Musim semi terasa masih begitu dingin walaupun matahari sudah memberikan sedikit kehangatan bagi mahluk apa saja yang bernyawa. Namun sepertinya udara dingin itu tidak melunturkan niat kedua orang yang sudah lama tidak bertemu itu untuk bertukar sapa di hadapan sahabat mereka yang sudah berada dalam dekapan bumi.
Sebuah tempat yang sangat sunyi dan damai namun menyimpan keganjilan tersendiri yang tidak mampu diuraikan dengan ilmu nalar manapun yang berada di dunia ini.
Helaian lisianthus itu bergerak gelisah akibat terterpa hembusan angin dingin pertengahan musim semi. Angin yang memberikan aroma basah dan sedikit lembab, angin yang menguarkan aroma unik yang menenangkan siapa saja yang merasakannya.
"Kau akan pergi begitu saja? Tidak mau bertemu Joongie dulu?" Ahra, yeoja itu mengeratkan jaket yang dikenakannya untuk melindungi tubuhnya dari terpaan angin musim semi yang masih terasa begitu dingin. Sedikit menyebalkan memang karena Ahra kurang suka bila harus mengenakan jaket tebal yang membuatnya terlihat sedikit gendut.
"Bisa saja aku menemuinya, tetapi aku tidak menjamin kalau aku mampu menahan diriku sendiri. Bagaimana bila aku juga bertemu dengan Yunho dan kemudian menghajarnya? Bagaiman bila setelah aku bertemu Joongie aku akan memaksanya pergi dan kembali ke Jepang bersamaku?" tanya namja berambut goldenbrown itu tanpa mengalihkan tatapannya pada sebuah nisan yang bungkam di hadapannya. "Aku tidak mau ikut campur lebih jauh dalam masalah mereka. Aku tidak mau merebut Joongie dari Yunho dan anak-anak mereka. Kau tahu? Saat aku melihat wajah Changmin dan Hyunno kemarin, rasa-rasanya aku ingin menculik mereka dan menjauhkan mereka dari Yunho."
"Terdengar sangat kejam." Sahut Ahra.
"Karena itu aku memiih pergi." Hyunjoong, namja itu mengusap pelan nisan pualam pucat yang terlihat indah ketika disepuh cahaya matahari, "Kenangan itu akan ku simpan dan ku jadikan harta karunku sendiri. Bila aku tidak bisa lepas dari masa lalu maka aku tidak lebih baik daripada seekor keledai dungu." Ucapnya.
"Cih! Entah apa yang Melanie pikirkan saat dia mengatakan bahwa dia sangat mencintai orang sepertimu." Gumam Ahra.
Hyunjoong tersenyum dan mengulurkan dua buah buku sketsa pada Ahra.
"Apa ini?" tanya Ahra binggung.
"Berikan itu pada Joongie atau Yunho." Pinta Hyunjoong.
"Kenapa tidak kau berikan sendiri, huh?"yeoja itu menatap binggung Hyunjoong.
"Kau sudah mendengar alasanku tadi." Jawab Hyunjoong, "Satu jam lagi pesawatku akan berangkat. Aku harus bergegas...."
Ahra tersenyum bodoh, "Jangan bilang kau kembali ke Korea hanya untuk mendongeng pada dua anak itu?" tanya Ahra.
"Kalau sudah tahu kenapa bertanya?" tanya Hyunjoong balik yang kemudian melangkah pergi meninggalkan Ahra dan sebuah nisan dalam kesunyiannya sendiri, "Sampai jumpa lagi." Dilambaikannya tangan kananya walau Hyunjoong tahu bahwa Ahra tidak akan melihat kepergiannya.
Ahra menghela napas panjang, menatap tulisanMelanie Lee yang terukir indah di atas peremukaan nisan pualam pucat itu lekat-lekat, seolah-olah nisan itu memberikan gambaran wajah mendiang sahabatnya, "Apa kau bahagia? Ku rasa kau bahagia sekarang. Semua tidak lagi sama, bukan? Matahari dan angin yang bertiup memang tidak pernah berubah sejak dulu, akan tetap terasa seperti ini. Tetapi waktu dan takdir kita... semuanya berubah sekarang. Apa kau bisa melihatnya juga? Entah apapun yang terjadi didepan sana, aku berharap semuanya akan baik-baik saja...."
.
.
"Kenapa kau masih memedulikannya, huh? Dia sudah membuangmu Joongie!" kalimat sinis yang terlontar dari bibir Yoochun itu bisa didengar baik oleh Changmin dan Hyunno yang sedang membantu ibu mereka menyiapkan bubur untuk ayah mereka yang tiba-tiba demam lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
✔️Jung Hyunno (Repost)
FanficMemiliki wajah tampan menyusahkan Hyunno... Wajah yang menyerupai ayahnya... Ayah yang tidak pernah ia temui seumur hidupnya.