13. Hari Istimewa 1

3 1 0
                                    

Secercah harapan itu masih ada, jika kamu meyakini dan ada orang tulus yang memperjuangkanmu. Keinginanmu akan terkabul sesuai dengan kebaikan dan kesabaran yang kamu miliki.

"Kamu tahu kan, kalo aku ada janji sama kamu!!!" teriak Kev di taman belakang.

"Siapa kamu berani bentak saya!?" tanya Val dengan nada sedikit lebih tinggi.

"Aku, aku, aku pengantar rotimu setiap pagi! Se, setidaknya, setidaknya kamu menghargaiku dengan menepati janjimu!"

"Kenapa gugup? Apa yang ingin kamu lakukan dengan janji itu dengan saya?" tanya Val yang tiba-tiba penasaran.

"Sudahlah. Kamu sudah menggantikan janji itu dengan Via."

Kev tampak sangat kecewa pada Val. Sebenarnya Val juga menyesal dengan mengiyakan pertolongan Via kepada Kev.

"Apa yang kalian lakukan kemarin?"

"Sudahlah. Aku tidak mau bahas itu. Kamu tidak pulang? Mungkin sudah tinggal kita berdua di sekolah ini," kata Kev sambil memakai jaketnya.

"Baiklah."

"Mau naik motor denganku?" tanya Kev.

"Tidak. Terimakasih."

Kev masih bertanya-tanya dalam hati, entah sudah ke berapa kalinya, Val menolak ajakannya untuk naik motornya. Sudah berkali kali juga Kev menanyakan apa alasan di balik itu, namun Val tetap menutup rapat mulutnya.

"Val, kita barengan. Aku anter kamu sampe rumah kamu. Jangan menolak!" paksa Kev sambil menarik tangan Val.

"Apaan sih kamu, Kev!"

Kev seketika teringat dengan perkataan Via kemarin. "Sial," pikir Kev.

"Saya ga mau naik motor, Kev!" mohon Val.

"Kamu kenapa ga mau naik motor, hah? Kan aku yang bawa juga. Apa aku ugal-ugalan? Enggak kan?" tanya Kev yang merasa sedikit geram.

Val hanya diam. Tidak menaiki motor itu.

"Jadi kamu maunya gimana pulangnya?"

"Biar itu jadi urusan saya, Kev! Kenapa kamu tiba tiba begini? Memaksa saya denganmu untuk pulang?"

"Baiklah, jika itu maumu."

Kev segera meninggalkan Val dengan motor besarnya. Kev hanya berharap Val baik baik saja sampai di rumah. Selama perjalanan, Kev hanya memikirkan, apa yang akan dilakukan Via terhadap Val.

...

"Kev, aku suka padamu."

"Terimakasih. Tapi aku tidak menyukaimu. Jadi berhentilah," jawab Kev.

"Kenapa kamu tidak menyukaiku? Aku cantik, kaya, dan pintar. Apa yang kurang dariku?"

"Kamu bukan tipeku. Jelas?" jawab Kev singkat.

"Ahh, kamu membicarakan Val rupanya?" akhirnya Via menyadari.

"Lalu apa maumu?" tanya Kev.

"Kamu menyukai Val ternyata. Terlalu jelas Kev!"

"Kamu terlalu jelas menyukaiku. Oh, tidak, bahkan aku melihat, ada maksud yang tersembunyi. Apakah aku betul Via?" jawab Kev sambil melepaskan genggan tangan Via.

"Aku menyukaimu. Aku tidak suka melihatmu dengan Val. Val tidak menyukaimu Kev!"

"Akan aku buat dia menyukaiku dengan caraku. Sebaiknya kamu menjauh dari dia dan jangan berbuat hal bodoh terhadapnya!" ancam Kev.

"Wow, kamu sudah dewasa Kev. Padahal kamu terkenal dengan keusilanmu, sampai Val pernah benar benar membencimu,"

"Val yang telah mengubahku. Jadi, jangan sampai kamu menyakitinya! Melihat kamu berani terang-terangan untuk melakukan (mengakui perasaanmu) ini, ternyata kamu cukup pemberani dan nekat."

Bread in SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang