10. Wanita Seperti Apa?

25.2K 1.3K 17
                                    

Setelah empat jam perjalanan, mobil Gilang terpakir tepat di halaman rumahnya. Gilang sudah meminta Irfan untuk mampir, tapi ia menolak. Karena ada Bunga alasannya. Irfan sedikit trauma berdekatan dengan Bunga sejak saat Bunga menyatakan cinta padanya beberapa tahun yang lalu. Pada akhirnya, Irfan memanggil taksi untuk pulang. Kini Gilang telah berdiri di depan pintu, memencet bel rumahnya berulang kali.

Bunga ada jadwal les. Jika anak itu tidak membolos lagi, sudah pasti yang membukakan pintu kali ini adalah Nina. Berulang kali Gilang memencet bel, tapi tidak ada yang membukakan pintu untuknya. Tidak ingin berlama-lama di luar, Gilang mengitari rumahnya. Memilih masuk lewat pintu belakang. Jika Nina di dapur, sudah pasti ia melihat Gilang.

Di depan pintu belakang yang terbuka setengah dari tinggi badannya, Gilang melipat kedua tangan di atas pintu. Mengamati gerak-gerik Nina yang sedang memasak. Meski sudah berulang kali melihat Nina masak, anehnya, Gilang tidak pernah bosan. Wanita itu berjalan ke sana kemari dengan memegangi perut buncitnya. Sedang Hari ini Nina manis seperti biasa. Tinggi badan Nina yang tak lebih dari dada Gilang membuat Gilang masih tak percaya istrinya sudah berbadan dua sekarang. Beberapa orang akan tertipu dengan wajah dan tubuhnya, bahkan bila disandingkan dengan Bunga, keduanya akan terlihat seumuran.

Sadar bahwa pintu ternyata tidak terkunci, Gilang masuk dengan langkah tanpa suara, tak ingin Nina mengetahui kedatangannya. Nina yang sibuk memotong bawang, ditambah dengan suara penggorengan tentu saja tidak menyadari suaminya itu telah masuk. Tiba-tiba saja niat untuk menjahili Nina datang dengan sendirinya. Gilang melangkah pelan hingga sampai tepat di belakang tubuh Nina.

Aroma vanilla menyeruak masuk ke indera penciuman Gilang begitu saja, saat hidungnya menyentuh rambut hitam legam milik Nina. Merasa ada yang menyentuh rambutnya, Nina hendak berbalik. Namun, kedua tangan Gilang lebih dulu melingkari perutnya. Deru napas Gilang begitu terasa di pipinya.
Nina tampak gugup, meski ekspresi wajahnya tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya ia atas kepulangan suaminya. "Kamu masuk dari mana, Lang? Kayaknya pintunya aku kunci," ucap Nina.

"Pintu belakang. Masak apa?" Nina terlonjak begitu sadar ia telah melupakan masakannya. Ia lalu membalik ayam yang sudah setengah matang, dengan kedua tangan Gilang yang masih melingkari perutnya.

"Bukannya kamu bisa lihat ya, Lang?" Lalu Gilang mengangguk pelan, meletakkan kepalanya di atas bahu istrinya. Tidak peduli bagaimana posisinya kini, pasalnya, bahu Nina sangat pendek dibanding dengan tubuhnya.

Nina senang, sangat senang mendapati perlakuan Gilang padanya. Hatinya bertanya-tanya, apa Gilang merindukannya? Namun, Nina kembali tersadar. Bahwa mimpi-mimpi itu akan segera menertawakannya di masa yang akan datang. Mana mungkin Gilang merindukannya, jika membencinya, Nina tentu percaya.

"Nanti kamu kecipratan minyak loh, Lang. Duduk di sana aja deh," saran Nina, tidak ingin berangan-angan atau sampai berharap lebih.

Gilang menggeleng pelan, menandakan bahwa ia tak ingin pindah dari sana. Justru semakin mempererat pelukannya. Nina merasa geli di bagian pinggang karena beberapa kali siku Gilang menyentuhnya, terlebih Nina memang gelian terhadap sesuatu yang menyentuh tubuhnya terlalu intens. Gilang yang menyadari hal itu pun semakin semangat menggodanya. Memutar-mutarkan sikunya di pinggang Nina, hingga wanita itu tertawa.

Namun, Gilang seketika bungkam begitu matanya bertemu dengan mata indah Nina. Ingatkan Gilang, jika mata Nina mampu membuatnya hilang akal. Mata Nina yang bulat, kornea berwarna hitam yang lebar, tak ketinggalan pula bulu mata lentik dan panjangnya. Menyadarkan Gilang bahwa wanita di depannya memiliki mata yang sempurna. Entah kenapa, waktu terasa berhenti. Gilang pikir hal ini akan terjadi di sinetron yang dulu sering kali Bunga tonton saja. Namun nyatanya kini, ia sungguh mengalaminya. Tak tahu siapa yang memulai, bibir keduanya justru sudah saling beradu.

Untouchable ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang