Berhari2 melha mencoba menghubungi revan, mendatangi kantornya, menunggu di apartemennya. Namun hasilnya tetap nihil
Melha tak pernah putus asa, dia tetap berusaha, mencari jawaban yang sesungguhnya..
Hingga malam itu, melha tetap nekat berjam jam menunggu di apartemen revan hingga larut malam.
Dan usahanya tak sia2, terlihat revan pulang dan melha mendekati revan, memeluknya penuh kerinduan
Revan yang kaget, hanya mendecih sinis.
"Kenapa kakak jauhi aku? Aku gak bisa jauh dari kakak" tangis melha di tengah pelukannya
Revan melepas pelukannya, dan menatap melha
"Hay manis, kamu cantik. Sayang sekali, aku gak bisa miliki kamu" ucap revan melantur
Melha yang mendengar itu, begitu kaget.
"Kakak kenapa?"
Melha mencium aroma alkohol dari revan, ternyata revan sedang mabuk berat..
Melha agak menjauh dan mundur dari hadapan revan.
Revan mendekati melha, melha semakin mundur. Hingga melha tak dapat melangkah mundur lagi, karena tubuhnya terbentur dinding.
Revan memegang tangan melha, dia mencium paksa melha, kasar dan bergairah
Melha terus berontak, memukul2 dada revan sekuat yang dia bisa
Ciuman revan semakin membabi buta, bahkan dia mengunci tubuh melha
"Hhhemmmpp... emmphh, lepp.......... ashhh kak"
Dengan kekuatan yang dimiliki melha, dia melepaskan cengkraman tangan revan
Melha spontan menampar pipi revan kuat
Revan meringis, memegang sudut bibirnya yang berdarah
Dia tersenyum sinis kearah lain
"Kenapa kakak lakuin ini ke aku, kakak jahaaaaat" teriak melha, dan pergi meninggalkan revan
Revan yang tidak sadar sepenuhnya pun, memasuki apartemennya.
Revan begitu lelah, hingga tertidur....
###########
Yang dilakukan melha saat ini adalah menangis di sepanjang malam
Semua begitu menyakitkan, perlakuan revan terhadapnya, menyisakan luka dihatinya
Tidak ada yang dilakukannya, dia mengurung diri di dalam kamar. Panggilan dari luar tidak ada yang dihiraukannya...
Berhari2 dia mengurung diri dikamar, revan yang terus menghubunginya tak dihiraukannya
Berkali2 juga, revan mencoba minta maaf, namun seakan melha menutup dirinya sendiri. Dia belum siap bertemu revan, dan siapapun
Hingga saat jenie datang, barulah dia bangkit membukakan pintu kamarnya.
Melha tahu, mungkin saja mamanya menghubungi jenie untuk menyuruhnya datang
"Hey... Loe kenapa?" Tanya jenie prihatin
Melha masih saja menangis, tidak menjawab pertanyaan sahabat nya...
Jenie memeluk melha erat, mencoba menyalurkan kekuatan, mengusap2 punggung melha
Hingga melha terlihat lebih tenang...
"Gue siap dengerin semua cerita dari loe"
Dan akhirnya... Mengalir lah cerita itu dari mulut melha
"Gue gak nyangka kakak loe seperti itu sama loe, dan gue rasa ada yang salah sama rasa sayang kak revan ke loe mel"
"Maksud loe apa jen?"
"Apa kak revan sering cium loe, maksud gue di.. bibir" ucap jenie mengucapkan bibir
Melha mengangguk
"Oh my ..." Ucap jenie frustasi
"Gue rasa kakak loe, suka sama loe"
"Loe ngomong apa jen, gue gak ngerti"
"Kak revan suka sama loe, suka terhadap wanita bukan sebagai adiknya, adik kecilnya"
"Hahh..." Kaget melha
"Gak mungkin jen, kak revan..." Melha menggelengkan kepalanya tidak melanjutkan ucapannya
"Loe bisa buktiin ucapan gue, coba loe pikir2, dia bisa senekat itu cium loe, dengan paksa, dan gue rasa dia gak punya keberanian buat cium loe, jika dia gak lagi mabuk" jenie sambil menerawang
"Dia gak bisa mengendalikan diri sendiri, karena dibawah pengaruh alkohol" lanjut jenie
"Dan dia menjadikan alasan mabuk, tuk bisa menyalurkan hasrat nya ke elo, karena kak revan terlalu takut buat ungkapin semua perasaannya ke eloe, dan dia sembunyi dari perasaannya sendiri"
"Apa yang harus gue lakuin jen, gue takut banget, jika itu benar adanya"
"Loe gak perlu takut mel, loe buktiin dulu ucapan gue"
"Caranya?"
"Temuin dia, ajak bicara. Dan..."
"Dan apa??"
"Dan jika loe barani, loe..loe cium kak revan dalam keadan sadar, loe sadar dan dia sadar"
"Tapi jen-"
"Untuk pembuktian aja mel, loe harus liat reaksi dia seperti apa? Marah, biasa aja atau apa, loe bisa nemuin jawabannya sendiri"
"Jika semua benar, gue harus gimana, ini salah, semua salah, gak seharusnya kak revan punya rasa ini ke gue, gue adiknya"
"Gak ada yang salah sama rasa kak revan, dia terjebak rasa yang dia miliki, dia cinta sama loe mel"
Melha menangis...
"Apa loe juga suka atau cinta sama kak revan?" Ada jeda
"Apa loe siap nerima apapun itu perasaan kak revan?" Tegas jenie
"Gue gak tau jen? Gue bingung!"
"Apa loe siap kehilangan kak revan, apa loe mau liat kak revan deket dan menyayangi wanita lain"
"Gue gak bisa jen, gue gak bisa"
"Cuma loe yang tau jawabannya, loe ikuti kata hati loe. Loe akan menemukan jawaban, apa loe cinta atau gak sama kak revan"
"Gue takut, ini salah"
"Gak ada yang salah sama perasaan, jangan menyalahkan perasaan, hati kita tidak pernah meminta kepada siapa kita akan jatuh cinta, karena perasaan kita merasakan nyaman, maka hati kita akan jatuh cinta kepadanya" ucap jenie menerawang, membayangkan kisah cintanya yang rumit
Melha memeluk jenie, melha masih menangis
"Loe cari jawabannya" jenie mengusap2 punggung melha
"Dan... Loe juga harus siap apapun perasaan kak revan ke loe, loe harus terima mel"
Melha mengangguk
"Makasie jen, loe memang sahabat gue"
"Iya, loe harus semangat. Jangan seperti ini, mama papa loe bakal curiga"
Mereka melepas pelukannya
"Dan gue juga bingung tuk jawab apa, jika nyokap loe nanya ke gue alasan loe mengurung diri kayak gini"
Melha tertawa "itu tugas loe jen, tuk cari alasan lain?"
"Huuhhh..." Jenie menarik nafas panjang
Dan mereka tertawa bersama
Saling transfer semangat dan kekuatan...
Hingga tawa mereka terdengar ke luar kamar
Mama melha yang mendengarkan itu merasa lega, karena putri cantiknya mulai membaik....
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Rasa
Romance"Eemmmmmp... kak.. eemmmppp..." revan melepas ciumannya "kak revan" teriak melha... "aku gak suka kamu jodoh2 in terus kayak gini" "ini hukuman buat kamu" kesal revan