Nina terbangun dari tidurnya begitu cahaya matahari menyilaukan mata. Merasa ada bekas air mata yang mengering di pipinya, Nina langsung terjaga. Dilihatnya ranjang bayi yang ada di sampingnya. Namun tak ia temui ketiga anaknya.
Sudah berpikir yang tidak-tidak, Nina menghela napas lega saat melihat ketiga anaknya tidur di kasur berbentuk sapi di ruang tengah. Ketiganya sudah berganti baju dan selimut menutupi tubuh mereka. Nina juga dapat melihat Gilang di samping Jendra. Wajah ketiga anaknya tidak begitu sulit untuk dibedakan. Terlebih Jendra dan Rama. Karena yang lebih membingungkan adalah ketika Rama dan Ara didekatkan. Keduanya memiliki tahi lalat di pipi kanan dan kiri yang membuat keduanya tampak sama sekilas. Untungnya Nina menemukan letak perbedaannya.
Ara memiliki wajah yang tidak jauh berbeda dengannya saat bayi. Beda halnya dengan Jendra dan Rama, keduanya mengikuti anggota wajah yang bisa dikatakan turunan Gilang seorang.
"Kamu bangun lebih awal ternyata," gumam Gilang, yang entah sejak kapan sudah bangun dari tidurnya.
Nina tersenyum lebar, "emangnya ini jam berapa?"
"Menurut jam tanganku sekarang jam empat."
Gilang mengusap wajahnya kasar. Sadar bahwa Nina lagi-lagi bersikap aneh. Wanita itu bahkan tidak segan-segan menunjukkan sedikit senyumnya. Sudah beberapa kali Nina marah dan tak sampai esok hari, Nina sudah kembali seakan tidak terjadi apa-apa padanya.
"Hari ini kamu berangkat jam berapa?" tanya Nina."Aku tidak akan masuk dulu sampai kamu bisa beraktifitas seperti biasa."
Nina membulatkan bibirnya lalu menjauh dari sana. Entah dorongan dari mana, Gilang mengikuti langkah Nina. Rupanya Nina menuju kamar mandi.
Sebelum Nina memergokinya, secepat mungkin Gilang putar arah. Ia melihat ketiga anaknya belum juga bangun.Setelah mandi, Gilang menengok pintu kamar mandi yang masih tertutup rapat. Nina masih mandi rupanya.
Niatnya pagi ini adalah minta maaf saja. Seperti yang pernah Raja katakan, Nina tidak pantas menerima perlakuan seperti ini. Maka berdamai adalah salah satu jalan keluarnya. Ah, tidak, terlepas dari segala ucapan Raja. Gilang memang tidak sanggup bila harus membawa-bawa nama Amira di depan istrinya. Wanita itu pasti sudah cukup menderita sejak lama."Kamu ngapain di sini?" Nina menemukan Gilang bersandar pada dinding di depan kamar mandi. Gilang seperti melamunkan sesuatu tadi, sehingga langsung terlonjak dan terlihat salah tingkah.
"Mengawasi kamu," kata Gilang.
Nina mengernyit heran. Memangnya apa yang ia lakukan sampai Gilang harus mengawasinya?
Masih tak bergeming, Nina dikejutkan oleh tangan Gilang yang membuka lebar pintu kamar mandi. Tidak ada yang Nina pikirkan selain diam memerhatikan gerak-gerik Gilang. Tapi Gilang malah menariknya ke dalam. Membawanya bersandar di dinding kamar mandi yang dingin.Mencium aroma vanilla dari dalam kamar mandi seakan membius Gilang. Tanpa sadar tangannya menarik Nina ke dalam. Dikuncinya kedua tangan Nina. Kesempatan datang pada Gilang saat Nina membuka bibirnya. Saat bibir Gilang menyapu lembut bibir Nina, Nina mencoba berontak. Tangannya tidak juga bisa melawan kuncian tangan Gilang. Ya, bagaimana bisa jika tangan Gilang sebesar itu.
Seolah ada yang menyadarkannya, Gilang melepaskan tautan bibirnya. Bibir Gilang tidak lagi memaksa Nina untuk membalas ciumannya. Beralih mencium kening Nina. "Maaf. Aku tidak bertanya dulu tadi," ujar Gilang.
"Lang," panggil Nina ketika Gilang hampir beranjak pergi dari sana. "Lupakan saja yang semalam."
Gilang menggeleng dan terkekeh. "Kamu benci diperlakukan buruk selama ini. Kenapa kamu cuma diam?"
"Apa yang aku katakan semalam adalah benar. Keluarga Amira sudah tidak mempercayai aku lagi untuk mengurus penyelidikan. Dan... aku akan putar arah," terang Gilang, sementara otak pas-pasan Nina tidak bisa langsung mencerna. "Aku sudah mengumpulkan bukti-bukti pembelaan. Semua yang Fahmi berikan dan masih ada beberapa lagi yang belum kamu tahu. Aku akan berikan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Untouchable Man
RomanceNina tidak pernah sedikit pun berpikir bahwa Gilang, laki-laki yang sudah sejak lama dia cintai akan membencinya separah ini. Meski statusnya sudah berubah menjadi seorang istri laki-laki itu, tetap saja, Gilang tidak bisa membuka hatinya untuk Nina...