14. Pom Bensin Cinta

395 88 44
                                    


-Pom Bensin Cinta-

Intensitas temu kadang akan mempengaruhi perasaan, maka coba periksa dengan siapa kamu paling sering bertemu dengan ia pula kamu memiliki potensi tinggi menaruh perasaan terhadapnya.

Ya lalu coba saja tengok pula, bila mungkin tanpa kamu sadari orang yang paling sering temu denganmu itu adalah sahabatmu yang kebetulan berlawanan jenis denganmu, kataku, cepat-cepat cari dan bilang 'he kamu adalah yang sekarang mungkin paling punya potensi untuk jadi pacarku' boleh sekalian diakhir pernyataanmu kamu tambahkan embel-embel penawaran berupa 'mau coba pacaran beneran nggak ?' layaknya apa yang dilakukan Wondy ke Ellea.

Setiap hari bertemu, setiap kali bertukar obrolan, setiap hari bertengkar kecil lalu berakhir saling mencari ketika salah satunya tidak ada. Bayangkan, susunan suasana semacam itu diulang-ulang terus setiap harinya, lalu kata siapa hati akan tetap bertepat di titik tempat semulanya. Bahkan sekali-kali akan juga bergeser menuju ke rasa suka dengan kadar yang variatif.

Tidak sedang neduh di pom bensin atau makan ubi jalar diteras rumah, Wondy yang sebelum-sebelumnya terlihat tinggi dan cuek itu sedang pakai jaket jeans dengan rambut disisir rapi yang sudah dilekati minyak gatsby dulu. Belah samping seperti jalan kelokan.

Dia datang sekonyong-konyong ke toko kelontong memilah milih barang yang dia perlukan.

14 Februari 2019, jam delapan malam. Wondy gagah tinggi yang enak dipeluk atau ngerangkul bahu itu lalu membawa sekantong kresek coklat juga macam-macam snack. Datang mengetuk di pintu rumah Aigha Ellea Dharma dengan sedikit ragu tapi berpedoman tetap pede ke semboyan, 'gue keren kok' di batinnya.

Pintu yang terketuk itu dibuka ibu Ellea yang seolah sudah sangat terbiasa melihat pemuda penghabis kue salju setoples buatannya ini. Si rakus yang suka endus-endus bau masakan ibu dari dapur. Merasa sudah sangat hafal pemuda mana yang paling sering ketuk pintu rumahnya. Kalau bukan Wondy ya Wondy lagi Wondy terus lalu barulah si Fano dan Fano kembali. Pokoknya dua dari mereka yang paling dihafal si ibu datang silih berganti dirumahnya. Kadang bareng juga datangnuya, lengkap sama Maya.

"Tumben kamu rapi" tegur ibu ke Wondy. Arah pandangnya menuju rambut belah samping yang cukup klimis sampai yang punya jadi meringis kecil di sela malam gerimis ini.

Wondy-nya senyam-senyum tipis kian kepedean, kian merasa semboyannya benar-benar berlaku.

"Ganteng ya tan ?" Mulailah bualan percaya diri yang sudah ditumpuk dihati dilontarkan secara terang-terangan ke Ibu Ellea.

"Bentar, tante cari kacamata tante dulu baru konfirmasi ganteng enggaknya" balas ibu, dengan adanya seulas senyum, tujuannya sih menggoda Wondy yang mirip anak sendiri yang juga barangkali bisa jadi anak mantu. Mungkin.

Wondy ketawa kecil, mengulur tangan. Maksudnya wujud sopan santun bersalim ke ibu. Ibu cantik daster maroon dengan satu koyo' disisi kiri pelipisnya yang siapa tahu kelaknya jadi ibu cantik berkebaya maroon dengan konde anggun, dipelaminan mengiringi putrinya dipinang Wondy. Jangan kesal dulu, namanya si takdir ya mana tahu.

Barulah kemudian setelah guyonan kecil bunda bersambung tawa-tawa ringan Wondy, dimulai obrolan yang menunculkan nama Ellea disana, "Lea dirumah tan ?"

"Ngumpet. Katanya nggak mau ketemu kamu. Habis diapain sama kamunya memang anak tante ?"

"Apa tan, cuma ditinggal di pom bensin aja tan. Kelupaan sayanya, habis isi bensin langsung tancap gas. Nggak inget kalau Lea nebeng. Baru ingat pas di bakso Jusuf hehe" keluh Wondy meringis kecil yang mulai berangsur masuk ke rumah bersama tawa sumringah ibu menuju sofa ruang tamu.

BESTI - Cha Eunwoo |END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang