Sesampainya Sarah di rumah dalam keadaan cukup basah Kevin segera memberikan handuk kepada adiknya itu.
"Lo ngapain sih dek maen ujan gue liat Aldo bawa mobil tapi lo kok basah-basahan gini" semprot Kevin.
"Tadi ada temen yang digangguin sama preman gitu yaudah deh"
"Temen yang mana tapi lo gapapa kan gue tau lo suka nekat orangnya" ucap Kevin sambil mengikuti adiknya dari belakang.
"Inayah itu loh kak yang di mall gue sama Inayah sih gapapa tapi Aldo sama Haris luka karna tuh preman" jawab Sarah dengan nada kesal.
"Oh Inayah trus parah gak luka Aldo sama Haris"
"Gak terlalu sih" Sarah telah berdiri diambang pintu kamarnya.
"Mereka laki jadi wajar kalo ngelindungi kalian yang cewek jangan terlalu khawatir mereka gak selemah yang lo kira dek" pesan Kevin. Ia sangat mengerti bagaimana kedekatan ketiganya. Sekarang pun ia tahu jika adik semata wayangnya ini sedang khawatir.
Sarah menghela napas panjang. "Thanks kak kalo gitu aku ganti baju dulu ya" Kevin mengangguk dan mengelus bahu adiknya itu sebelum memasuki kamarnya.
"yaudah sana jangan sampe sakit, kakak juga mau pergi ketemu sama temen entar bilangin mama ya" Sarah mengangguk mengertu dan mengecup singkat pipi kanan kakaknya itu. Hal itu sudah biasa dilakukan bagi keduanya.
"Kakak pergi ass..." Kevin pun mulai menuruni anak tangga.
"walaikum..."
Sarah segera mandi dan mengganti pakaiannya. Ia mengenakan jeans panjang berwarna hitam dipadukan dengan sweater pink. Ia berencana pergi ke rumah Aldo sesuai janjinya dengan ketujuh sahabatnya.
Perempuan bersurai hitam legam itu memilih menggunakan sepeda menuju ke rumah Aldo mengingat rumah lelaki itu hanya berada di blok yang beda dengannya.
Sarah memasuki rumah megah bergaya klasik itu. Tak ada yang berubah dari rumah ini. Sarah tersenyum melihat salah satu pigura yang menampilkan tiga buah keluarga. Disana terlihat tiga anak laki-laki dan dua anak perempuan beserta tiga pasang orang tua mereka. Mereka adalah keluarga Aldo, Haris, dan Sarah. Foto itu diambil saat mereka masih kecil.
Setelahnya Sarah langsung menuju taman belakang.
"Kemana aja buk baru dateng" tanya Andre.
Sarah hanya mengendikkan bahunya acuh dan mengambil posisi disebelah Nissa dan Ervan. Mereka tengah duduk di gazebo sekarang.
"Telat bentar aja biasanya juga lo yang telat" ejek Sarah sambil meraih cemilan dihadapannya.
"Yang jarang telat mah beda" pasrah Andre dan yang lainnya tertawa.
"Oke fix sekarang gue tanya kenapa sama lo berdua tuh bibir robek gitu sama tangan lo kenapa juga Al" tanya Naumi tak sabaran sedari tadi gadis bersurai coklat alami itu terus menyakannya dan hanya dibalas endikkn bahu.
"Iya Al Ris lo berdua kenapa sih"
"Berantem"
"WHAT!!!" Pekik Naira, Naumi, dan Nissa.
"Alay lo bertiga" cibir Andre membuat ketiga gadis itu melemparnya dengan bekas bungkus camilan.
"Kalo lo yang berantem kita gak heran itu mah udah langganan " Andre me dengus kesal sedangka. Sarah terkekeh geli.
"Ketawa aja Rah ketawa" Sarah membekap mulutnya dengan kedua tangannya. Dirasa cukup gadis itu mengacungkan jari tengah dan telunjuknya bersamaan.
"Tapi serius kalian dihadang, dikeroyok, atau gimana bisa sampe kek gini" kini Ervan yang angkat suara.
"Sebelum di jawab kalian menangkan? Iya dong?" Andre menaik turunkan alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ONLY MY FRIENDS
Teen FictionPersahabatan seperti sebuah simponi yang melengkapi satu sama lain. Mereka saling membutuhkan, mendukung, dan menyatu satu sama lain. Saling melengkapi kekurangan dan kelebihan satu sama lain tanpa memaksa dan menghujat.