Struggle - 5

895 81 28
                                    

(Back to Woojin)

Woojin mengkerutkan dahinya setelah membaca surat dari Jihoon. Walaupun ia tak mengerti arti dari isi surat ini, namun ia tetap bisa merasakan sakit yang kini tengah di rasakan Jihoon. Ia tidak ingat seberapa berarti nya ia di dalam hati gadis itu. Dan seistimewa apa ia di dalam jiwa gadis bermata indah itu. Namun dari kata perkata barisan tulisan yang rapi nan elegan yang terukir di kertas putih tersebut, ia dapat menyimpulkan bahwa dirinya lah yang sangat berarti bagi seorang Park Jihoon.

(Back to Jihoon)

Bunda berjalan kearah kamar Jihoon sambil membawa sebuah nakas berisi susu dan sandwitch. Ia sangat merindukan senyuman putri kecilnya, ia juga rindu untuk memeluk tubuh anaknya.

" Jihoon sayang, ayo mak . . . "

" PARK JIHOON . . . "

Bunda langsung menjatuhkan benda yang sedari tadi bertengger di kedua tangannya. Ia berlari secepat mungkin kearah putri kecilnya dan meraih sebuah benda mengkilap yang tergenggam di tangan Jihoon. Yah benda itu adalah pisau cutter yang sudah setia berada di atas urat nadi Jihoon yang sedikit saja tergores akan langsung memutus saluran darahnya. Bunda langsung membuang benda itu kesembarang arah lalu beralih memeluk tubuh lusuh anak bungsunya " apa yang kau lakukan sayang " ucap bunda lirih. Jihoon masih setia dengan tatapan kosong nya tanpa mengumamkan sepatah katapun " jangan bertindak bodoh seperti ini nak . . . "

" Lebih baik Jihoon mati saja bunda " ucap nya datar

" Tidak, tidak. Bunda tak ingin kau pergi sayang "

" Jihoon lelah, lelah dengan keadaan ini "

" Mana Jihoon bunda yang selalu optimis dan mana Jihoon bunda yang selalu ceria . . . Ini bukan anak bunda . . . Bunda tak mengenali anak bunda yang gampang menyerah " ucap bunda yang terus memeluk erat anaknya.

" Kenapa Tuhan menyembuhkan ku dari penyakit ku kalau ujungnya aku tetap menderita "

" Sayang, bunda tau kau sedang terpuruk tapi bunuh diri bukan jalan terbaik, bunuh diri tidak akan menyelesaikan masalah malah akan menambah masalah sayang . . . Dan kalau kau mati siapa yang akan memperjuangkan Woojin . . . Kalau kau memang sangat mencintainya bunda minta kau jangan menyerah, kau ingat kan amnesia Woojin tidak permanen, itu artinya dia masih bisa sembuh sayang "

Jihoon melepas pelukan bundanya dan menatap lekat tepat di bola mata hitam milik malaikat nya ini. " bunda, maafkan Jihoon . . . Selama ini Jihoon hanya menyusahkan bunda, ayah dan juga kedua kakak Jihoon "

Bunda kembali memeluk hangat tubuh Jihoon sambil mengusap rambutnya lembut " Tidak sayang itu tidak benar, kami tidak pernah merasa di susahkan olehmu, malah kami sangat bahagia karena kau telah hadir diantara kami, kau putri kecil kesayangan kami nak . . . Bunda beruntung telah melahirkan anak seperti mu "

Perkataan bunda telah berhasil mengembalikan semangat hidupnya dan mengembalikan rasa hangat di hatinya. Bodoh sekali ia karena beberapa bulan ini telah mengabaikan sosok bunda nya. Ia terus sibuk dengan pikiran kalutnya sampai-sampai mengurangi waktunya bersama keluargannya.

.
.
.

Pukul 5 sore Jihoon keluar dari singgasana ternyaman nya yaitu kamar berniat untuk menuju kesuatu tempat dimana hanya ia dan juga Woojin yang tau. Yah hanya Woojin. Tempat favoritnya bersama kekasihnya, tempat ia mengeluarkan keluh kesahnya saat ia terpuruk oleh penyakitnya waktu itu.

Tempat ini tepat menghadap kesebuah taman bunga yang mana di depannya lagi bisa untuk memandang kecantikan matahari terbenam dengan semburat senja kala yang indah. Jihoon menutup kedua jendela cakrawala nya merasakan setiap deburan angin yang menghantam lembut wajah cantiknya.

Love Struggle (2park)-(2nd Book Of Goodbye)Where stories live. Discover now