Waktu istirahat telah tiba semua murid mulai keluar dari kelasnya masing-masing.
Setelah bu Ayu keluar dari kelas XI IPA 2 dengan cepat Aldo memasuki kelas itu. Para perempuan disini sedikit takut untuk memberikan tatapan memuja secara terang-terangan mengingat sosok Naumi cukup membuat mereka bergidik.
"Rah ke perpus yuk" ajak Aldo.
"Tapi gue mau ke kantin ya kan Nis" Sarah sedikit mendelik kearah Nissa berharap perempuan itu mengerti.
"Takut Rah" jawaban jujur Nissa itu membuat Aldo terbahak sedangkan Sarah memejamkan matanya sebentar.
"Lo salah ngajak orang Rah" sahut Naira.
"Lagian kenapa kayak meng..."
"Ayo Do" potong Sarah cepat seakan tahu ucapan apa yang akan terlontar dari mulut Naumi.
"Kenapa Sarah Do" tanya Naumi melihat Sarah yang berjalan cepat kearah pintu.
"Biasa lah gue duluan" Aldo segera menyusul langkah perempuan di depannya.
"Rah tungguin aelah" ucapnya.
Sarah memelankan langkahnya membuat Aldo berada disampingnya dengan cepat. Namun, gadis itu memberi jarak sekitar semeter. Aldo yang melihat itu menarik lengan gadis tersebut agar mendekat padanya.
"Gak usah jauh-jauh kali"
"Gue gak mau di liatin sama fans lo" Sarah kembali menjauh.
Sontak Aldo memberhentikan langkah kakinyadan menarik lengan Sarah.
"Apaan entar orang-orang pada ngeliatin kita" tolak Sarah. Padahal jelashjelas koridor menuju perpustakaan tengah sepi.
Aldo memegang kedua bahu gadis itu. Membuat Sarah mau tak mau mendongak.
"Lupain aja yang kemarin"
"Apaan"
"Gak usah kode gitu juga kali" Sarah membalikkan tubuhnya memunggungi Aldo.
"Iya maaf kita lupain aja soal kemaren oke" lanjutnya.
Sarah membalikkan tubuhnya seraya menaikkan jari kelingkingnya. Aldo dengan cepat menautkan kelingkingnya.
"Kayak anak kecil aja" Aldo mengelus puncak kepala Sarah.
"Bodo" balasnya yang semakin membuat Aldo tertawa.
🌸🌸🌸
Semua siswa telah pulang dari sejam yang lalu. Namun, Sarah masih menunggu Aldo yang masih bermain basket seorang diri.
Entah kenapa lelaki itu ingin sekali bermain basket hari ini sedangkan teman-teman yang lain sudah pulang semua. Aldo melihat Sarah mulai bosan menunggu. Akhirnya ia menghentikan permainannya.
"Capek" ucap Sarah seraya memberikan air mineral.
"Ga sih gue liat lo udah bosan, pulang yuk"
Mereka langsung menuju parkiran. Aldo pun menginjak pedal mobilnya. Tapi saat hendak keluar pagar mobil Aldo di hadang oleh beberapa orang preman.
"Aldo trabas aja" ucap Sarah panik sambil menggenggam lengan lelaki itu.
"Biarin gue turun dulu dan lo jangan pernah turun apapun yang terjadi" Aldo memegang bahu Sarah.
"Tapi..."
"Gak ada tapi-tapian inget omongan gue" Aldo mengelus puncak kepala perempuan disebelahnya itu.
Benar saja baru saja Aldo turun mereka langsung mengkroyok Aldo. Namun, Aldo masih bisa menghindar bahkan menyerang balik.
Sarah yang panik, khawatir, dan takut dalam keadaan seperti ini menahan semuanya dengan menelpon polisi.
Bugh
Tubuh Aldo tersungkur kedepan. Lelaki itu melirik tajam seseorang yang memukul tubuhnya dari belakang.
"Nih buat lo yang berani-berani ngehajar adek gue" ucap seorang diantara mereka. Bersamaan dengan itu
Jrep
Sebuah pisau mendarat sempurna di perut Aldo. Ia merintih kesakitan karena nyatanya tak cukup melihat pisau menancap ditubuh siswa SMA itu. Tiga orang lainnya masih menyerang Aldo."Aldo" pekik Sarah dari dalam mobil. Ia benar-benar takut dan khawatir sekarang. Bahkan ia mulai menggigiti jari-jarinya dengan air mata yang terus saja meluncur bebas di pipi tirusnya.
Sungguh saat ini ia ingin sekali turun. Tapi, jika ia melakukannya lelaki itu akan marah besar padanya sedangkan di satu sisi darah segar terus saja keluar dari perut Aldo.
Mendengar teriakan dari dalam mobil salah satu dari empat orang preman itu menyipitkan matanya untuk mempertajam penglihatanya.
"Bos ada cewek tuh" ucap salah seorang diantara mereka kepada lelaki yang mengenakan jaket levis sobek-sobek.
"Mau ngapain lo" ujar Aldo dengan sisa tenaganya sambil terus memegang perutnya.
"Gue mau main-main lah"
"BRENGSEK"
Aldo hendak bangun tapi, dadanya diinjak begitu keras. Saat orang itu hendak melangkah mendekat kearah mobil dengan sekuat tenaga Aldo membalikkan tubuhnya dan menarik kaki orang tsb.
"Jangan ganggu dia" lirih Aldo.
Mereka semua tertawa keras. Salah satu dari mereka jongkok di samping tubuh Aldo yang mulai melemah setiap detiknya.
"Emang lo siapa ngatur-ngatur gue" ujarnya seraya menepis kepala Aldo.
Lelaki berjaket Levis itu pun berdiri namun, tangan Aldo terus mencekal kakinya dengan keras ia menghentakkan kakinya dan menginjak tangan kiri Aldo berulang kali.
Aldo memejamkan matanya menahan sakit di seluruh tubuhnya yang mulai kehabisan tenaga itu.
"Ya Allah lindungilah Sarah, jagalah dia hamba mohon"
Di saat darah terus mengalir keluar meninggalkan tubuhnya. Seorang lelaki masih saja memikirkan dia, perempuan yang di sayanginya. Perempuan yang selalu bersamanya sejak 15 tahun lalu. Perempuan yang selalu berusaha untuk ia lindungi. Ya dia Sarah Aura Widjaya. Sahabat kecil yang mengalihkan dunianya.
Sementara itu di dalam mobil sport hitam seorang perempuan duduk dengan gelisah. Tubuhnya bergetar dengan cairan bening yang terus saja berdesakan keluar dari persembunyiannya.
"Ya Allah jagalah Aldo kuat kan ia hamba tak ingin kehilangan dirinya hamba mohon"
"Maafin gue Rah maafin gue" gumam Aldo sebelum semuanya nampak gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ONLY MY FRIENDS
Teen FictionPersahabatan seperti sebuah simponi yang melengkapi satu sama lain. Mereka saling membutuhkan, mendukung, dan menyatu satu sama lain. Saling melengkapi kekurangan dan kelebihan satu sama lain tanpa memaksa dan menghujat.