Buatlah dirimu senyaman mungkin dengan apa yang kamu miliki, apalagi ketika kamu senang dengan kata 'menyendiri'. Di mana kamarmu adalah istanamu. Zona yang tidak boleh dimasuki oleh orang asing, selain dirimu.
Val menelaah arti dari kalimat-kalimat yang tertulis di buku yang sedang dipegangnya. Jika memang Val harus membuat zona nyamannya sendiri, berarti Val harus melawan semua perkataan bibi.
Val segera menutup buku itu.
Omong kosong!
Kita hidup berdasarkan ajaran orang tua.
Itulah yang diajarkan bibi kepada Val dari kecil."Val, liat Kev ga?"
"Eh, enggak. Kenapa? Kayaknya tadi dia di sini deh,"
"Kamu sih, keasikan baca buku. Temen kamu aja kamu ga tau di mana."
"Dia bukan teman saya. Jika kalian menganggapnya teman, kalian cari saja sendiri!"
Val kesal dengan perkataan Wida yang memang sangat jelas dari raut wajahnya, kalau Wida memperhatikan Kev.
"Eh, eh, kayaknya Kev ketiduran deh di bawah pohon belakang, masa sampe sekarang dia belum masuk kelas? Mana guru mau dateng bentar lagi,"
"Lah, tadi pagi dia baik-baik aja kan? Iya kan Val?" tanya David.
Val kepikiran dengan keadaan Kev. Pikirannya dibuyarkan oleh perkataan teman-teman yang duduk di depan Val. Apakah Kev sakit? Kev tampak baik-baik saja tadi pagi.
"Oke, ga usah kasih salam. Saya akan mengabsen kalian," Pak Hano datang dengan gaya simplenya, seperti biasa.
"Pak, saya mau permisi sebentar, mau menemui Kev. Mungkin dia masih keliru dengan kelasnya,"
Val menunjuk dirinya untuk menyelamatkan Kev dari kelas itu. Pak Hano pun mengiyakan permintaan Val, yang selama ini memang dianggap sebagai anak baik dan pintar.
"Pak, saya ikut!" Wida mengunjungi dirinya lagi.
"Tidak usah! Val saja! Nilai kamu masih belum mencapai rata-rata!"
Val tersenyum sedikit melihat kekecewaan Wida yang tidak bisa menemani Val untuk menemui Kev.
"Di mana Kev? Tadi mereka bilang ada di pohon belakang. Uh, aku tidak pernah pergi ke sana."
Val nampak ketakutan untuk menuju ke sana, karena harus melewati lorong gelap dan gudang besar. Jika dalam keadaan sunyi, seperti akan ada sesuatu yang muncul dari depan.
Namun jika sudah melewati lorong dan ruangan gelap itu, pemandangan belakang halaman sekolah sangatlah indah. Ada satu pohon besar, tepat berada di tengah halaman belakang itu. Kebetulan tukang kebun memang sangat menyukai untuk menata halaman belakang, karena tidak banyak siswa yang pergi ke sana.
Val memberanikan diri untuk melewati gudang yang dibilang anak-anak cukup angker.
Krieett
KrieettPintu bergerak, mengikuti arah angin berhemus di sekelilingnya. Dingin sekali rasanya.
"Kamu mau ngapain di sini?"
Val, berteriak karena takut dan kaget setengah mati, sampai tersungkur ke lantai. Val menutup matanya, sampai gemetaran dan menangis.
Siluet hitam itu semakin mendekati Val. Matahari yang membelakanginya membuat wajah itu tidak kelihatan.
Saking takutnya, Val hanya meringkuk sambil memeluk badannya.
"Kamu.."
"Pergi kamu! Saya hanya ingin menemui temanku!" kata Val seraya menggerakkan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bread in School
Teen FictionGimana bisa jadian? Kev, jahil. Tapi perhatian banget ke Val dan malah jadi suka sama Val. Val, fokus untuk menyukai roti, bercita-cita menjadi bread traveller, kemudian sangat menyukai belajar, belajar, dan belajar, dan merindukan Kev? Hah? 😪😪...