Udara pagi di Jogja masih sangat sejuk untuk dipakai berjalan-jalan mengelilingi jalanan kota.
Bulan yang akan pergi ke kampusnya memilih singgah ke kedai kopi yang tak jauh dari rumahnya.
Sudah lama Bulan mondar-mandir dalam kedai kopi.
"Mbak ada yang bisa saya bantu?" Tanya Barista lelaki yang sedari tadi memandangi Bulan.
"Iya saya mau pesan kopi." Balas Bulan santai.
"Silahkan, liat saja menunya."
"Hmmm..." Bulan hanya bergumam. Karena dia belum pernah ke kedai kopi sebelumnya.
"Saya buatkan kopi spesial saja ya Mbak, Mbak bisa duduk dulu." Tawar Barista itu ramah.
Dengan tanggap dan berjalan santai Bulan duduk disudut kedai kopi itu.
Beberapa menit kemudian...
"Kopi spesial untuk Gadis yang spesial." Kata si Barista itu.
Bulan hanya tersenyum lalu mengangguk.
Pergilah Barista itu memunggungi Bulan. Bulan menatap punggung barista itu heran, mengapa dia sangat baik kepadanya, padahal berkunjung ke kedai kopi itu pun baru sekali.
Beberapa menit kemudian Bulan beranjak dari tempat duduknya, bermaksud untuk membayar kopi terenak yang pernah diminumnya.
"Kopinya gimana Mbak?" Tanya Barista itu lagi.
"Enak, enak sekali." Jawab Bulan sambil tersenyum.
"Kalo kopinya enak, saya kasih gratis untuk kali ini."
"Kok begitu?" Tanya Bulan heran.
"Bayarannya diganti dengan kunjungan Mbak saja, maksud saya Mbak harus kesini lagi untuk minum kopi saya."
"Yasudah, terimakasih." Balas Bulan masih heran.
Barista itu hanya tersenyum kepada Bulan.
Udara sejuk di Jogja masih saja singgah di jalanan kota. Bulan sedang menunggu metro mini untuk pergi ke kampusnya.
Semenjak kepergian seseorang yang berarti di hidupnya. Seperti biasanya, Bulan tak pernah semangat jika pergi ke kampus.
Metro mini pun sudah datang di hadapannya, naiklah Bulan dengan berjalan lunglai tak ada semangatnya.
Baginya kampus adalah tempat paling membosankan. Datang, masuk kelas, mengantuk, di marahi dosen, di hukum, pulang. Begitu saja setiap harinya.
Bulan juga sangat membenci tempat itu. Tempat dimana orang-orang yang memiliki segalanya banyak kawannya sedangkan yang tak punya apa-apa sepertinya tak ada seorang pun yang ingin menemaninya.
Kelas pun akhirnya selesai. Bulan memilih pergi ke taman belakang untuk sekedar membaca buku novel dan mendengarkan lagu indie kesukaannya.
Kali ini Bulan memilih taman kampus untuk menikmati kesendiriannya, dengan maksud sedikit ramah pada tempat yang paling tidak di sukai nya.
"Bulan!"
Bulan menoleh ke arah suara. Ada lelaki berambut gondrong yang sepertinya belum dicukur beberapa tahun, penampilannya acak-acakkan. Bulan mulai merasa takut.
"Kamu bulan anak Komunikasi itu kan?" Tanya lelaki itu.
Bulan hanya menggangguk.
"Jangan takut, saya anak baik-baik kok, soal penampilan, saya tidak terlalu memperhatikan penampilan saya"
Deg!
Bulan kaget dengan apa yang di ucapkan lelaki itu, mengapa dia bisa tau fikiran Bulan mengarah ke arah situ.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Bulan dan Bintang
PoetrySejatinya rasa sepi ialah ketika kita berada di keramaian. Tak ada seseorang yang menemani, hanya ada rasa sunyi dan sepi dihati.