•••
I Just got one Question that you might not be ready for
•••
Semburat jingga di atas langit menghiasi suasana sore di Konoha Gakuen, angin musim gugur berhembus kencang membuat suhu udara semakin menurun. Di bawah pohon momoji seorang gadis duduk masih mengenakan seragam tanpa mantel, tidak memperdulikan udara dingin yang berhembus menyapa kulitnya, satu isakan kecil lolos dari bibir tipis itu, berkali-kali dia menghapus airmata yang sempat mengalir menuruni pipinya.
Sakura--gadis itu masih saja menangisi Sasuke karena kejadian tadi, masih tidak terima dengan apa yang menimpa dirinya saat ini, bahkan Naruto sampai kewalahan menghadapi Sakura yang seperti ini.
"Kenapa?! Apa yang aku tidak punya dan Hinata punya?! Kenapa Sasuke-kun lebih memilih dia?!" Sakura berteriak nyaring sambil memukul bahu Naruto berkali-kali, membuat yang dipukul meringis kesakitan.
"Tenanglah Sakura-chan." ujar pemuda itu, tatapan matanya meyendu saat mengingat Hinata. Sekarang juga dia tengah menenangkan dirinya.
"Hiks.. Aku tidak bisa tenang Naruto! Aku yang seharusnya bersama Sasuke-kun. Bukan gadis lemah itu!"
"Sakura-chan! Jaga bicaramu." secara spontan Naruto meninggikan nada bicaranya.
"Apa?! Kau juga membela dia? Kita bahkan tidak mengenalnya!"
"Kau tidak mengenalnya! Tapi, aku! Aku dan Sasuke mengenalnya!" Sakura sedikit terkesiap oleh nada bicara Naruto yang meninggi. Sejak dulu Naruto tidak pernah membentak ataupun berlaku kasar pada Sakura, ini adalah yang pertama.
"A-apa?"
"Jangan terlalu merasa dirimu paling spesial Sakura." ujar Naruto dengan serius seraya menatap tajam Sakura, detik berikutnya Naruto meninggalkan gadis yang tengah menatap tak percaya itu sendirian.
"Apa sebenarnya yang terjadi?"
•••
Hinata bergerak gelisah dari kegiatannya yang tengah mengerjakan tugas sekolah dari Ibiki sensei. Guru matematika yang terkenal killer di kalangan seluruh siswa Konoha Gakuen. Otaknya tidak bisa berpikir, tangannya tidak bisa menulis deretan angka dan huruf dengan benar. Bagaimana bisa dia mengerjakan tugas dengan tenang jika sejak tadi Sasuke terus saja mengganggu dirinya. Pemuda itu menarik Hinata untuk ikut pulang ke apartemennya, dengan alasan membayar karena Hinata telah menghindarinya sejak pagi.
"S-sasuke-kun, b-bisakah kau menyingkir? A-aku tidak bisa mengerjakan ini dengan benar."
Seolah tuli, Sasuke tidak mengindahkan permintaan Hinata dan masih mempertahankan posisinya yang memeluk gadis itu dari belakang. Sekarang mereka tengah duduk di atas karpet bulu nyaman di kamar Sasuke.
"S-sasuke-kun?"
"Hn." hanya gumaman tidak jelas sebagai jawaban, sesang dia masih saja sibuk menghirup aroma dari tengkuk Hinata.
Gadis itu terdiam, kedua tangannya memainkan bolpoin dengan gelisah. Sebenarnya dia ingin menanyakan perihal pertengkaran Sasuke dan Naruto yang terjadi tadi siang. Tapi, dia tidak mau membuat suasana jadi tidak enak. Namun, karena Sasuke memang peka terhadap semua tingkah laku Hinata, jadi semua pergerakan itu tidak luput dari penglihatan pemuda itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
[SasuHina]✔
FanfictionKebohongan seringan bulu yang Sasuke buat agar Hinata si gadis pujaannya tetap ada dalam pelukannya. Meskipun Sasuke tahu bahwa Hinata tidak pernah melihatnya dan lebih memilih untuk mencintai sahabat kuningnya yang tidak lain adalah Naruto. Akankah...