I Need Somebody

347 6 1
                                    

"Kenangan diciptakan untuk dianggap"
"Kesedihan diciptakan untuk mengimbangi kebahagiaan"
"Kekalahan di tujukan untuk menemukan siapa yang berhak menerima kemenangan"
"Kebohongan ada karena sakitnya sebuah kejujuran"


Normal POV

Seokjin memondar mandirkan dirinya didekat pintu utama. Ini sudah pukul 2 dini hari namun nona mudanya belum menunjukan batang hidungnya untuk kembali kesebuah tempat yang bernama rumah.

Ia menghentka hentakan kakinya kesla saat ia melihat jam yang sudah menunjukan pukul setengah tiga pagi.

"Aish, kemana anak ini.. Membuat khawatir saja."

Ponselnya bergetar, ia langsung melihat sebuah notif masuk dari ponselnya. Ia berharap Keeyan menghubunginya memeberinya kabar. Namun ternyata...

"AISH OPERATOR KURANG KERJAAN MALAM MALAM BEGINI DIA MALAH MEMBERIKU PROMO NELPON GRATIS."

Seokjin membanting ponselnya ke sofa. Ia merebahkan tubuhnya ke sofa empuk guna merilekskan ototnya yang sudah tegang karena menunggu membutuhkan tenaga ekstra dan kesabaran.

Tak lama kemudian, Seokjin mendengar pagar bawah seperti ada yang membuka. Ia segera membuka sedikit pintu, membuat celah untuk melihat siapa yang membukanya.

Matanya langsung membulat tajam dan menyiratkan kemarahan. Sosok yang membuka pintu itu menaiki tangga, dan Seokjin membukakan pintu orang tersebut.

"Kau. Dari mana saja?" tanya Seokjin dingin. Ia menatap lawan bicaranya tajam, meminta jawaban yang sejujurnya.

"Aku berteduh. Tadi kan hujan." Keeyan menjawab dengan santai walau ia tau atmosfer aura Seokjin sangatlah dingin melebih kulkas yang menggunakan sistem inverter.

"Dimana? Kau tak bisa menghubungiku?"

"Dirumah teman. Sudahlah ponselku mati. Aku lelah."

"lelah? Memangnya apa yang kau lakukan?" Seokjin memicingkan matanya. Menelisik keanehan yang seketika dilakukan oleh Keeyan saat Seokjin mengatakan hal tersebut.

"A-anni aku t-tadi.."

"Mana gipsmu?"

Keeyan langsung mendongak "hah?" ia tergagap. "sudah kulepas. Lagian sudah enakan."

Seokjin mencondongkan tubuhnya kearah Keeyan. Ia mengendus endus layaknya seekor kucing mencium bau ikan.

"Bau parfum maskulin pria."

Keeyan terbelalak dan kangsung mendoring tubuh Seokjin. Ia menuju kamarnya dan menggebrak pintu kasar.

Seokjin yang melihatnya hanya geleng geleng kepala. Ia langsung berjalan menuju kamarnya dan tidur. Setidaknya majikannya sudha pulang tanpa lecet sedikitpun. Lecet? Kau yakin?

.
.
.
.
.

Keeyan melepas semua pakaian ditubuhnya. Ia menggantinya dengan piyama, lalu menuju kamar mandi dan mengganti bajunya. Saat diwestafel, ia melihat pantulan dirinya dicermin. Ia menyentuh bekas keganasan Namjoon malam ini. Sebuah bekas merah keunguan diatas payudaranya.

Ruang Sendiri (my comfort zone)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang