16. Suasana Hati Val

3 1 0
                                    

Di dunia ini, ada saja yang membuat orang lain iri terhadap dirimu. Bukan karena kelebihanmu ataupun apa yang kamu punya. Kekuranganku adalah kelebihanmu, maka itu yang membuat iri. Bukankah kamu harus melakukan berbagai cara untuk menutupi kekuranganmu? Lakukan dengan positif!

"Terimakasih Val, sudah mau mengundang kami di pesta ulang tahunmu kemarin. Kami sangat senang," kata Ria pada Val yang juga telah dikelilingi oleh teman sekalas lainnya.

"Ah, terimakasih juga, kalian mau datang," jawab Val untuk mengucap terima kasih.

"Rumahmu besar sekali Val! Aku tidak menyangka, karena selama ini kamu terlihat sederhana," kata teman Val yang lainnya.

"Itu bukan punya saya . Rumah itu punya ibu saya," jawab Val sudah sudah mulai risih dengan beberapa pertanyaan yang menurutnya mengganggu.

Ria melihat hal itu mengerti dengan situasi yang dihadapi Val. Pasti tidak nyaman.

"Udah. Kalian ini, hanya karena rumah Val besar, kalian ingin dekat-dekat dengan Val. Udah, bubar! Bel udah bunyi!" usir Ria.

Via hanya menatap benci pada Val yang kini begitu disukai teman temannya.

"Akan kubuat kamu tidak disukai oleh mereka, Val! Lihat saja!"

Kev masuk sedikit terlambat, sesudah bel berbunyi. Untung saja, guru belum masuk ke kelas.

Kini Kev tidak sempat menitipkan roti pada Ria karena sedikit terlambat. Kev hanya memasukkan dua bungkus roti itu ke dalam laci Val.

Val tidak bisa menolak begitu saja roti yang begitu disukainya, karena roti yang diberikan Kev begitu lezat dan selalu berbeda baik dari segi rasa, maupun teksturnya. Namun, Val tidak berani untuk mengucapkan terimakasih selama ini karena situasi yang kini terjadi di antara mereka berdua.

"Tumben terlambat Kev," tanya David.

"Ga usah tanya tanya. Kalo aku sakit, emang kamu mau apa?" tanya Kev lagi pada David.

Val mendengar pernyataan dari mulut Kev dan mulai sedikit memperhatikan Kev. Takut jika Kev sakit. Di saat yang sama, Kev melirik Val yang sedikit cemas. Kev tersenyum sedikit.

Pandangan mata yang tidak sengaja itu membuat canggung. Wajah wajah itu akhirnya berpaling melawan arah yang ada.

Di sela sela guru mengajar, Val tidak dapat konsentrasi belajar karena omongan Kev tadi pagi. Tidak ingin tenggelam dalam kecemasan dan penasaran, Val memberanikan diri untuk bertanya pada Kev melalui secarik kertas yang dirobeknya dari salah satu buku tulisnya.

-Kev, kamu ga sakit kan?

•G

-Beneran?

•Y

-Beneran kan?

•Astaga, bawel.

-Terimakasih, masih memberi saya dua bungkus roti setiap hari.

•No prob.

-Kalo ada apa-apa, kamu boleh kasih tau saya . \( ̄▽ ̄;)/

Surat menyurat itu terhenti. Kev berniat untuk berhenti dan menyimpannya.

"Akan kutagih kalimat terakhirmu di waktu yang tepat," ungkap Kev dalam hati.

Aktivitas belajar mengajar berjalan lancar seperti biasanya. Bel pulang sekolah berbunyi yang menandakan pelajaran sekolah telah usai. Anak anak itu berhamburan keluar kelas dengan wajah gembira.

Bread in SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang