19. Last But Not Least

506 80 102
                                    

-Last But Not Least-

"Gimana rasanya bisa masuk ke OSN ?" tanya Lea.

Ah, ini tentang perpustakaan. Dimana didalamnya sana sedang ada Fano yang duduknya bersebelahan dengan Lea. Kali ini cukup berdua tanpa Maya yang sedang OSN ataupun Wondy yang sedang bersama urusan pribadinya sendiri.

Ini cuma bab tentang Fano dan Lea saja, diantara situasi perpustakaan yang hening ada Javon El Fano yang ganteng. Suasana yang cukup adil bagi mata bagus Ellea.

"Ya gitu" kata Fano tenang, dan pakai senyum-senyum kecil bersambut mata yang menyipit. Astagfirullah, ganteng sudah.

Lea memutar sejenak kepalanya ke Fano, dilihatnya dengan serius wajah bagus Javon El Fano yang tadi sempat-sempatnya senyum. Lea memprotes, menuntut kalimat rinci dari jawaban 'Ya gitu' itu tadi.

Katanya, "Ya gitu gimana ?"

Fanonya sekarang itu memutar kepala ke arah Lea, sengaja mengunci sudutnya supaya sejajar berdua dengan Lea, ya gitu, biar bisa memandangi Lea begitulah batinnya.

"Ya gitu gitu aja Lea.. sistematikanya itu belajar-belajar- kompetisi- pengalaman - nambah teman- nambah rivals,  lalu ada kalah ada menang. Menyenangkan sih sebenarnya--" tukas Fano, sekarang sedang menggantung kalimatnya yang tujuannya supaya Lea penasaran.

Lalu betulan, raut Lea menunjukan dia sedang menunggu kalimat Fano berikutnya. Wajahnya mewakili benar bagaimana ekspresi orang-orang penasaran. Tapi lucu bagi Fano, oh, dan dia menyukai itu.

Seulas senyum menguar di bibir bagus sana, bibir kecil merah muda yang biasanya digunakan untuk menghafal rumus-rumus Fisika, Fano senyum sebelum lanjut bilang bahwa "Tapi yang lebih bikin senang itu Lea".

Lea menyesetujui, diangguk olehnya tiga kali lalu bilang "Iya..gue emang orang yang menyenangkan". Lea ketawa. Suara ketawanya teduh, bentuk ketawanya juga bagus. Jelas-jelas lengkungan bulan sabit terbentuk lewat kedua bola mata Lea yang menyipit manis diantara sudut bibir yang menaik menggemaskan.

Bulpoinnya terjatuh, lepas dari tangan begitu saja. Javon El Fano menarik kesadaran dirinya yang barusan saja sempat terbawa atas bagusnya senyum Lea dengan pipi menggemaskan itu. Efek senyum Lea berakibat jatuhnya bulpoin hitam Javon El Fano ke lantai. Asal tahu saja, dianya sedang gugup harap maklum.

Tanpa disadarinya Lea justru menambah ketawa bagusnya itu sebab bulpoin yang jatuh. Lea yang tetawa, Fano yang lepas kendali jantung dan hatinya. Ah repot.

"Kenapa sih Fan..Fan..lagi ngelamunin apa" tawa kecil Lea masih menguar di sudut perpustakaan pada meja dekat pendingin ruangan.

Fano mengacak agak kasar rambutnya untuk melengkapi sesi keluhannya ke Lea, "Jangan suka ketawa mendadak gitu Le, bingung gue." katanya dengan lugas.

Jelas saja Leanya terkejut.

Lea diam kikuk.

Fanonya nyengir kebingungan.

Serius, ini situasi epic diantara susunan pemandangan buku-buku perpustakaan, ada Lea yang kikuk disebelah Fano yang nyengir alih-alih bingung pada rasanya sendiri.

Bermodal rasa kikunya Lea kali ini menurunkan ketawanya pada level yang lain. Ialah seulas senyum tenang diikuti semuan merah muda pipinya, Lea bilang "Gue pengen sendawa. Ehehe"

Yasudah. Karena dia adalah Ellea, maka entah itu semacam sendawa atau senyawa mematikan sekalipun maka akan diwajarkan oleh Fano. Silahkan. Itu tidak cukup menganggu untuk merubah efek cantiknya Lea dimata Fano.

Dan tenang saja, sendawa itu tidak terus berlangsung sampai pulang. Sampai pada situasi didepan gedung perpustakaan menuju parkiran sekolah.

"Le, ada yang mau gue jelasin ke elo. Ini adalah apa yang gue tahan sejak jauh-jauh hari"

BESTI - Cha Eunwoo |END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang