Setelah kejadian itu Sarah buru-buru meninggalkan kediaman Aldo. Ia bahkan tidak peduli dengan ajakan Haris sebelumnya. Perempuan bertubuh mungil itu hanya memikirkan cara untuk melangkah meninggalkan kediaman sahabatnya itu.
Sesampainya di rumah Sarah duduk di teras sambil memegang dadanya. Gadis itu menghela napas berkali-kali.
"Gue kenapa sih kek gini" Perempuan itu memejamkan matanya sambil menghela napas berat untuk kesekian kalinya. Ia berusaha meredakan detak jantungnya yang menggila.
Dirasa telah cukup ia pun masuk ke dalam rumahnya. Malam ini sepi karena hanya ada dirinya, Kevin, dan bik Yati dirumah.
"Non baru pulang? Mau bibi siapin makanan? " tanya bik Yati ketika Sarah berada di tangga kedua.
"Iya bik baru pulang, bik Yati istirahat aja entar kalo laper Sarah ambil makan sendiri bisa kok" setelah melihat bik Yati mengangguk dan pamit Sarah kembali melanjutkan langkahnya.
Kali ini ia berdiri di depan pintu kamarnya. Sebelum masuk ia melirik pintu kamar di sebelahnya.
"Cerita gak ya"
"Gak usah kali ya"
"Tapi kok kayak ngeganjel. Bodo amatlah" Sarah bermonolog sendiri dan berakhir dengan membuka pintu kamar di sebelahnya tanpa izin dar sang empunya.
Perempuan berambut hitam legam itu langsung merebahkan dirinya di kamar bernuansa abu-abu itu.
"Kalo masuk ketuk pintu dulu napa, dek" ucap Kevin yang tengah berkecimpung dengan tugasnya.
"Maaf kak"
Jelas lelaki bertubuh atletis itu tahu jika adiknya sedang dalam kondisi menginginkan teman bicara. Lelaki itu sudah biasa mendengarkan cerita saudara perempuannya itu mulai dari hal kecil sampai hal besar sekalipun akan Sarah bicarakan padanya. Tentu, dengan senang hati ia akan menjadi pendengar yang baik.
"Mau cerita" tanya Kevin seraya memutar kursi belajarnya kearah saudaranya itu. Terlihat Sarah sedang menatap langit-langit kamarnya. Seolah menimang-nimang sesuatu.
"Kak temen ku ada yang suka sama sahabatnya itu hal bisa gak sih" Kevin sedikit tersentak dengan pertanyaan adiknya itu. Ia menyenderkan tubuhnya di kepala kursi.
"Menurut gue orang yang baru kenal aja bisa langsung suka apalagi yang udah lama kenal" Sarah langsung bangkit dari tidurnya. Kevin menaikkan salah satu alisnya.
"Jadi gak salah kan" tanpa sadar terdengar nada bahagia dan lega dari ucapan sadudarinya itu dan sepertinya saudarinya tidak menyadari hal itu.
Kevin tersenyum misterius untuk beberapa detik. "Emang siapa"
"Ada temen"
"Temen yang mana"
"Ada pokoknya kepo banget sih" jawab Sarah kesal dan takut tentunya.
"Oke sekarang gue yang kasih lo pertanyaan"
"Iya"
"Lo, Haris, Aldo udah sahabatan dari kecil kan"
"Iya"
"Lo sayang mereka, kan"
"Iya"
"Lo gak mau mereka khawatir, kan"
"Iya"
"Apalagi itu Aldo"
"Iya" benar adanya jika gadis berambut hitam legam itu tidak ingin membuat para sahabat ataupun orang terdekatnya khawatir. Begitu pun dengan Aldo, ia tidak tahan dengan omelan Aldo ketika lelaki itu marah.
"So lo suka Aldo, kan"
"Iya"
"Yup gue tahu siapa yang tadi lo omongin" mendengar itu mata Sarah membulat sempurna sedangkan Kevin telah terbahak karenanya. Baginya Sarah terlalu payah untuk menyembunyikan sesuatu. Ia tahu dengan benar hal itu.
"Pertanyaan lo ngejebak" protes Sarah dengan bersedekap dada dan memalingkan wajahnya. Ia yakin jika wajahnya memerah sekarang. Sarah menghentakkan kakinya karena Kevin tak kunjung meredakan tawanya dengan jesal ia keluar kamar saudaranya itu.
"Lo aja dek yang gak peka sama sekeliling lo tapi sekarang gue seneng lo udah gede" gumamnya.
Di kamarnya Sarah merutuki mulutnya yang tidak dapat diajak bertoleransi.
"Bego kenapa juga gue pake acara keceplosan entar kalo kak Kevin ngadu sama Aldo gimana"
"Ah bodo amatlah njir gue gak peduli tapi kalo iya gimana dong"
Sarah bermonolog sendiri di depan cermin. Ia tidak lagi mempedulikan ponselnya yang telah bergetar dari beberapa menit yang lalu. Gadis perperawakan tinggi itu sangat sibuk dengan pikirannya.
Sarah menatap pantulan dirinya di cermin. Perempuan itu memegang dadanya.
"Apa rasa ini benar adanya"
Di saat kalian merasa tidak yakin akan suatu hal cobalah untuk berbagi kepada orang yang kalian percaya
Setidaknya dengan begitu kalian tidak akan merasa sendiri.
-Sarah Aura Widjaya-
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ONLY MY FRIENDS
Teen FictionPersahabatan seperti sebuah simponi yang melengkapi satu sama lain. Mereka saling membutuhkan, mendukung, dan menyatu satu sama lain. Saling melengkapi kekurangan dan kelebihan satu sama lain tanpa memaksa dan menghujat.