05. Petunjuk

406 93 30
                                    

-Petunjuk-

Ibarat rumus Fisika Fano bisa disama artikan dengan hukum Newton I ialah 'Setiap benda akan tetap diam atau bergerak lurus beraturan apabila pada benda itu tidak bekerja gaya'. Atau kalau dalam bahasa sederhana yang orang awam bisa pahami, Fano seperti yang sudah dibahas, dia tidak banyak gaya, tidak banyak tingkah oleh sebab itu pemuda ini cenderung lebih pendiam dibanding teman-temannya.

Diamnya Fano bukan dengan tujuan untuk menarik perhatian banyak orang, dia hanya tidak suka banyak bicara kalau tidak seperlunya. Toh walaupun tanpa harus berusaha menarik perhatian orang banyak, hanya dengan keberadaan Fano sudah sangat cukup menarik perhatian banyak orang.

Kalau diawal Fano sempat berpikir bahwa Ellea ialah tipe perempuan yang susah ditebak itu hanya opininya sendiri saja. Sementara pada kenyataannya yang paling susah ditebak ialah dia sendiri, Javon El Fano. Hari itu misalnya, saat Maya dan Wondy sudah dulu ke perpustakaan Fano tiba-tiba datang, menempati ruang kosong di kursi panjang depan ruang guru.

Tidak sendirian, dia duduk disana menemani Ellea yang sudah lebih dulu menempati sisi lain kursi panjang itu. Singkat cerita perempuan itu sedang menunggu guru Fisika karena nilai Fisikanya jelek maka Ellea harus remidi.

Ellea menoleh refleks, menurunkan buku paket yang baru saja ia dongakkan sampai menutupi wajah. Walau tanpa bertanya, ekspresi Ellea telah cukup mewakili apa yang belum terucap. Sebab alis itu agak mengerut dengan sudut mata yang memicing seolah menodong dengan pertanyaan 'ngapain disini' pada Fano disebelah yang memang datangnya tak terduga itu.

"Jangan bikin contekan ditangan atau dikertas kecil. Nggak efektif. Nyontek itu diotak aja" celetuknya ringan yang kalau diartikan sedang menyuruh Ellea belajar saja jangan sampai mencontek, dengan tenang pemuda itu menyeletuk demikian disertai kakinya yang perlahan mulai menyilang membuat duduknya pemuda itu jadi terkesan kian berkarisma saja.

Sudah begitu kedua tangannya ia lipat ke depan dada yang semakin menegaskan Fano adalah tipekal pria tenang yang penuh dengan karisma.

Ellea dengan tanpa beban menghempaskan buku paket yang ia gulung kecil ke arah lengan Fano, memukul sekali pemuda itu gemas dengan Fano yang hanya tersenyum samar.

"Sana pergi pergi...nanti gue gagal remidi kalau elo gangguin mulu" tukas Ellea mendorong mundur Fano yang tak banyak bergerak dari sana.

Pemuda itu tak mau beranjak, ia justru mengambil kantung plastik yang sebelumnya ia bawa dari kantin. Diulurkanlah kantong plastik itu pada Ellea "Salah satu yang menyebabkan kurangnya konsterasi itu kalau elo lagi dalam kondisi lapar. Karena energi dari tubuh elo jadi berkurang dan--" jelas pemuda itu panjang lebar bagai wikipedia manual. Harusnya kalimat itu masih panjang kalau saja Ellea tidak memotongnya cepat-cepat.

"Iya..Iya, intinya elo nyuruh gue makan kan ?" balas gadis itu meraih kantong plastik dengan malas dari Fano. Membuka isi kantong plastik itu dan menemui roti tawar juga susu rasa strawberry disana.

Fano menoleh, dia bilang "Nggak juga. Gue nggak lagi nyuruh elo makan—"oleh pemuda itu dijawab demikian tenangnya, lalu menemui pandangan Ellea yang spontan juga menoleh saat Fano bilang 'Nggak juga', karena dibuat bingung dengan jawaban Fano tersebut.

Ellea dan Fano, dalam beberapa detik saling menatap intens, walau tak bertahan lama Fano mengalihkan pandangannya, membuang muka menghadap lurus ke arah lapangan yang kebetulan tak jauh dari ruang guru itu "Gue nggak cuma nyuruh elo makan. Tapi lagi mengalihkan elo dari tekanan stress mau remidi" lanjut Fano membuat Ellea jadi refleks menggigiti kecil jari kuku kirinya.

Kini Ellea sedang menerka-nerka perihal perilaku Fano yang tak tertebak ini. Apa maksud perkataan dan roti tawar beserta susu strawberry dari Fano ini.

"Fanooo-Leaaa" pekikan suara perempuan dari arah belokan anak tangga koridor membuat Ellea membuyar dari lamunan terkaannya terhadap Fano, ialah suara Maya yang datang bersama Wondy dengan buku ditangan kiri dan laptop dalam tas jinjing ditangan kanan, berlari kecil menuju ke arah Ellea dan Fano.

Dengan senyuman ramah yang terkesan kalem perempuan yang kini sudah berdiri di depan Fano itu bertanya "Lea belum remidi ?"

"Belum May, nunggu pak Irham sholat dulu" kata Ellea sembari balas menendang kecil kaki Wondy didepannya yang sudah resek menendang duluan tanpa sebab. Mereka berdua memang sering melakukan hal aneh dan masih banyak hal tidak jelas yang sering mereka lakukan. Pokoknya Wondy dan Ellea itu bagai balon dan duri. Kalau dekat-dekat bahaya. Bisa bisa meledak. Singkatnya, dua dari mereka itu sinonim kata 'tidak akur'

"Lapar nih, ke kantin yuk ?" ucap Maya, menoleh ke arah Fano dan Wondy bergantian, lalu pada Lea dia berhenti dan bertanya "Lea ikut juga ? mumpung pak Irhamnya masih sholat" tawar perempuan cantik dengan aksen wajah kalem itu.

Lea menggeleng, lalu menjinjing tinggi ke udara kantong plastik dari Fano, menunjukkan kantong berisi roti dan susu itu pada Maya "Enggak usah May, udah ada ini" katanya tanpa menyebut atau menyinggung pemberinya sama sekali.

Maya mengangguk, "Oh" katanya merespon refleks.

"Yaudah kita bertiga ke kantin nggak apa-apa kan Le ?" tukas Maya, membuat Ellea mengangguk pasrah.

Walau begitu perempuan itu jadi hilang konsentrasi pada buku paketnya sebab kesibukannya memperhatikan perginya ketiga temannya itu. Yang menjadi perhatian Ellea ialah perihal Fano.

Kini, laki-laki itu sedang ngobrol dengan Maya, entah apa yang jadi topik obrolannya sampai kedua orang itu jadi tertawa lepas, tawa Maya yang jarang dijumpai kini melebur dengan tawa Fano yang istilahnya 'datangnya cuma seminggu sekali itu'. Sementara Wondy sudah jalan duluan didepan dengan headset dikedua telinganya walau sesekali terlihat masih menyahuti obrolan Maya dan Fano.

Lalu, roti tawar dalam kantung plastik itu kini Ellea keluarkan bersama susu stawberry dalam kemasan kotak kecil, makanan dan minuman itu ia pandangi lamat-lamat seolah sedang memandangi si pemberinya.

Ellea menghela nafas dalam lalu menyeletuk "Nggak boleh lapar memang, gue jadi gampang baper kalau lapar gini" tukasnya memangkas seluruh rasa besar kepala yang sebenarnya sudah mulai ia bangun dari beberapa perhatian kecil dari Fano. 

Sudah begitu, tadi laki-laki itu mengulangi lagi perhatian kecil pada Ellea yang jadi membuatnya kian besar kepala. Maka disinilah yang membuat Fano dianggap oleh Ellea sebagai tipe yang susah ditebak.

Tapi sekali lagi, rasa besar kepalanya selalu menghilang dengan cepat-cepat begitu melihat bagaimana Fano terhadap Maya. Ellea yang sudah berkali-kali menyimpulkan bahwa Fano memiliki perasaan terhadapnya, maka berkali-kali pula ia menyangkal sendiri kesimpulan yang sudah ia tetapkan. 

Oleh sebab itulah Ellea sering salah paham, Ellea sering merasa bingung dengan sikap Fano. Diakhir, Ellea akan selalu mengingatkan dirinya sendiri bahwa 'mungkin Fano memang baik dengan kedua sahabatanya sehingga dia tidak perlu merasa besar kepala. Iya, singkat cerita ini ialah cinta segitiga bagi Ellea, sekaligus cinta tak tertebak yang datang dalam persahabatan.

---Bab 5---

---Bab 5---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Karena waktu cek ombak kemarin rame jadi insya allah buku selanjutnya rival seri 2 akan turun secepatnya.

Tungguin.

Sambil nunggu nikmatin dulu BESTI, tapi jangan bawa perasaan. Dih.

BESTI - Cha Eunwoo |END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang