8. Umpat

7 1 0
                                    

Sekali lagi, kesabaran akan ada batasnya. Kecuali kebaikan.

"Hebat bener temen lu itu! Masa cewek dibiarin pulang sendiri? Lu ga tau, kalo daerah ini jauh dari rumah kita?" omel Nol.

"Tau. Tapi gimana, dia yang mau."

"Lu ada hutang apa sama dia? Sampe mau diginiin!"

"Kemaren dia sakit karena nganterin saya ke rumah sakit, yang hujan hujanan itu. Jadi saya mau tebus kesalahan aja."

"Gue jadi pengen gampar anak itu!"

Nol mendidih dengan tingkah teman laki-laki Val yang pengecut. Hanya karena alasan sakit, dia tega berbuat hal begitu kepada adiknya.

"Kapan-kapan temuin gue sama si Kev Kev itu!"

"Kapan-kapan kan?"

"Lu ke rumah aja, biar gue jaga ibu malam ini."

Sesampai di rumah, Val mulai mengerti dengan maksud Nol mengenai Kev yang begitu pengecut. Tapi, bagi Val, ini adalah yang terakhir kalinya.

Namun, ternyata, akan tiada akhir bagi Val untuk bebas dari Kev.

"Ya ampun, kenapa nama saya harus Lalisa? Saya jadi satu tim sama Kev!" kata Val kepada Ria dengan perasaan kesal.

"Yah, jadi kamu nyalahin orang-orang yang ngasih kamu nama?" tukas Ria sambil menyantap batagor di depannya.

"Ya, enggak sih. Tapi kamu tahu? Dia anaknya jahil! Barusan aja, dia ganti tinta pena saya dengan yang sudah habis! Bayangin aja! Saya harus pinjam pena David yang, yang, begitulah sama saya. Ya, kamu tahulah, David gimana ke saya," kata Val panjang lebar.

"Sabar aja. Semester depan, kita kan bakal pindah tempat duduk," kata Ria sambil memegang tangan Val.

"Saya sedih. Saya ga tau, saya bakal dijahili apa lagi setelah ini."

"Ganteng-ganteng kok gitu ya? Pertama kali aku lihat dia srek loh, tapi setelah kamu cerita begini, agak gimana gitu ya," akhirnya Ria merespon curhat Val.

"Saya ga tau lagi Ria. Saya pasrah. Apalagi saya satu tim dengan dia di kelompok kimia nanti..."

"Jadi gimana kerja kelompok kamu?"

"Dia ngotot untuk belajar di rumahnya. Menyebalkan."

"Ya udah sih, demi nilai kamu. Lagian, kita sekelas udah tahu loh, kalo kamu itu sering dibawain roti sama Kev. Kamu kan suka roti.."

"Ria, gimana kalo kita barengan? Kamu ajak Sandi juga deh, jadi kita berempat bisa ngumpul bareng di rumah Kev."

"Yah, sayangnya kita beda judul, Val."

"Aduh!"

Pulang sekolah tiba, sudah saatnya Val dan Kev untuk belajar kelompok.

"Kita naik motor?" tanya Val yang kembali sedikit ketakutan karena trauma.

"Jadi, gimana, ini paling nyaman dan paling cepet."

Val sudah bisa menebak jawaban dari mulut Kev.

"Kita ke sini bentar, Val," ajak Kev.

"Ga mau! Kamu itu ya, hobby banget jahilin saya!" tolak Val.

"Enggak, aku ga bakalan jahilin kamu."

"Beneran nih?"

Val dan Kev berjalan di daerah sekolah yang tidak pernah dilewati Val. Val bingung dan tidak mengerti apa tujuan Kev mengajak Val ke daerah asing ini.

"Ke sini?" tanya Val bingung.

"Kita uji nyali di sini, yuk!"

Akhirnya, setelah sekian lama, Val akhirnya mengumpat.

"Kev! *njing! B*angsat! Kurang ajar kamu!"

Kev hanya tertawa.

"Wah, kamu bisa mengumpat? Untung aku ajak kamu ke sini, jadi ga ada yang denger," kata Kev sambil tertawa.

Val pergi menjauh dari Kev. Kesabaran Val sudah mencapai batas atas semua kejahilan yang Val terima selama ini.

"Kamu kenapa?" Kev mengejar Val dengan sedikit berlari.

"Kamu itu ya! Kamu kira saya ga punya batas kesabaran?! Kamu kira ini lucu hah?! Kamu udah gila Kev! Saya ga sanggup menghadapi kegilaan kamu ini!" ucap sambil menitikkan air mata.

"Gitu aja nangis."

"Gini aja. Saya beneran ga mau berhubungan sama kamu lagi. Baru beberapa minggu kita bertemu, kamu udah gini ke saya! Ga apa-apa nilai saya jelek di tugas ini. Kita ngerjain sendiri-sendiri aja. Kalo memang kamu ga mau, biarin aja saya yang ngerjain, saya bakal cantumin nama kamu di grup kita. Jangan penah ngobrol sama saya lagi."

Val pergi berlalu meninggalkan Kev. Sudah habis kesabaran Val selama ini. Sambil mengusap air matanya, Val berlari menuju gerbang sekolah yang telah kosong.

"Nol, gimana Bibi?" tanya Val kepada Nol sesampai di rumah sakit.

"Udah baikan kok. Besok udah bisa balik. Mau ngobrol sama ibu?"

"Enggak ah."

"Lu takut ya?"

Val tidak menjawab.

"Ya udah, gue temenin."

Val dan Kev masuk ke ruangan Bibi. Bibi nampak sudah tidak pucat lagi seperti dulu.

"Eh, Val datang. Gimana kabar sekolah kamu?" tanya Bibi.

"Bu, tanya kabar Val dulu gimana? Baru sekolah!" potong Nol.

"Baik kok, Bi. Bibi udah gimana?"

"Udah seger kok, Val."

"Bu, Ibu tau ga, kami itu gantian jagain ibu di sini setiap malam," kata Nol sambil menyeduh teh.

"Oh ya? Aduh, ibu jadi mengganggu belajar kalian!"

"Bu! Belajar lagi!" kata Nol gusar.

"Val itu nilainya ga boleh turun!"

"Tau! Tapi ya jangan disinggung setiap saat gitu juga dong, Bu! " kata Nol sedikit geram.

"Val, belakangan ini kamu juga ga fokus belajar kan? Pulang sekolah ga langsung ke rumah kan?" tanya bibi sedikit menginterogasi.

"Um, Val ga pulang karena ada tugas kelompok. Tapi udah selesai kok, Bi. Soalnya lusa dikumpul, makanya Val bisa ke sini hari ini," jawab Val.

Padahal, tugas kelompok itu sama sekali belum selesai.

"Lu ga bohong kan, Val?" bisik Nol.

Val hanya diam.

"Lu tu ya, sanggup bohongin ibu. Tapi kenapa lu ga sanggup bohongin gue?" bisik Nol lagi.

"Ada apa kalian berbisik seperti itu?"

"Ga ada kok Bu."

"Ya udah, kalo semuanya baik-baik saja. Val, selalu ingat kata Bibi ya!"

"Iya, Bi," jawab Val pelan.

"Bu, Ibu jangan desak Val untuk berprestasi di sekolah! Ibu itu udah terlalu banyak pikiran. Bu, gini aja, Ibu fokus aja ke kesehatan Ibu dan ke pekerjaan Ibu yang sangat Ibu cintai itu. Biar Nol yang pantau Val."

"Kamu mau apa Nol? Kamu juga perlu Ibu pantau! Kok kamu jadi sensitif gini Nol?"

"Udah, pokoknya dengerin kata Nol tadi! Ibu udah masuk rumah sakit dua kali! Ibu tahu ga, gimana perasaan Nol kalo Ibu masuk rumah sakit untuk yang ketiga kalinya?"

Ibu Nol hanya diam karena mengerti akan perasaan Nol. Hanya Ibu Nol yang tersisa, setelah Ayah Nol yang meninggal akibat kecelakaan.

"Baiklah Nol. Ibu akan selalu jaga kesehatan. Kamu gantikan Ibu untuk melihat dan menjaga Val, ya" kata Ibu Nol sambil menyambut pelukan dari Nol.

"Janji ya, Bu. Nol juga akan janji jagain Val dan juga ibu."

🏁🏁🏁🏁🏁

Bread in SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang