15. Beda

384 95 52
                                    

-Beda-

Anggun, bukan sekedar enak dipandang mata. Maya yang anggun juga enak diajak ngobrol. Senyumnya kalem, bicaranya tenang, penampilannya selalu bisa bikin makin memantaskan dirinya. Setelan rok tutu pink pastel dengan kaos putih polos yang berangkap jaket denim mempertegas kalau dia Maya dewinya Bintang Barat. Lengkap, dengan wajah cantik yang bisa sekali bikin siapa saja, dijamin akan senang memandangnya lama-lama.

Tidak ada yang tidak suka Maya yang anggun dan kalem itu. Semua ingin dekat dengan Maya, semua ingin berteman dengan Maya, semua ingin dikenal oleh Maya, tukar obrolan sampai ketawa dengan Maya adalah keinginan banyak orang. Sebagaimana dia jadi versi perempuannya Fano.

Maya sungguhan punya kepribadian yang mirip dengan Fano. Mari membandingkan, dari bagaimana tenangnya Maya dan Fano, dari bagaimana cantik-rupawannya Maya dan Fano, dari bagaimana pintarnya Maya dan Fano. Pokoknya kalau Fano rajanya, maka Maya adalah dewinya. Kalau Fano Hamishnya maka Maya Raisanya, ibarat paling muluknya adalah demikian.

Sore ini misal, dengan rutinitas yang sama Maya dan Fano berdua berangkat untuk ikut les tambahan. Ajaibnya, keduanya sama-sama menggunakan setelan denim. Kalau tidak salah, ini yang orang-orang sering sebut dengan 'kode alam' tanpa saling janjian seolah mengompakkan diri dengan denim.

Sementara rumah sebelah sedang ribut bertengkar berebut helmet, di rumah Fano justru tenang. Saling lempar senyum kecil. Sungguh susunan pemandangan yang berbeda.

Nuansa tenang Maya dan Fano seolah beradu tanding dengan suasana riuh Wondy dan Ellea yang berebut helmet warna biru dan saling lempar helmet pink.

"Gue nggak mau helmet pink Won !" Lea berteriak kesal masih saling tarik menarik helmet biru dengan Wondy.
"Gue lebih nggak mau lagi pakai helmet pink Le. Gilani, jijikno !" Umpat Wondy dengan Surabayanya menolak helmet pink.

Keributan itu terlihat dari pagar sebelah yang memisah rumah Lea dan Fano.

"Le, bawa helmet gue aja" tawar Fano dari rumahnya menaikkan helmet lain miliknya ke udara. Tujuannya supaya Lea lihat helmet hitam pororo.

"Won, gue suka biru. Elo aja yang hitam" tukasnya pada Wondy. Sudah merampas kuat helmet biru.

Kalahnya Wondy sama artinya dengan kalahnya Fano. Sebab helmetnya harus berakhir dikepala si mas pom bensin.

Lalu berangkatlah Maya dan Fano ketujuan les yang berlawanan dengan Wondy Lea.

Dalam perjalanan itu melalui tanjakan, tikungan, belokan, turunan dan beberapa lampu merah area Jalan Raden Fatah Maya menguar senyum tipis tujuannya memberi penambahan ke obrolan yang hendak ia buka dengan Fano.

"Fan, gue harap bisa ikut OSN bareng sama elo. Semoga kita bisa masuk barengan. Gue pengen banget masuk OSN tahun ini"

Senyumnya berbalas senyuman Fano, turut bersambut pula tawaran dari Fano "Nanti gue pinjemin buku-buku May biar bisa masuk OSN"

"Serius ? Lo mau bantuin gue ?"
"Hm"
"Sampai masuk OSN ya ?"
"Iya. Insya allah gue bantu sampai lolos OSS OSP, biar masuk OSN"

Senyum bagus Maya kian mengembang senyum yang kalau diamati lekat-lekat ada tarikan manis yang enak sekali dilihat mata, anggun.

"Makasih Fano"
"Hm"

Suasananya sedang bagus, diatas langit sana ada gulungan awan putih yang jamak dengan bentuk variatif disela biru warna dasar luas langit itu.

Ributnya kendaraan kota Surabaya dan hiruk pikuk macet berserta pisuhan pengendara yang kesal juga turut menambah kesan hidupnya suasana di hari itu. Pokoknya cerah dan bagus untuk disertai senyuman Maya berbalas senyuman Fano. Lengkap bagai porsi empat sehat lima sempurna.

Situasi yang pas itu bandingan tebalik dengan ributnya Ellea dan Wondy di jalan yang berbeda. Jalan Teungku Umar yang terjal disertai genangan para mantan. Maaf, ralat. Maksudnya genangan para jalan lobang, motonya bergoyang-goyang karena keluar masuk lobang jalan berulang kali.

Si pengendara saling ribut menyalahkan. Ellea paling semangat memprotes Wondy.

"Won, bisa nyetir nggak sih"
"Elo deh sini coba. Gue yang dibonceng"
"Dih males. Elo berat"
"Lagi ngomongin diri sendiri lo ?"
"Berisik ih"

Obrolan seputar saling salah itu terus berlanjut panjang disertai dorongan kecil Ellea ke punggung Wondy yang cuma bisa mengeluh umpatan ke udara, biar lebur bersama asap kepul pabrik-pabrik sekitar jalan Teungku Umar.

Sekali lagi, sistematika pertemanan Wondy dan Ellea itu semacam 'Kalau ketemu berantem, kalau jauh nyariin. Kalau lagi berantem nggak bisa dipisahin, kalau lagi rukun ademnya bukan main' gitu.

Berbeda dengan Fano dan Maya yang tidak sekalipun pernah saling tengkar atau beda pendapat. Hidup mereka terasa serasi tidak ada berbeda jalan pikiran. Tidak sekalipun sempat saling ejek layaknya Lea-Wondy. Oleh sebab itu, Fano-Maya yang tenang lurus-lurus saja bertemu dengan Wondy-Lea yang rame dan berisik supaya seimbang. Pula, atas dasar inilah persahabatan mereka awet. Lewat sisi beda yang justru mengantarkan mereka menuju ke pengalaman yang sama bernama 'persahabatan'

Dua sisi berbanding terbalik. Dua kebiasaan yang berbeda temu dalam satu ruang yang disebut 'sahabat'.

Dari persahabatan itu seolah Fano-Maya ini adalah rambu-rambu yang punya tugas untuk mengontrol sisi rame Wondy-Lea. Sebaliknya, sisi lurus lurus saja yang terlalu tenang itu kadang perlu diramaikan oleh Wondy dan Lea. Sebab, katanya sih kalau tidak salah 'Persahabatan itu tugasnya melengkapi yang kurang-kurang dan memangkas yang lebih-lebih. Supaya jadi pas' dan mari bersepakat dengan kalimat itu.

Lalu pada sisi tenang Maya dan Fano yang sudah berada di tempat privat tutor, dalam situasi sedang memarkir mobilnya di teras gedung tinggi dengan cat warna merahnya yang terkenal di setiap cabangnya. Fano memarkir mobilnya berlanjut melepas sabuk pengamannya.

"Maya, nanti pulang les ada yang ingin gue sampaikan. Ada yang mau gue kasih ke elo" katanya menatap Maya.

Perempuan cantik yang punya senyum buagus. Iya, harus sekali ditulis dengan tambahan huruf 'u' yang memiliki kesan dilebihkan. Sebab untuk memperjelas bahwa senyuman Maya memang sungguh bagus dan enak dipandang.

"Apa itu ? Jadi penasaran" katanya mengulas senyum lagi diakhir ucapannya ke Fano.

Tas ransel diraihnya, lalu bergegas membuka pintu mobil, Fano yang kalem itu bilang pada Maya "Nanti aja. Kalau udah pulang May. Ayo turun, nanti telat Miss Grace bisa marah"

Bedanya dengan Wondy dan Lea yang juga baru sampai ditempat les tambahan justru adu berlama-lama melepas helmet, merapikan anak rambut, sampai sempat-sempatnya ingin berbelok ke warung depan untuk membeli es.

Kalau Fano bilang 'Ayo turun. Nanti telat, miss Grace bisa marah' justeru Wondynya bilang ke Lea "Le, dawet ayu seger banget. Mampir dulu. Nanti bilangnya ke Sir John, kena macet gitu ya"

"ASYIAP"

"ASYIAP"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

a/n :

Ada yang berniat menumpang sejenak ke kapal pom bensin bobrok ?
Atau masih sanggup terombang ambing berlayar di kapal layangan yang tarik ulur terus ?

Wkwk

BESTI - Cha Eunwoo |END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang