Jadi aku punya teman.
Teman sepermainan.
Tidak pakai ah ah ya, dan aku emang bingung tapi bingung soal hal lain--Andini. Mari kita sebut temanku ini sebagai C, dan dia dengan entengnya bilang:
"Kodein aja dia, pepet terus sampe ketemu saatnya kamu nembak dia."
"Kode yang kaya gimana?"
"Paling mudah sih, beliin dia jajanan yang dia suka."
Jadi siangnya, aku menemaninya ke kantin, beliin jajanan yang dia suka--rahasia biar tidak ada tikung-tikungan di antara kita ya--terus ya, ngobrol-ngobrol aja gitu.
Tapi, apa emang kodratnya cowok gak bisa ngode? Karena setelah sampai rumah itu aku merasa bego, karena selama ini ... selama ini kita emang sering traktir satu sama lain.
Jadi, singkat kata, hal itu sudah natural dan tidak terasa seperti sebuah "kode".
"Cara kedua, temenin dia bikin tugas," ujar C esok harinya.
Jadi, kami ke perpustakaan dan berkutat dengan setumpuk buku, esoknya lagi kami lembur gambar di studio, dan esok-esoknya lagi.
Sekali lagi aku merasa bodoh karena kegiatan nemenin bikin tugas itu juga kegiatan rutin yang natural.
Aku menunggu cara ketiga apalagi besok yang akan diberikan oleh C.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAMPAI: NPC's 30 Days Writing Challenge
DiversosRam.pai: Campuran atau kumpulan berbagai macam (buku, bunga, dan sebagainya) - KBBI V. Buku ini adalah kumpulan cerpen atau opini atau mungkin hanya enam kata dalam satu kalimat yang mulai dibuat mulai bulan Agustus 2018. Multi genre, multi interpre...