Bagian 10

25 3 2
                                    

Pagi ini Bulan dan nenek-nya sudah berada di depan salon yang kemarin Bulan kunjungi. Mereka sudah selesai di rias. Dua-duanya begitu ayu dan anggun.

Sekarang mereka sedang menunggu taksi lewat, untuk pergi menuju kampus.

Tak lama menunggu, taksi tepat berhenti di hadapan mereka.

Di sepanjang perjalanan Bulan hanya bisa melamun, ia teringat Wisnu. Seharusnya hari ini ia bahagia, menyambut hari ini dengan penuh suka dan tawa. Tapi kenyataan nya berbeda, ia begitu lunglai tak ada semangat di jiwa nya.

Lamunan Bulan di buyarkan oleh suara supir taksi yang berkata bahwa Bulan dan nenek-nya telah sampai di tempat tujuan.

Akhirnya mereka turun dan membayar taksi. Masuklah mereka kedalam kampus menuju aula, tempat dimana acara wisuda akan di selenggarakan.

Setelah sampai di aula, Bulan mencari-cari dua kursi kosong untuk tempat duduk dirinya dan nenek-nya. Akhirnya Bulan dan nenek-nya duduk di dua kursi yang berada di tengah.

Tak seperti orang kebanyakkan, bagi Bulan hari ini biasa saja, tidak ada istimewanya. Sebab, tak ada Wisnu yang selalu menemani dan memberikan semangat di hidupnya.

Sampai akhirnya tiba, acara wisuda sudah di mulai. Acara demi acara terus berjalan. Sampai akhirnya Bulan dinyatakan lulus dari perguruan tinggi jurusan komunukasi.

Bulan berlari menuju nenek-nya. Ia langsung memeluk nenek-nya erat. Tak menyangka ia bisa sampai di titik sejauh ini. Bulan sangat bangga terhadap dirinya sendiri, akhirnya ia bisa berjuang untuk dirinya dan nenek-nya. Ia pun berharap kedepannya akan jauh lebih baik, ia masih harus membanggakan nenek-nya, satu-satunya orang yang ia punya saat ini.

Begitu pun bagi nenek-nya, ia bangga kepada Bulan. Sedari tadi ia tak henti-henti nya menangis. Haru melihat cucu nya lulus dari perguruan tinggi dengan hasil yang baik.

Tiba akhirnya acara resmi selesai, dan sekarang masuk ke acara hiburan. Semua mahasiswa dan orang tua boleh menikmati sajian makanan dan minuman. Juga menyaksikan acara hiburan.

Sekarang Bulan berada di depan meja kopi, ia sedang menyeruput kopi nya dengan lembut. Sampai-sampai tidak menyadari ada yang memperhatikan nya sedari tadi.

Sementara nenek-nya bergabung bersama orang tua lainnya.

"Bulan!" Panggil seseorang dengan suara yang begitu lembut.

Bulan mengernyitkan dahinya, kembali mengingat seseorang yang sekarang berada di hadapannya, seperti pernah mengenal.

"Masih ingat aku? Aku teman Wisnu." Ucap lelaki yang berbadan kekar itu.

Akhirnya Bulan mengingat seseorang itu, salah satu lelaki yang waktu itu berada di kelas sastra, teman Wisnu.

"Iya aku ingat, ada apa ya?" Tanya Bulan ramah seraya tersenyum.

"Apa kita bisa berbicara di tempat lain?" Tanya lelaki itu.

"Maksudmu?" Tanya Bulan kebingungan.

"Maksudku, kita harus berbicara, di tempat yang tidak terlalu ramai."

Bulan hanya mengangguk-angguk mengerti.

Akhirnya mereka sampai di belakang aula.

"Ada apa ya? Sampai-sampai kita harus berbicara disini." Tanya Bulan lagi.

"Sebelumnya, tenangkan dirimu dulu." Ucap lelaki itu hati-hati.

"Sebenarnya ada apa, kamu bisa berbicara langsung." Ucap Bulan.

Pria itu hanya diam seraya menunduk.

"Hey! Apa kamu tidak mendengarku?"

"Hey ayolah! Kamu harus berbicara padaku, ada apa?"

Cerita Bulan dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang