07. Perhatian-perhatian Jamak ?

358 96 26
                                    

-Perhatian-perhatian Jamak ?-

Ellea bukannya berbesar kepala tanpa sebab, karena walau bagaimanapun pepatah memang sering benar, bahwa 'tidak akan ada asap kalau tidak ada api' tidak pula ada rasa besar kepala dan baper tanpa adanya harapan-harapan yang diberikan lewat perhatian-perhatian kecil. Mungkin orang akan menyangkal bahwa Lea saja yang besar kepala atau Lea saja yang mudah ambyar, tapi kalau dilihat sekali lagi dari bagaimana Fano memberikan perhatian-perhatian kecil pada Ellea akan membuat siapa saja jadi salah paham.

Misalnya, hari itu harusnya Fano masih di laboratorium bersama anak-anak IDOS untuk penelitian baru tentang pompa hidrolic miniatur desain jembatan. Tapi pemuda itu memilih datang menemui Ellea yang terduduk lemas di depan ruang jurnalistik. Penyebabnya perempuan itu terduduk lemas didepan ruang jurnalistik ialah karena tugasnya mengedit masih banyak sementara teman-teman satu clubnya sudah pulang, hanya tinggal dia sendiri harusnya berdua dengan Wondy, tapi pemuda itu sedang di panggil pak Syamsir untuk keperluan pelajaran agama besok.

Maka jelas sudah alasan kaki Ellea yang terasa lemas, sebab perempuan ini sungguh penakut bukan main soal urusan mistis, walaupun galak kelemahan Ellea nyatanya ada disana.

Fano yang datang dengan ekspresi datar itu melemparkan hoodie hitamnya ke udara ke arah Ellea yang masih belum menyadari kehadiran Fano yang sebesar itu. Menolehlah cepat-cepat perempuan itu ke arah datangnya hoodie hitam yang tiba-tiba mendarat agak kasar ke arah muka Ellea, menyadarkan gadis itu dari diamnya Ellea dalam ruang jurnalistik bersama beberapa tumpuk pekerjaannya yang belum selesai.

"Gue takut" rengeknya kecil pada Fano, walau masih dengan mimik bengong yang belum hilang, Ellea mendongak menghadap pada Fano dengan tampang demikian.

Fano, pemuda dengan julukan raja OSN itu mengambil beberapa langkah mendekat ke arah Ellea lalu mengambil kursi, memposisikan diri duduk didepan Ellea. "Nggak ada yang bakal nakutin elo" katanya tenang, yang kalau ini Wondy pasti akan disertai embel-embel 'mencibir' diakhir tindakannya. Tapi dia Fano, Fano si cowok dengan pembawaan tenang itu tidak suka membuang energi untuk perkara yang baginya membosankan. Oleh sebab itu dia hanya akan berbicara sesuai tujuannya tanpa harus bercanda saat tidak dalam waktu yang baginya bukan waktunya bercanda.

Walau begitu sadar atau tidak kalimat 'Nggak bakal ada yang nakutin elo" sebenarnya ialah artian sempit dari kalimat 'Jangan takut lagi, ada gue yang lindungin elo'. Hanya saja ini Javon El Fano yang mengucapkan sehingga terasa tidak memungkinkan menggunakan kalimat segambyang itu.

Ellea mengangguk serta pula menghela napas panjang, setelahnya ia jadi mengeluhkan tumpukan kertas didepannya.

"Wondy kemana sih lama banget !" celetuk perempuan itu, niat hati ingin berdialog tunggal tanpa harus menjawab juga bukan masalah, sebab itu adalah bagian dari keluhan Ellea pada tugasnya yang belum selesai juga.

"Sini gue bantuin" ucap Fano merespon keluhan Ellea, padahal perempuan itu hanya bertanya keberadaan Wondy, bukan berniat meminta tolong Fano. Dan tanpa banyak bicara lelaki itu meraih laptop didepan Ellea dengan tenang, memutar laptop itu ke arahnya "Bagian mana lagi yang harus diedit" lanjutnya bertanya pada Ellea yang sudah senyum-senyum nyengir. Jelas saja, dia memang butuh bantuan pada hakekatnya.

"Baik banget sih teman gue. Ada maunya nggak nih ?" celetuk Ellea dangan tanpa beban meledek Fano, membuat Fano jadi diam menatapnya lurus beberapa saat, sebelum akhirnya menjawab "Karena gue nggak suka ada yang nyusahin elo" katanya, membalas ucapan Ellea.

Ellea jelas saja menjadi diam seolah menyesal menarik ucapannya meledek Fano "Karena gue tahu otak lo aja sudah susah paham, apalagi kalau ada yang nyusahin. Makin lemotlah elo nantinya" tukas pemuda itu dengan ekspresi tenangnya itu mampu berucap sesadis itu pada Ellea.

"Wah resek" tukas Ellea segera menggulung beberapa kertas lalu ia ayunkan tepat kearah lengan Fano, memukul pemuda yang barusan menertawainya itu.

"Fan" panggil Ellea pada Fano yang barusan menegap memperbaiki posisi duduknya masih dengan lapotop dipangkuannya, sementara disebelah pemuda itu ada Ellea yang sedang sibuk memotong kukunya, padahal nyata-nyata ini adalah tugasnya.

"Kok elo ada disini ? bukannya sama anak IDOS ?"

"Udah ada Monbin yang handle" ucap Fano tanpa beralih fokus dari layar laptop.

Ellea tersenyum sekali, dengan mata bulatnya perempuan yang sedang mengangkat satu kakinya ke atas meja untuk ia potong kukunya itu lalu jadi nyengir "Baik banget sih teman gue" katanya riang.

Yang kemudian justru membuat Fano berdiri, lalu meletakkan laptop itu di meja "Kerjain sendiri" ucap pemuda itu tiba-tiba maju mengacak pelan puncak kepala Ellea walau dengan senyum smirk yang mengisyaratkan pemuda ini sedang meledek Ellea.

"Wuahhh...parah..Fan, gue nggak berani sendirian eh Fan..Fan, jangan pergi dulu he...Fano.. Japon El Pano...heee Panooo" teriak Ellea berulang memanggil bahkan sampai mengekori Fano yang terus berlalu sampai ke depan pintu.

Pemuda itu tersenyum, dengan senyuman yang kata orang datangnya cuma seminggu sekali itu "Gue ada kelas tambahan, Wondy sebentar lagi balik. Tunggu disini kalau nggak berani di dalam" ucap Fano.

Pemuda itu lalu berbalik, melangkah pergi meninggalkan Ellea yang akhirnya kembali duduk di depan ruang jurnalistik. Walau niat awalnya meninggalkan Ellea nyatanya Fano malah berbalik kembali, menghampiri Ellea yang sedang berjongkok. Pemuda itu berdiri tepat didepan Ellea yang kini mendongak.

"Ngapain balik lagi tetangga penghianat" tukas gadis itu membuat julukan asal ceplos.

"Gue temenin nunggu sampai Wondy datang"

"Nggak. NGGAK USAH" pungkas Ellea keki,

Fano dengan tanpa peduli justru ikut duduk berjongkok disebelah Ellea temannya itu. ia lalu berbisik pelan ke arah Ellea "Mau dengar cerita horror nggak ?"

"ENGGAK NGGAK NGGAK..NGGAK ADA...NGGAK DENGAR GUE" omelnya seolah tak mau mendengar lebih lanjut ucapan Fano yang kini menggeleng dengan senyum samar memperhatikan tingkah Ellea.

"Jagoannya MIPA 3 kok takut hantu" ledek pemuda itu.

Walau demikian, diakhir pemuda itu tetap menemani Ellea sampai Wondy datang. Fano bahkan rela telat masuk kelas tambahan. Dan itu kali pertama pemuda itu telat dalam kelas tambahan sekaligus kali pertama pula Ellea temui sebagai Fano yang mulai susah ditebak. Semenjak saat itulah bagi Ellea, Fano menjadi sosok yang tak terduga. 

Sampai hari-hari selanjutnya ia jadi kian bingung, sebab ia juga sering melihat Fano bersama Maya, atau kalau boleh membandingkan Fano lebih sering bersama Maya dibanding bersama dengan Ellea. Karena itulah kadang Ellea merasa perhatian Fano jadi tumpang tindih, dia merasa bingung atas sikap Fano yang tiba-tiba menjadi seperti terlalu perhatian terhadap Ellea. Padahal kenyataannya tidak juga.

---Bab 7---

---Bab 7---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

a/n :

Dek Ellea galauan ih.

Rivals series 2 udah turun bukunya, gak pengen lihat ? Ehe

BESTI - Cha Eunwoo |END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang