"Bang, Bunga takut mbak Nina tahu," ucap Bunga lirih. Sudah ke sekian kalinya Bunga mengeluhkan hal yang sama hingga Gilang cukup lelah mendengarnya sekarang.
Niat hati ingin memarahinya, Gilang justru menatap lembut adiknya. "Nggak akan, Bunga."
Selang setengah jam, kedua polisi bertamu ke rumahnya. Gilang langsung membawanya ke kamar, sedangkan Bunga masih terus mengawasi dengan perasaan takut kalau-kalau Nina datang.
Sebenarnya, Bunga tidak menyetujui tindakan kedua polisi yang tengah mencari bukti lain terkait kasus kematian Amira. Meski itu juga kamar Gilang, tetap saja Nina akan tersinggung jika melihatnya langsung sekarang."Bang, jangan lama-lama. Perasaan Bunga nggak enak...." gumam Bunga lagi. Tapi kali ini Gilang mencampakkan ucapannya. Memilih fokus mendengarkan ucapan polisi di hadapannya.
Persetan dengan kedua polisi itu. Perasaan Bunga bertambah tak karuan begitu mendengar suara bel rumah. Gilang menatap Bunga dengan maksud menyuruhnya untuk meladeni tamunya lebih dulu. Jadi, Bunga segera ke luar.
Tidak berhenti sampai di situ saja, Bunga dikejutkan oleh keberadaan Nina di depan. Bunga jadi dibuat bimbang, harus apa ia sekarang? Bicara pada Gilang sudah tidak ada artinya lagi sekarang.
Lalu Bunga memilih membukakan pagar supaya Nina tidak lama menunggu.Senyum wanita itu amat sangat manis, hingga Bunga semakin tidak tega memikirkan apa yang akan terjadi bila Nina mengetahui semuanya. Maka dari itu, Bunga mencari-cari cara supaya Nina tidak akan tahu apa yang tengah dilakukan Gilang beserta kedua polisi yang sedang melacak.
Bunga dibuat panik begitu berkali-kali Nina malah menuduhnya menyembunyikan lelaki di dalam. Berkali-kali juga Bunga katakan tidak, tapi Nina tetap tidak percaya begitu saja. Dengan hati-hati sekali Nina bangkit berdiri, melangkah masuk ke dalam rumah diikuti Bunga dari belakang. Rasanya sulit sekali menyembunyikan kepanikan luar biasa yang sejak tadi menyerbu hati dan pikiran Bunga. Apalagi sekarang, Nina tetap bersikeras untuk masuk mencari tahu.
Tamatlah riwayatmu, Bang. pikir Bunga begitu Nina mendekat ke pintu kamarnya.
Suara polisi itu terdengar jelas sekali dari luar. Makanya Nina langsung menghampiri sumber suara. Dan, lihat betapa hancurnya hati Nina. Wanita yang baru beberapa menit lalu Bunga lihat tengah tersenyum manis, kini berubah tangis pilu yang Nina coba tahan.
Bunga benar-benar menyesal tidak mencegah Gilang lebih keras tadi pagi. Melihat Nina menangis membuat Bunga ikut merasa sedih. Bunga mengulurkan tangan ke lengan Nina seraya berdoa agar Nina baik-baik sana, namun Nina menepis pelan. Berjalan menjauh dari sana.
Berkali-kali sudah Bunga mencegah kepergian Nina, menyuruhnya untuk menunggu penjelasan Gilang yang sebetulnya tidak perlu itu. Namun, Nina tidak menjawab perkataannya barang satu kata pun. Yang dilakukannya hanya berjalan keluar komplek, membuat Bunga dilanda kebingungan. Haruskah ia terus mengawasi Nina atau kembali ke rumah untuk melapor pada Gilang?
Sampai ketika langkah Nina terhenti tiba-tiba. Bunga langsung panik luar biasa, terlebih saat Nina meringis kesakitan sambil memegangi perutnya. "Mbak, ayo kembali ke rumah. Biar Bunga bantu," kata Bunga.
Namun lagi-lagi Nina menepis tangannya yang hendak menuntunnya kembali ke rumah. Wanita, jika sudah marah, tidak ada yang bisa mencegah apa pun yang ingin dilakukannya. Termasuk Nina saat ini. Bunga hanya berharap Gilang segera kemari karena untungnya, Nina masih berjalan di tak jauh dari rumah.
"Sakit banget, Bung... Mbak nggak kuat," ucap Nina. Wajahnya berubah pucat dan setelah mengaduh tadi, Nina menunduk kesakitan.
"Astagfirullah, Nina!"
Bunga bisa bernapas lega begitu melihat Gilang berlari menghampiri Nina. Raut wajah panik Gilang membuat Bunga yakin jika saat ini, tidak mungkin seseorang yang terus bersama-sama sebagai sepasang suami-istri tidak memiliki perasaan apapun. Karena Bunga bisa membedakan sikap Gilang manakah yang asli dan manakah yang palsu selama ini. Hidup bersama selama 18 tahun tentu sudah cukup untuk Bunga mengenal Gilang yang sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untouchable Man
RomanceNina tidak pernah sedikit pun berpikir bahwa Gilang, laki-laki yang sudah sejak lama dia cintai akan membencinya separah ini. Meski statusnya sudah berubah menjadi seorang istri laki-laki itu, tetap saja, Gilang tidak bisa membuka hatinya untuk Nina...