"Mana adek gue!" teriak Nol sambil menggebrak pintu kelas Val.
Seisi kelas kaget dengan kedatangan siswa dengan seragam lain di kelasnya.
Ria segera menghampiri Nol.
"Ka, sini aku tunjukin."
Nol segera berlari mendapati Val yang tengah terduduk di tengah lapangan rumput itu.
"Val, lu jangan nangis," dekap Nol.
"Nol, saya ga ngerti, hikss. Saya salah apa?"
"Udah. Diem. Lu kenapa? Cerita ya,"
Val mendadak berdiri, memegang tangan Nol. Menuntunnya menuju loker nya.
"Siapa yang ngelakuin hal ini!!!" Nol marah besar.
"Kami hanya melihat. Tapi kami tidak berani menyentuh apapun di sana. Darah asli, karena bau amis," kata Ria sambil menutup hidungnya dengan saputangan.
Val kembali menangis, tidak berani melihat keadaan lokernya yang penuh darah.
Nol kembali memeluk Val, dan menutupi penglihatan Val dengan dadanya yang bidang.
"Lu mau masuk kelas atau libur aja?" tanya Nol.
Val hanya diam. Nol sudah mengerti dengan sikap Val yang satu ini.
"Oke. Kita ke kelas aja. Jangan nangis lagi. Lu itu jelek, makin jelek lagi kalo nangis. Bentar lagi jam pelajaran udah mau dimulai," kata Nol tenang sambil melihat jam tangannya.
"Sini, aku temenin. Ka, nama aku Ria. Kakak bisa percayain aku kok. Aku sahabatnya Val," kata Ria.
"Oke, Ria. Gue minta tolong ya," tukas Nol sambil memegang pundak Ria penuh percaya.
Ria seem like blush. Hihi
"Seandainya gue sekolah di sini, gue bakal gampang dapetin siapa orang yang ngejahatin adek gue!" ujar Nol dalam hati.
"Ria, kalo lihat Kev, suruh dia temuin gue," teriak Nol pada Ria yang kini jauh darinya.
"Aku di sini," kata Kev yang tiba tiba muncul di belakang Nol, sebelum Ria menjawab pertanyaan Nol.
Nol melihat penampilan Kev yang berantakan, padahal masih pagi.
"Apa itu di tangan lu?!!" tanya Nol mendekati Kev.
Nol menggapain tangan Kev, lalu menghirup aroma yang ada di tangan Kev.
Nol tidak segan lagi, lalu meraih kerah Kev dan meninjunya.
Bbuuurrgghhhhh
Kev tersungkur jatuh setelah satu kepalan tangan menghampiri wajah Kev.
"Tangan lu bau anyir! Lu yang ngejahatin adek gue! Sial!" kata Nol memukul Kev sekali lagi.
Kev hanya diam.
"Gue ga mau bikin masalah di sekolah ini! Gue tunggu penjelasan lu! Brengsek!"
Seisi kelas hening dengan datangnya Val, bertepatan dengan bunyi bel pertanda masuk.
"Kamu ga apa apa Val??" tanya David.
"Saya ga apa apa kok," jawab Val dengan senyum paksa.
15 menit berlalu. Guru belum datang.
"Bu Irene ga bisa ngajar hari ini karena sakit. Jadi kita belajar sendiri dulu," ucap Bona, si ketua kelas.
Kelas kembali hening.
"Aku ambil alih sebentar," ucap Bona lagi setelah kembali berdiri lagi dari tempat duduknya.
"Kita sudah tahu apa yang sedang terjadi dengan teman kita pagi ini. Sebagai ketua kelas, saya tidak ingin ada kesalahpahaman. Saya langsung saja, siapa yang membuat loker Val menjadi seperti itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bread in School
Teen FictionGimana bisa jadian? Kev, jahil. Tapi perhatian banget ke Val dan malah jadi suka sama Val. Val, fokus untuk menyukai roti, bercita-cita menjadi bread traveller, kemudian sangat menyukai belajar, belajar, dan belajar, dan merindukan Kev? Hah? 😪😪...