Walaupun dianggap egois oleh orang lain, mencintai diri sendiri bukanlah hal yang salah. Perhatian pada diri sendiri dan membela diri sendiri adalah termasuk akan mencintai diri sendiri. Di saat sendiri, seseorang dapat bebas berekspresi dan melakukan hal yang disenangi, karena mencintai diri sendiri adalah suatu kebutuhan.
"Sudah Val, aku sudah tidak apa-apa. Aku bisa pulang sendiri." Kev menepis tangan Val yang memang ingin membantunya.
"Tapi, yakin bisa? Saya mau anter kamu kok."
"Apaan, mau nganter, naik sepeda motor aja, kamu langsung gemetaran."
"Maaf. Tapi, memang itu salah saya?"
"Ya udah, kalo ngotot mau nganter. Kita naik angkot aja."
"Oke. Dengan senang hati!" Val sedikit tersenyum.
Setelah menaiki kendaraan umum, Kev dan Val langsung duduk ke bagian ujung, dan ternyata karena pas pada jam waktu pulang sekolah, kendaraan tiba-tiba penuh.
"Kev, sempit yah?"
"Iya. Tapi ga apa-apa."
Val bingung dengan raut wajah Kev.
"Kamu kenapa Kev?"
"Ga kenapa-kenapa. Ini alamat rumah aku. Kamu pasti tahu daerah itu,"
Kev memberi secarik kertas kepada Val. Perumahan Soul Motasa komplek 4 no. 19.
"Kalo naik angkot kan, pasti harus jalan lagi ke dalam perumahan? Ah, harusnya naik taksi tadi,"
"Kalo naik taksi, kamu ga ada duit buat bayar argonya. Emang kamu punya uang?" kata Kev dengan mata setengah tertutup.
"Udah diem. Kita turun sekarang. Kita naik taksi aja."
Val segera menarik Kev sebelum angkot melaju.
"Pak, kiri!" teriak Val dari dalam angkot.
"Apa sih dek, dek, baru naik, udah mau turun!" kata pak supir.
"Maaf, Pak, barang saya ada yang ketinggalan di sekolah. Ini ongkos kami," kata Val seraya memberi ongkos angkutan.
Kev dan Val berjalan sedikit ke tepi.
"Kamu masih tahan kan? Saya mau pesen Greb."
Kev jongkok dan bersender di tiang terdekat. Rasa sakit mulai menyerang di kepala Kev.
"Aku ga sanggup, Val, kepala aku sakit banget sekarang," kata Kev lemah.
"Bentar lagi ya, Kev, udah mau nyampe kok!"
Val mulai merasa bersalah kepada Kev yang sakit karena ulahnya.
Dalam keheningan suasana dalam mobil, Kev berbicara dalam tidurnya.
"Val, nanti sampe di rumah, jangan kaget ya."
"Emang kenapa?"
"Rumah aku itu besar banget!"
"Masih sempat kamu nyepelein saya, Kev! Udah, tidur!" kata Val sambil menggeser kepala Kev yang sedari tadi bersandar di bahu Val.
Val merasa kesal dengan ledekan Kev yang begitu menyepelekan Val. Padahal Val juga tinggal di rumah besar milik Nol.
"Pak, masih jauh ga?"
"Aduh, maaf dek, bapak salah ambil jalan. Malah jadi kena macet gini,"
"Jadi ga bisa cepet ya? Soalnya temen saya lagi sakit."
"Bapak usahakan cepat ya."
Kepala Kev sudah mendarat mulus di bahu Val kembali. Val merasa tegang dengan suasana itu. Kembali Val menarik nafas untuk mengurangi rasa tegangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bread in School
Teen FictionGimana bisa jadian? Kev, jahil. Tapi perhatian banget ke Val dan malah jadi suka sama Val. Val, fokus untuk menyukai roti, bercita-cita menjadi bread traveller, kemudian sangat menyukai belajar, belajar, dan belajar, dan merindukan Kev? Hah? 😪😪...