekolah gitu ya, Kak?"

"Entah mitos atau bukan, yang jelas kita tahu kalau kita tidak sendirian." Aku menghentikan aktivitasku, lalu tersenyum mengerikan--bayangkan kalian menonton anime dan tiba-tiba karakternya menyeringai sambil seakan-akan disorot senter dari bawah.

"Nggak usah nakut-nakutin, deh," ujarnya padaku. Sebelum akhirnya memajukan bibirnya sambil menarik garis--yang masih tebal--lagi.

Hmm, wajah cemberutnya manis juga ternyata.

RAMPAI: NPC's 30 Days Writing ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang