Pacuan

55 7 0
                                    

Keeyan POV

Aku meringis saat kapas campur alkohol mengenai lukaku. Aku berada diruang operasi sekarang. Peluru panas yang tertanam dilengan kiriku, membuatku merasakan ngilu parah.

Dokter tak membiusku, karena aku sudah mengeluarkan banyak darah. Aku menahan semua rasa sakit ini.

Seseorang telah menghubungi seokjin, ia bilang bahwa seokjin akan segera kemari bersama dad.

Aku menahan sakit yang teramat saat merasakan sebuah benda hendak tercabut dari dalam tubuhku.

"arrgghhh" air mata lolos dari mataku.

"kau gadis yang kuat." kata seorang perawat.

Aku hanya diam. Kuat darimana? Batinku.

Lalu tak lama kemudian dokter menutup lukaku. Menjahitnya dan memperbannya. Aku diberi sebuah alat untuk menyangga tanganku pada sisi bahu kananku.

Agh ini risih.

Lalu aku selesai dan keluar dari ruang operasi. Pintu terbuka. Aku mencoba mencari seokjin, dan aku melihatnya bersama dad.

Mereka langsung menghampiriku dan menanyakan kabarku. Aku hanya mengangguk, dan memejamkan mataku kembali.

.
.
.
.
.

Disinilah aku sekarang. Diruang rawat inap vip. Dad yang memilih, padahal menurutku ini tak perlu. Terlalu berlebihan.

Aku merasakan seseorang mengelus rambutku. Itu seokjin.

"Bagaimana bisa?" tanyanya.

"aku lelah. Aku lapar. Besok saja ceritanya." jawabku dingin.

Seokjin pun menjauh dan mengambil sebuah kotak bekal. Ia membukanya dan munculah sushi dengan ekstra telur dadar. Hahaha.

"sudah kuduga kau pasti lapar." katanya.

"Dad mana?" tanyaku.

Seokjin memberikan satu suapan kepadaku, hingga mulutku terasa penuh.

"Ia sedang bertemu dengan temanmu namjoon. Diluar."

'namjoon?' kenapa ia disini? Aku malas.

"ia menceritakan kepada daddy mu tentang kronologinya. Aku bahkan tak boleh keluar. Biar dad mu saja yang berbicara." kata seokjin sambil mengibas ngibaskan tangannya keudara.

Lalu ia menyuapiku lagi, hingga sushi tinggal 3 potong, perutku sudah kenyang.

"Tidurlah." katanya. Seokjin menghampiriku dan menyelimutiku.

Aku memejamkan mataku, namun saat pintu terbuka, aku mendengar suara namjoon dan appanya.

"Ah, maaf mengganggu. Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih kepada keeyan." itu suara ayah namjoon.

Aku membuka mataku dan mencoba duduk. Dan namjoon dengan sigap membantuku. Aku merasa jijik saat ia sentuh. Mengingat kejadian saat seorang gadis memanggilnya chagi.

"Terima kasih banyak telah menolong anak anakku." appa namjoon membungkukan badannya dalam dalam. Aku pun segera turun dari ranjang dan membungkuk pula. Namjoon menyentuh pundakku, dan membuatku menatap appanya.

"Kumohon, bila kau membutuhkan sesuatu katakan padaku." kata nya lagi.

"n-nde." jawabku gugup.

Pintu terbuka lagi, menampilkan appa bersama seorang perempuan yang kuketahui adalah jalangnya.

Aku segera membuang mukaku dan naik ke kasurku.

"seokjin tutupi aku dengan selimut. Aku mau tidur." seokjin mengerti perubahan sikapku. Ia pun melakukan perintaku.

Ruang Sendiri (my comfort zone)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang