02. Mayaredina Ghanindya

458 104 14
                                    

-Mayaredina Ghanindya-

Maya menangis hebat di jam pulang sekolah, bahkan Ellea teman sebangkunya tidak tahu harus membuat Maya diam menangis dengan cara bagaimana, Lea telah berusaha menghibur dengan ucapan-ucapan sok memotivasi. Dengan seluruh kemampuannya Lea mencoba mengusap punggung Maya dan bilang 'Nggak apa-apa May, besok pasti bisa lebih baik' atau bahkan beberapa kali dia rela meremehkan dirinya sendiri hanya supaya Maya diam.

Ellea sampai rela bilang kalau dia bodoh, dia tidak sepintar Maya, tapi dia baik-baik saja walau nilainya jelek. Tujuannya ialah menghibur Maya, walau tidak ada yang benar-benar baik-baik saja untuk anak perempuan saat nilainya tidak sebagus yang orang tua harapkan.

Kiranya Ellea paham menangisnya Maya hari itu kala nilai kimianya menurun 20 angka dari ulangan minggu lalu. Padahal nilai ulangannya yang lain masih baik-baik saja. Wondy yang juga satu kelas dengan kedua perempuan itu tidak banyak membantu, dia tidak pandai menghibur orang, toh nilainya sendiri juga tidak bagus-bagus amat sehingga dia memilih untuk diam daripada berbicara hanya akan memperkeruh hati Maya.

Dengan seluruh upayanya Ellea mencoba membuat Maya supaya berhenti menangis "Jangan nangis lagi dong May—" ucapan Ellea jadi ia penggal sendiri sebab perempuan itu tercengang melihat datangnya Fano dengan minuman kaleng berwarna merah.

Yang membuat Ellea tercengang bukan soal minuman kaleng itu tapi perihal bagaimana tiba-tiba Fano datang lalu dengan gestur tenangnya itu berjongkok didekat Maya yang sedang menangis dibangkunya. Pemuda itu sampai rela menumpu jongkoknya dengan siku kaki, lalu menyodorkan minuman kaleng itu pada Maya. Dengan tenang Fano menatap Maya, pula mengusap pelan rambut perempuan itu. Walau tanpa bilang 'jangan menangis lagi' pada Maya, perlakuan Fano yang demikian justru telah membuat Maya berhenti dari tangisannya.

Ellea yang berada di bangku depan Maya jadi termundur refleks. Perempuan itu tiba-tiba merasa tak enak hati melihat pemandangan barusan. Sebab, ia tak biasa melihat Fano menjadi seperti barusan itu.

Mayaredina Ghanindya, mengusap perlahan air matanya lalu menatap Fano dengan ekspresi keruh. Matanya melebar dan masih tetap berair, dengan mata itu ia menatap Fano. Lalu lelaki mana yang hatinya tidak luluh melihat perempuan cantik menangis demikian. Lagi pula ini Mayaredina Ghanindya yang punya julukan babyface. Maka dengan tenang Fano memeluk perempuan itu lalu mengusap pelan pungguingnya. Tanpa sepatah katapun. Fano hanya membiarkan Maya menangis hebat dipelukannya.

Sementara Ellea jadi merapat pada Wondy, bahkan tanpa sadar meraih lengan Wondy. Perempuan itu menautkan tangan kanannya pada lengan Wondy dengan tanpa sadar pula jadi menggigiti kuku-kuku tangan kirinya saat melihat Maya dan Fano. Lalu si Wondy itu justru berbalik tiba-tiba membuat Ellea kaget tertarik oleh gerakan tiba-tiba Wondy.

"Biar Fano aja yang handle El" katanya dengan intonasi malas khas Wondy.

Ellea tertarik pasrah mengikuti langkah Wondy masih dengan tangan kanannya menaut pada lengan Wondy dan kuku tangan kiri yang ia gigiti. Sesekali perempuan itu bahkan menoleh kebelakang untuk melihat apakah Maya masih menangis atau tidak. Ringkasnya ,Ellea sedang mencemaskan beberapa hal saat itu.

Soal Maya, perempuan yang mengisak hebat tadi itu sekarang sudah merasa baikkan. Tidak ada genangan air di matanya sekarang. Perempuan itu justru sedang tersenyum lebar pada laki-laki yang berada di dibangku depan yang sedang menghadap ke arahnya.

"Terima kasih" katanya pada Fano.

Dijawab anggukan kecil sekali oleh lelaki itu, "Ayo pulang, Wondy sudah nunggu di depan" ajaknya pada Maya saat melihat kondisi perempuan itu telah membaik.

Maya hanya diam, menundukkan kepalanya seperti menjadi sedih secara otomatis saat kata pulang diucapkan.

"Gue antar sampai rumah. Nanti gue yang bilang ke tante Mayang kalau lo udah usaha keras" lanjut Fano berusaha membuat perempuan itu tidak sedih lagi.

Maya mendongak mengatupkan bibir rapat "Emang mama bakal percaya ?" katanya penuh harap pada Fano.

Lelaki itu mengatupkan matanya sekali, lalu mengangguk kecil seolah merespon iya.

Maya, tangannya terulur maju ke udara meraih tangan Fano yang telah lebih dulu mengulur disana. Maka berdirilah Maya dari bangkunya dengan menautkan tangan pada Fano perempuan itu berjalan dengan ringan seolah mempercayakan semua pada Fano.

Sementara kedua manusia lainnya ialah Wondy dan Ellea sibuk berdiri didepan vending mechine sembari menunggu Fano dan Maya keluar kedua manusia itu sibuk ribut memilih minuman kaleng. Bahkan kini hoodie coklat muda milik Wondy sudah berada pada Ellea. Perempuan itu memaksa Wondy untuk meminjamkan hoodie miliknya. Katanya supaya kalau pulang berboncengan dengan Maya tidak kepanasan.

"Yang ini aja Won, duitnya nggak cukup bego'"

"Elo aja yang ini, gue mau yang itu"

"Nggak mau, gue mau yang minuman isotonik bukan air putih Wondy !"

"Nggak nggak, nggak ada. Elo air putih aja biar sehat terus. Gue mau beli minuman soda"

"Uangnya nggak cukup Won"

"Ya makannya elo yang ngalah, kan uang gue"

"Ih kok lo pelit sih sama cewek"

"Emang lo cewek ?"

"Wah.... parah lo. Ya cewek lah gue"

Maka sebelum perdebatan Wondy dan Ellea kian panjang Fano yang datang bersama Maya memotong perdebatan itu.

"Ayo pulang" katanya tak ramah, membuat Ellea dan Wondy menoleh kompak.

Melihat tangan Fano dan Maya bertautan Ellea jadi lupa perihal berebut minuman kaleng dengan Wondy, perempuan itu sibuk kaget memperhatikan tangan Fano yang menaut tangan Maya. Ellea mengatupkan bibir, sesekali ia basahi lalu berusaha kuat mengontrol ekspresinya. Sungguh, melihat Fano dan Maya seintens demikian bukan hal biasa bagi Ellea.

Membayangkan soal persahabatannya akan jadi apa kelak . Perempuan itu jadi punya banyak imajinasi tidak benar kali itu. Ellea yang terlalu sibuk dengan pikirannya sampai tak sadar kalau Wondy dengan garis malas di wajahnya itu tidak banyak perduli. Justru sedang asyik meneguk minuman kaleng berwarna merah itu dengan santainya, pun, dibuat seolah sedang syuting iklan minuman kaleng, caranya minum sungguh meledek besar-besaran Ellea disebelah.

Baru sadar hal itu Ellea segera melotot besar ke arah Wondy "Gue doain keselek lo" tukasnya sarkas pada Wondy disebelah yang cuek saja tetap meminum minuman kaleng itu.

Ellea berlalu pergi dengan kesal dari sana, yang kalau Maya dan Fano lihat perginya Ellea dengan kesal dari sana ialah perihal Wondy. Tapi siapa yang tahu kalau mungkin ada alasan lain dari perginya Ellea dengan kaki menghentak kesal.

"El, gue pulang sama Fano ya" ucap Maya dengan senyum riang, seolah sudah lupa kalau tadi bermuram durja.

Ellea mengangguk kecil lalu menatap Wondy, berharap mendapat tumpangan dari lelaki itu.

"Hm" ucap Ellea mengiyakan begitu mendapat respon anggukan dari Wondy untuk memberinya tumpangan.

Dan hari itu, Maya pulang tanpa rasa khawatir sebab Fano datang ke rumah untuk merayu mamanya supaya gadis itu tidak dimarahi karena nilainya menurun. Sebab itu Javon El-Fano yang bilang pada mamanya Maya, maka akan mudahlah percaya. Sudah begitu Fano si raja OSN itu bilang pula akan belajar bersama supaya nilai Maya kembali lagi.

---Bab 2---

---Bab 2---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BESTI - Cha Eunwoo |END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang