09. Hoax ? atau Fakta Tertunda ?

423 99 56
                                    

-Hoax ? Atau Fakta Tertunda ?-

"Won, lo pakai dukun apa. Pagi-pagi nyokap nyuruh gue baikin elo. Bekal gue disuruh bagi sama elo" celetuk Ellea, dibelakang Wondi. Pada jok motor belakang, sedang membonceng.

Wondi diam, tidak merespon membuat dia jadi dipukul agak keras oleh Ellea, pada punggungnya. Punggung bidang yang banyak perempuan bayang-bayangkan bisa sekedar meletakkan kelapanya disana.

Wondi mengaduh, jadi melatah ngomel "Sakit bego"

"Makannya kalau ditanya itu dijawab"
"Gue, harus hemat energi. Bonceng beras sekarung itu butuh energi lumayan Le" kata Wondi ngeledek, like usually.

Lalu lagi, punggung yang jadi idaman banyak perempuan itu justru berulang jadi sasaran pukul Ellea yang kini ganti tercubit agak keras tanpa perhitungan.

"Sakit Le astaga !"

Dan pertengkaran kecil itu masih terus berlanjut sampai ke sekolah.

Wondi dan Lea, punya siklus pertemanan yang seolah hari ini bertengkar besoknya mencari-cari. Pokoknya dua dari mereka memang kesatuan pribadi. Sama-sama resek tapi saling membutuhkan.

"Buruan Won, parkirin sini aja. Pepetin deh, pokoknya keparkir ajalah Won. Keburu telat kita !" Omel Ellea pada Wondi yang masih sibuk memarkir motornya. Pakai gaya malesnya itu, tetap.

Ellea sudah berbalik badan, mulailah berjalan. Ralat, hampir mulai berjalan tapi tas ranselnya tertarik mundur. Ulah itu ialah Wondi yang pakai muka malesnya itu menarik ransel Ellea tanpa rasa berdosa.

"Sialan, kenapa ditarik-tarik sih tas gue" omel Ellea, sudah sambil memukul lengan kanan Wondi keras-keras. Walau mengaduh pelan yang dipukul hanya menangkis pelan saja.

Wondi, manusia yang menarik mundur Ellea tanpa dosa tadi itu kini menjauhkan kepala Ellea yang membabi buta dekatnya, mendorong kepala itu mundur.

Ellea sampai mendongak kebelakang karena ulah Wondi itu lagi.

Lalu,

Sekarang, Wondi jadi terduduk. Berjongkok ditempatnya, tepat di depan Ellea. Dan dengan sembrononya menarik kaki kiri Ellea sampai-sampai gadis itu jadi berteriak kecil juga refleks menarik kepala Wondi yang sekarang berada lebih rendah dari berdirinya Ellea.

"Adek gue yang masih SD aja bisa ngikat sepatu lebih baik dari anak Nematoda macam elo gini" omel Wondi, sudah sambil mengikat tali sepatu kiri Ellea.

Ellea diam.

Cengkeraman refleks pada kepala Wondi itu tadi kini mengayun pelan, jadi mengusap pada kepala itu. Merapikan anak rambut kecil yang tadi berantakan oleh ulahnya.

"Makasih anak koala, udah ngiket tali sepatu tapi masih pakai ngatain" balas Ellea dengan agak menahan giginya, gemas pada Wondi. Mau dikunyah rasanya.

Setelahnya, dengan resek Wondi berdiri. Lalu berlari tanpa aba-aba meninggalkan Ellea. Sudah, jika begitu, ujungnya ya perkelahian mereka lagi.

09.30 yang kalau orang normal lihat pukul 09.30 tidak punya banyak arti. Tapi bagi anak SMA jam itu menunjukkan hal-hal menyenangkan, jam istirahat. Hal menyenangkan itu misalnya,

Saar Ellea dan Wondi, saling berkejaran di koridor sekolah. Berkejaran tidak penting dengan Wondi di koridor sekolah itu terhenti saat dari arah berlawanan ada Maya dan Fano yang sudah datang duluan.

"May- Fan, tolongin gue. Singa kompleks lagi ngamuk" kata Wondi meledek, bersembunyi dibelakang Fano dan Maya.

Ellea berhenti, tepat di depan Fano yang sedang bersebelahan dengan Maya, lalu jadi refleks berbalik badan. Itu, terlalu dekat dengan Fano. Nggak bisa katanya.

BESTI - Cha Eunwoo |END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang