IX

1.5K 288 2
                                    


Semua buntu! Tidak! Aku tidak tega melihat gurat kesedihan itu menghiasi wajah adikku, Hyunno. Beruang Kecil itu yang paling bersemangat menyatukan Umma dan Appa, kami sudah melakukan apa yang kami bisa selama beberapa waktu kemarin, hasilnya? Sedikit mengecewakan memang. Tetapi apa yang bisa kami lakukan? Terbang ke Jepang untuk menemui namja bernama Kim Hyun Joong agar dia mau mengatakan alasan perpisahan orang tua kami?

Tidak semudah itu.

Umma tidak akan mengijinkan kami pergi ke Jepang sendirian walaupun kata Beruang Kecil kakek dan nenek kami dari pihak ibu adalah Duta Besar Korea di Jepang namun bukan perkara mudah untuk mendapatkan ijin dari Umma. Terlebih aku harus mempersiapkan diriku untuk mengikuti ujian masuk ke Universitas. Beruang Kecil

Pada saat-saat seperti ini Appa dan Umma sangat memperhatikan kami. Terlalu memperhatikan hingga terkesan sedikit berlebihan memang, tetapi...

Aku bahagia.

Selama ini Hanya Halmonie yang sering menemaniku belajar. Appa jarang pulang dan menyibukkan dirinya di kantor. Aku lupa kapan terakhir kalinya aku mendapatkan perhatian Umma. Mungkin ketika usiaku dibawah dua tahun. Aku mengenal Umma hanya melalui album foto, video koleksi Appa dan cerita dari Halmonie. Aku sempat iri pada Beruang Kecil karena bisa berada bersama Umma selama hidupnya, tetapi aku juga menyadari satu hal...

... mungkin Beruang Kecil juga iri padaku yang selama ini hidup bersama Appa....

"Apa yang kau pikirkan anak muda?" tanyaAppa.

Ku lirik Appa yang sedang sibuk memeriksa laporan perusahaan yang beberapa jam lalu dikirim oleh pegawai Appa ke rumah baru kami, rumah Umma. Rumah yang memberikan kebahagiaan tersendiri bagiku.

"Kau pasti bisa menghadapi ujian besok, kau sangat pintar!"sahut Appa. Setidaknya Appa tahu kalau anaknya ini sangat pintar.

"Aku hanya takut Umma direbut orang lain!" ku lirik Ahra Ahjumma yang sedang berkutat di dapur bersama Umma.

Well, setelah pertemuan kami dengan ahjuma aneh itu, Ahra ahjumma sering sekali datang ke rumah kami untuk bertemu dengan Umma atau sekedar memarahi Appa. Aku tidak tahu kenapa tetapi sepertinya Ahra Ahjumma sangat membenci Appa. Bila berdekatan dengan Umma, Ahra ahjumma akan memasang senyum malaikatnya. Tetapi bila berhadapan dengan Appa, Ahra ahjumma seakan-akan ingin menguliti Appa hidup-hidup. Sialnya lagi Ahra Ahjumma selalu mengganggapku bayi kecil, mencubiti pipiku dan kerap kali memelukku hingga aku sesak napas. Aku benci dipeluk! Kecuali bila Umma yang memelukku. Aku sudah berkali-kali mengatakan hal itu pada Ahra ahjumma, sialnya ahjumma aneh itu tidak pernah mau mendengarkan omonganku.

Beruang kecil?

Karena dia mirip Appa... kadang Ahra Ahjumma suka berkata sedikit ketus padanya tanpa alasan. Bahkan beberapa kali Ahra ahjumma menganggap Beruang Kecil itu adalah Appa.

Adikku yang malang....

Ah, sekarang Beruang Kecil itu sedang diminta Umma membantu bibi belanja sayur dan daging di pasar tradisional dekat rumah kami. Sebenarnya aku ingin ikut agar tahu seperti apa bentuk pasar tradisional, mengingat seumur hidupku Halmonie selalu mengajakku belanja di toko swalayan atau mini market. Pasar tadisional hanya ku lihat dan ku ketahui melalui televisi saja, sayang Umma melarangku ikut dan menyuruhku untuk belajar.

Umma.... Anakmu ini sangat jenius. Sungguh!

.

.

"Apa aku harus makan di lantai agar kau berhenti memelototiku?" tanya Appa. Sepertinya Appa sedikit risih karena mendapatkan pelototan dari Ahra ahjuma sejak tadi.

✔️Jung Hyunno (Repost) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang