Pagi ini revan berangkat kantor lebih awal, dia ingin menenangkan pikirannya.
Lagipula dia sengaja menghindari melha, dia benar2 ingin menjauh dari melha.
Dia menyibukkan dirinya, pergi lebih awal dan pulang larut malam. Selalu seperti itu, hingga beberapa hari berlalu sejak kejadian malam itu.
Revan tidak ingin bertemu melha, dia ingin menghapus perasaan tak pantas yang tumbuh dihatinya.
Sejauh ini, revan memang belum bertemu melha, menatap mata indahnya, membelai rambut panjangnya dan mengecup bibir manisnya.
Ini benar2 berat bagi revan, dari pada jauh saat dia masih di london dulu.
Semakin revan mencoba melenyapkan rasa yang dia punya, rasa itu semakin MELAWAN, pada sang pemilik hati.
Hati revan, membangkang pada lisan dan pikiran revan.
Setiap malam revan memimpikan melha, membuat dia begitu menginginkan Melha.
Mencumbu, membelai bahkan ingin menjamah bagian2 tertentu.
Seperti malam ini, revan terbangun dari mimpinya. Dia merenung sejenak, begitu MERINDUNYA dia pada Melha.
Dalam mimpinya dia melihat keindahan tubuh melha, betapa dia ingin mencium punggung, bahu dan leher melha.
"Aahhhh..." Teriak revan frustasi, bagaimana lagi caranya membatasi hatinya. Hatinya masih saja berontak, rindunya terus saja mengamuk.
******
Hari2 terasa berat baginya, dikantor yang dia lakukan hanya melamun.
Sepertinya revan memiliki satu cara lagi, agar benar2 tidak TERJEBAK hanya karena sebuah RASA... CINTA...seperti biasa malam ini revan pulang larut, keadaan mansion begitu sepi. Seperti tidak ada aktifitas dimalam hari.
Revan masuk ke kamarnya, lalu mengambil air mineral di dapur.
Tak berapa lama, mamanya muncul.
"Revan, kamu baru pulang ya?" Cemas mamanya
Revan hanya mengangguk
"Iya ma" jawab nya lembut
"Revaaan, mama tau kamu sibuk. Sama seperti papa dulu, tapi mama cuma ingatin kamu untuk tetap menjaga kesehatan" khawatir mamanya tulus dan lembut
"Iya ma, makasi ya udah ingatin revan" balas revan tak kalah lembut
"Oya, 1 lagi. Jangan lupakan komunikasi keluarga, itu sangat penting" mamanya mengingat kan
"Kamu tau, beberapa hari ini melha terus saja menanyakan keadaan kamu, emang kamu gak ada kasi kabar ke melha" selidik mamanya
"Maaf ma, pikiran revan bener2 tersita pada kerjaan di kantor"
"Iya mama ngerti, setidaknya jangan buat dia khawatir van?" Mamanya mencoba memberi pengertian pada revan
Lagi2 revan hanya mengangguk, dia tidak ingin mamanya tau yang sebenarnya.
Saat mamanya akan meninggalkan dapur, revan menahannya. Sepertinya ini waktu yang tepat bagi revan untuk bicara sesuatu
"Ma...." Revan yakin dengan keputusannya
"Revan cuma mau bilang, waktu revan akan semakin banyak dihabiskan dikantor seharian. Dan revan akan semakin sering pulang telat"
"Terus.." tanya mamanya penasaran
"Revan pengen pindah ke apartemen aja ma, agar lebih dekat dan tidak memakan waktu lama jika harus pulang"
"Revan, maksud kamu.." mamanya menjeda ucapannya, dan sedikit menoleh seakan berfikir
"Jangan bilang kamu mau pindah dari rumah ini revan, kamu tau kan papa kamu tidak akan setuju"
"Justru itu ma, revan mau mama memberikan pengertian pada papa. Lagian kemarin revan udah coba bicara ke papa tentang hal ini, dan papa tidak masalah"
"Mama keberatan van, harus berapa tahun lamanya lagi mama harus berpisah dengan anak2 mama. Harus berapa lama lagi mama menyemaikan rasa khawatir seorang mama kepada anaknya saat jauh" semua mengalir dari mulut lembut mamanya, tulus...begitu tulus
"Revan gak ada maksud seperti itu ma, revan gak maksud buat mama sedih"
"........"
"Revan udah dewasa, bisa urus diri sendiri. Revan juga butuh privasi, revan janji ma, revan janji bakal sering kunjungi mama, revan bakal sering pulang kerumah buat nengokin mama" Revan menarik nafasnya dan melanjutkan ungkapannya
"Revan juga janji bakal urusi diri revan dengan benar, revan janji ma" revan memegang kedua tangan mamanya
Raut wajah mama nya begitu sedih, khawatir dari dalam hatinya
Revan masih menunggu jawaban mamanya, bagaimana pun dia ingin setuju dari mamanya
Mamanya mengangguk, tanda setuju
"Baik lah" ucap mamanya pasrah
Revan membuang nafasnya
"Makasi ma" revan memeluk mamanya
"Mungkin mulai besok revan udah pindah ma, pulang dari kantor revan langsung ke apartemen revan"
"Secepat itu van?" Ucap mamanya seperti tidak rela revan pergi
"Maaa... Bukannya tadi udah revan jelaskan" ucap revan selembut mungkin
Mamanya mengangguk
"Emmm... Ma, masalah ini jangan beri tahu ke melha ya"
Mamanya seperti ingin menjawab, namun revan memotongnya
"Revan gak mau melha memikirkan kepindahan revan, dia lagi ujian dikampus. Nanti fokusnya terbagi ma. Jika lebih tenang, mama boleh koq kasi tau ke melha"
"Baiklah, jika itu mau kamu" lagi2 mamanya pasrah
"Ya udah mama istirahat ya" suruh revan
"Mama masuk ya" jawab mamanya
Tak lama selepas kepergian mamanya, revan pun masuk ke kamarnya.
Saat hendak masuk, dia mendengar suara dari kamar melha
Revan terdiam sejenak, lalu dia berjalan kearah kamar melha
Revan masuk, dia melihat melha sedang tertidur, sepertinya melha sedang bermimpi dan mengigau tak jelas.
Revan menaikan selimut melha, dan membelai rambutnya lalu mencium keningnya
Saat hendak meninggalkan kamar melha
"Kak revan..."
Seketika revan membalikkan tubuhnya, ternyata Melha sedang bermimpi dan memanggil2 nama nya.
Revan membelai pipi Melha, seolah menenangkan nya. Tak lama melha kembali terlelap dalam mimpinya.
Revan membuang nafasnya kasar, sepertinya malam ini merupakan malam terakhir baginya melihat Melha dirumah ini.
*******
Apakah dgn menghindar semua akan lebih baik van???
Yakin van???
Vote and comment guys...!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Rasa
Romance"Eemmmmmp... kak.. eemmmppp..." revan melepas ciumannya "kak revan" teriak melha... "aku gak suka kamu jodoh2 in terus kayak gini" "ini hukuman buat kamu" kesal revan