Tak lama kemudian Aldo bertemu dengan sahabatnya, Sarah. Saat hendak menuju ruang guru.
"Aldo tunggu" teriak gadis berperawakan tinggi itu.
Aldo yang sangat mengenal suara itu pun langsung menghentikan langkahnya. Lelaki tampan itu tersenyum hangat melihat sahabatnya itu.
"Iya buruan" sahut Aldo santai sangat beebeda dengan dirinya pada beberapa menit yang lalu.
"Ngapain Do bawa buku banyak banget gitu" tanya Sarah penasaran.
"Mau gue sumbangin".
Sarah mengerutkan keningnya. "Dikit banget kalo mau disumbangin".
"Ya ALLAH Rah-Rah, percaya aja omongan gue" ucap Aldo seraya menggelengkan kepalanya dan tertawa.
"Ya mana gue tahu"
"Ini tugasnya anak-anak mau gue taroh di ruang guru"
Sarah hanya ber-oh-ria.
"Do, tadi gue liat lo kayak kesel gitu waktu gue mau neriaki lo'' ucap Sarah penasaran. Ia sangat mengenal lelaki disampingnya ini yang memiliki tempramen cukup tinggi.
"Oh itu tadi ada cewek aneh disana"
"Kenapa Do, dia make make up menor atau... " belum selesai Sarah berbicara Aldo tlah memotongnya dengan tertawa.
"Lo tuh ya kalo pelajaran aja cepet tapi kalo ginian suka lemot" Aldo menyentil hidung mancung Sarah gemas.
Sarah memberut kesal sudah dua kali pagi ini ia dibodoh-bodohi oleh lelaki yang berstatus sahabatnya itu.
"Oh ya Rah, kok lo gak bareng Haris sih" tanya Aldo ketika mereka keluar dari ruang guru.
"Haris duluan" jawab Sarah singkat.
"Duluan gimana" tanya Aldo lagi yang belum menyadari kekesalan perempuan itu padanya.
"Udah ah gue mau ke kelas" ketus Sarah.
Baru saja perempuan berperawakan tinggi itu hendak melangkahkan kakinya, sebuah tangan tlah menarik tangannya.
"Iya gue minta maaf deh" Sarah tidak merespon ucapan Aldo.
"Rah" rengek Aldo seperti anak kecil sambil menggoyang-goyangkan tangan Sarah.
"Lo mau gue maafin kan, kalo gitu ada syaratnya" Sarah menaik-turunkan alisnya.
Aldo mendengus pelan " apaan jangan yang aneh-aneh".
Sarah mengangguk mantap dan menyebutkan syarat yang ternyata sangat mudah untuk dikabulkan oleh Aldo.
"Ye...ye" seru Sarah.
"Yaudah sekarang gue gue gantiin tugas Haris"
"Ayo"
Setibanya di depan kelas XI IPA 2 yang ternyata masih kosong Aldo ikut masuk ke dalam kelas tsb.
"yah masih kosong"
"Kenapa takut" Aldo menyeringai jahil kearah sahabatnya itu.
"Gak lah ya" Sarah memasang wajah angkuhnya.
"Kalo gitu gue ke kelas aja"
"Pergi sono lo, dasar coba aja Haris yang anter gue dia pasti nungguin gue tuh" Sarah terbilang perempuan yang sangat parnoan dan tentu saja Aldo tahu hal itu.
"Iya...iya...gue tungguin deh dasar bocah" Aldo menarik tangan perempuan itu agar duduk di kursi panjang di depan kelas.
Oh ya Aldo, Sarah, dan Haris adalah sahabat sejak kecil sampai sekarang. Tidak ada yang berbeda dari persahabatan ketiganya dari dulu sampai sekarang. Hanya saja sekarang mereka menjadi berdelapan di tambah Andre, Ervan, Naira, Naumi, dan Nissa.
Soal tugas yang disebut-sebut oleh Aldo tadi. Hal itu semacam rutinitas wajib bagi Haris yang menjemput dan mengantar Sarah sampai depan kelas, untuk mengantar pulang itu tugas bagi Aldo. Sarah sosok perempuan yang sangat berharga bagi keduanya. Perempuan itu slalu diperlakukan layaknya permata yang harus slalu dilindungi. Bukannya merasa terkekang Sarah bersyukur memiliki sahabat seperti Aldo, Haris, dan lima lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ONLY MY FRIENDS
Teen FictionPersahabatan seperti sebuah simponi yang melengkapi satu sama lain. Mereka saling membutuhkan, mendukung, dan menyatu satu sama lain. Saling melengkapi kekurangan dan kelebihan satu sama lain tanpa memaksa dan menghujat.