Struggle - 4

940 88 75
                                    

Putar musiknya di tempat yang ada tanda ini °°°°°°
Dan harus di putar
.
.
.
.
.

" Emm, kamu kok sendirian . . . Woojin mana ? " pertanyaan itu, pertanyaan yang sangat tidak ingin di dengar Jihoon.

Jihoon hanya menggeleng pasrah. " Dia . . . Dia lupa sama aku "

" Maksudnya . . . " tanya Jinyoung bingung

Jihoon tersenyum. Lebih tepatnya senyum yang dipaksakan " Dia kehilangan ingatannya "

Jinyoung hanya mengangguk " Emm kamu mau pulang . . . Biar aku antar sekalian "

Jadilah Jinyoung dan Jihoon pulang bersama. Selama di perjalanan tak ada sama sekali percakapan di antara mereka.

Beberapa menit berlalu akhirnya mereka berdua telah sampai di rumah Jihoon. Jinyoung langsung berpamitan karena ia ada urusan penting dikantor nya. Jihoon membuka pagar rumahnya dan masuk. Dia terlihat lesu hari ini. ia masih memikirkan Woojin. Namun saat ia mendongakkan kepalanya, betapa terkejutnya ia saat mendapati sosok yang selama ini ia rindukan tengah duduk di teras sambil memain-mainkan kelopak bunga casablanka lili yang ada di tangannya. Tubuhnya seketika mematung tatkala melihat senyum yang begitu manis dan yang selalu ia rindukan terpampang nyata di matanya. Sepersekian detik mereka hanya saling memandang, tak ada percapakan yang berarti di antara mereka. Masing-masing dari mereka tengah bergelud melawan hujaman jantung yang terus menusuk-nusuk.

Jihoon memutuskan untuk masuk begitu saja melewati Woojin, ia tak sanggup untuk menatap kedua mata kekasih yang melupakannya saat ini. Ia tak mau lagi terperangkap dalam luka yang terus menorehkan rasa perih di hatinya. Namun saat tangan Jihoon meraih kenop pintu satu tangan besar telah menumpuk di atas tangannya yang mungil. Kembali. Ia mematung memandangi tangan itu. Tangan hangat yang selalu membelai mesra pipi nya. Dulu.

" Park Jihoon . . . Jangan masuk dulu "

Jihoon melepaskan tangan nya dari kenop pintu dan berbalik kearah Woojin tanpa memandang kedua obsidian hitam milik Woojin. Ia tak mau memperlihatkan airmata yang kini telah terjatuh membasahi pipi cubby nya.

Woojin mengangkat kepala Jihoon. Sungguh berat baginya untuk memandang wajah damai Woojin walaupun jauh di hatinya ia sangat merindukan wajah itu.

" Park Jihoon, bukalah matamu dan berhenti menangis " Woojin mengusap air bening yang ada di kedua pipi Jihoon dengan jari telunjuknya. Sungguh inilah yang selalu Jihoon inginkan merasakan belaian lembut Woojin yang selalu membuatnya merasa tenang. " Park Jihoon tataplah mata ku "

perlahan kedua manik mengkilap Jihoon terbuka untuk memandang mata Woojin yang terus memancarkan kehangatan cinta. Ia melihat kilat kesakitan terpancar di kedua bola mata tajam kekasihnya. Jihoon berusaha untuk tidak mengalihkan pandangan dari Woojin. Ia ingin memandangnya lebih intens kesana.

" Berhentilah menangis, aku tak sanggup melihatmu seperti ini "

Jihoon semakin di buat tak karuan oleh Woojin. Bukan nya berhenti airmatanya malah semakin mendesak pertahanannya.

Woojin menyodorkan sebuket bunga casablanka lili berwarna kuning kesukaan Jihoon. Mata Jihoon membulat sesaat setelah melihat bunga tersebut. Entah darimana Woojin tau kalau ia sangat menyukai bunga ini. Tapi terlebih dari semua itu. Ia seakan mendapatkan kembali kekasihnya yang telah lama hilang. " Darimana kau tau kalau aku menyukai bunga ini " ucap Jihoon datar

" Kau tak perlu tau itu . . . Aku kesini hanya ingin memberikan ini padamu "

Setelah itu Woojin berlalu meninggalkan Jihoon yang tengah mematung.

" Aku tidak ingin kau dekat dengan lelaki itu " ucap nya sembari melewati Jihoon.

Jihoon hanya bisa memandang kepergian Woojin. Ia tidak bisa menahan lelaki itu untuk tidak pergi darinya walau sesungguhnya ia masih ingin bersama menghabiskan waktu seperti dulu.

Love Struggle (2park)-(2nd Book Of Goodbye)Where stories live. Discover now