20. Pertolongan Pertama

7 1 0
                                    

Manusia adalah makhluk sosial. Walau hatimu sungkan dan mulutmu tidak terbiasa untuk berbicara 'tolong', tapi kamu masih tetaplah manusia. Sekuat apapun dirimu, semampu apapun kamu, kamu akan tetap berkata 'tolong', baik kepada sesamamu atau pada benda di sekitarmu.

"Val, perasaan aku ga enak," ucap Kev saat tengah dalam pelajaran.

"Loh, kamu sakit lagi?" tanya Val kaget.

"Bukan sakit, tapi hal lain."

Val bingung dengan penyataan yang keluar dari mulut Kev. Perasaan apa yang dimaksud Kev?

Val kembali merasa seperti sedang diikuti setiap pulang sekolah. Saat ini Nol tidak bisa selalu menjemputnya karena harus bimbingan untuk menghadapi Ujian Nasional.

Val bingung harus menceritakan keresahannya kepada siapa. Sudah 2 minggu lebih, Val merasa diikuti. Ria yang selama ini menjadi kawan pulang pun tidak bisa berbarengan setiap hari. Belakangan ini, Ria dijemput oleh mami nya. Ah, mungkin Ria sedang bandel, sehingga orang tuanya menjadi lebih protektif.

Val tidak ingin menceritakan hal ini kepada Nol. Sudah tidak tahu lagi seberapa merepotkannya Nol untuk menghadapi masalah yang menimpa Val belakangan ini. Oh ya, belakangan ini Val memang sering mendapat masalah. Val kembali berpikir, apa ada masalah yang Val buat sehingga masalah selalu datang silih berganti?

"Apakah boleh, jika saya meminta tolong pada Kev?" ucapnya dalam hati.

***

Sejak pertemuan Kev dan Nol di mobil beberapa waktu lalu, Kev mengerti akan kekhawatiran Nol selama ini, sehingga Kev menjadi sangat ingin bertanggungjawab atas keselamatan Val di sekolah.

Setiap hari Kev memerhatikan Val. Val juga sering mendapati Kev yang tengah menatap Val. Val terkadang marah dan kesal. Terkadang juga malu, jika moodnya sedang baik. Setiap hari juga, dua bungkus roti datang menghampiri meja Val untuk dilahapnya.

"Bik Isa, tolong suruh siapapun untuk menyediakan 2 buah roti atau cake atau cookies, atau apapun itu, yang penting pastry, setiap pagi. Sebelum aku berangkat sekolah, harus udah ada. Oh, ya, rasanya harus beda-beda setiap hari. Bentuknya harus cantik dan lezat!"

Ya, begitulah cara Kev menyediakan dua bungkus roti untuk Val. (Orang kaya mah bebas. 😎)

Kev ingin sekali, jika Val meminta tolong kepada dirinya. Selama ini Val selalu berusaha untuk melakukan semuanya sendiri. Kev sadar, bahwa Val memiliki sifat sungkan, di mana Val tidak ingin merepotkan orang lain. Rasanya sudah terlalu lama Val memiliki sifat ini, sehingga sukar baginya untuk melunak. Padahal begitu banyak hal di sekitarnya yang mungkin saja membuatnya butuh pertolongan.

Kev, saya boleh minta tolong ga?

Pengirim: Val
14.53

Val?
Ada apa?
Baru saja aku memikirkannya supaya dia meminta tolong padaku.
Kev tersenyum lebar.

Ada apa?

Pengirim: Kev
14.53

Kev melihat Val dari kejauhan tengah berdiri di bawah pohon besar. Ya, Kev selalu mengikuti Val setiap pulang sekolah, sampai Val mendapat angkutan umum.

Boleh temuin saya di sini ga?
Saya lagi di bawah pohon besar yang deket taman merdeka.

Pengirim: Val
14.54

"Aku tau, kamu di sana kok," jawab Kev dalam hati.

Oke, aku ke sana sekarang.

Pengirim:Kev
14.54

Kev menancapkan gas motornya untuk segera menemui Val yang tengah menunggunya.

"Kok cepet banget nyampenya? Udah gitu kamu dari arah sana kan?" tanya Val.

"Oh, aku tadi lagi ngobrol sama si Arjun. Jadi pas kamu kirim messege ke aku, aku langsung cabut aja," jawab Kev tanpa terbata-bata.

Val terdiam kembali.

"Mau minta tolong apa?" tanya Kev.

Sepertinya Val enggan untuk berbicara.

"Gini Kev, aduh, gimana ngomongnya ya? Saya bingung dan ga enak juga," ucap Val terbata-bata.

"Bilang aja lah Val, ga usah sungkan gitu. Aku udah tobat kok, ga bakal jailin kamu lagi," ucap Kev sambil tersenyum, mencoba untuk meluluhkan hati Val.

Kev mengajak Val untuk duduk di batu trotoar dekat pohon. Kev membuka jaketnya dan menutup lutut Val, karena mereka sedang dalam posisi duduk jongkok.

"Makasih Kev," Val tampak membenahi jaket Kev di pangkuan Val.

"Oke, kamu mau minta tolong apa ke aku? Udah, bilang aja," ajak Kev lagi.

"Kev, sebenernya, belakangan ini, saya selalu diikuti orang. Ini hanya perasaan saya atau bagaimana, tapi selalu ada yang mengikuti saya sampai saya tiba di rumah," ucap Val.

Kev kembali berfikir. Kev memang mengikuti Val. Tapi, Kev mengikuti Val hanya sampai Val mendapat angkutan umum.

"Ah, perasaan kamu aja mungkin," ucap Kev.

"Udah dua minggu lebih Kev. Kecuali saya dijemput oleh kakak saya, mereka tidak mengikuti saya. Tapi, jika kakak saya tidak menjemput saya, seperti sekarang ini, saya rasa mereka sedang mengikuti saya," ucap Val sedikit berbisik. Takut jika ada yang mendengar.

"Oke, mulai saat ini, kalo kamu ga dijemput kakak kamu, biar aku yang anter kamu pulang. Gimana?" ucap Kev tanpa basi-basi.

Val kembali terdiam, menatap jalan raya di depannya. Kev pun menjadi ingat, bahwa Val tidak bisa naik motor.

"Tapi, Val, hari ini aku bawa motor. Gimana?"

Val menoleh menghadap Kev.

"Kenapa lihat aku kayak gitu?" tanya Kev.

"Saya, erm, gimana ya? Aha, saya ada ide, saya naik angkutan umum, kamu ngikutin saya aja dari belakang. Gimana?" ujar Val dengan semangat.

Kev mengernyitkan dahi, seakan tidak mengerti akan apa jalan pikiran Val. Namun Kev tidak ingin membuat Val sedih.

"Baiklah. Ya udah, jalan sana, biar aku ikutin dari belakang," kata Kev, berdiri, sambil memakai helm nya.

Angkutan umun tidak melewati sekolah, sehingga Val harus berjalan kaki menuju terminal bus. Jarak terminal bus dan sekolah tidak terlalu jauh, namun ya tetap saja, mengundang keringat.

Kev hanya mengendarai pelan motornya mengikuti Val dengan jarak yang tidak begitu jauh.

"Val, bisa agak cepat ga jalannya? Kamu ga kepanasan?" tanya Kev dari motornya.

"Iya, iya, saya akan berjalan cepat," jawab Val dari trotoar.

Val mempercepat langkah kakinya, sungkan juga, jika Kev harus kepanasan di motornya, menunggu Val sampai di terminal angkutan umum.

"Val, sampe kapan aku harus ngikutin kamu?"

"Boleh sampe rumah?"

"Tapi... Ya udah lah, besok aja dibicarain."

🏁🏁🏁🏁🏁

Bread in SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang