Perlu di perjelas lagi, Paman dan Bibi Guntur tidak tinggal di Pulau Banda Neira. Mereka hanya tinggal di Pulau Maluku Tengah yang kebetulan dekat dengan Pulau Banda Neira. Karena Banda Neira sendiri hanya di datangi oleh para wisatawan, yang ingin melihat seberapa menakjubkannya keindahan alam disana. Itu pun masih sangat sedikit orang, belum ramai.
Dan hari ini Bulan berniat datang kesana. Karena satu-satunya tujuan Bulan jauh-jauh kesini hanya untuk datang ke Banda Neira. Mungkin disana ia bisa melepas semua masalah serta lukanya, dan kembali ke Jogja dengan perasaan yang telah baik-baik saja.
Sore pun tiba, tak terasa, udara sore sudah sangat sejuk menyisakan pohon-pohon pekarangan rumah yang menari-nari tertiup angin. Seperti yang sudah di katakan tadi, Bulan akan datang ke Banda Neira. Tepatnya sore ini.
"Paman antar ya." Ucap paman sambil berlalu menghampiri mobil tuanya.
Bulan hanya mengangguk dengan mata yang penuh harap.
"Bulan pergi dulu ya Bi, Bulan sayang Bibi." Bulan pamit seraya memeluk Bibi Nam.
"Hati-hati ya Nak, Bibi juga sayang sama Bulan." Balas Bibi Nam begitu tulus.
Bibi Nam melihat punggung Bulan yang perlahan menjauh menghampiri mobil tua milik suaminya itu.
"Dadaaah..." Bulan berteriak seraya melambai ke arah luar mobil, ke arah Bibi Nam berada.
Bibi Nam balas melambai ke arah Bulan, 'Hati-hatiii..." Sungut Bibi Nam sekali lagi.
Di tengah perjalanan...
"Apa Banda Neira jauh dari sini Paman?" Tanya Bulan ingin tau.
"Hmmm lumayan." Jawab Paman Dul ringan.
"Lumayan jauh atau lumayan dekat?"
"Dekat kok."
Bulan mengangguk ke arah Paman Dul.
"Udara disini benar-benar beda dengan udara di Jogja ya Paman." Bulan mulai angkat bicara soal keadaan sekarang ini.
"Lebih enak mana?" Tanya Paman Dul.
"Lebih enak disini. Tapi tetap saja Jogja adalah kota istimewa bagiku."
"Bagi paman juga."
Setelah cukup lama menempuh perjalanan, cukup lama berbincang juga, akhirnya Bulan sampai di Pulau Banda Neira. Kedua mata Bulan terbelalak melihat Pulau yang begitu menakjubkan ini. Lebih dari Pantai Pok Tunggal yang ada di Jogja. Benar-benar Indah.
Bulan melangkahkan kaki nya lebih dalam lagi sendirian, karena tadi Paman Dul bilang harus pamit pulang dulu. Dan entah mengapa, dengan cepat Bulan meng-iyakan. Mungkin Bulan sebegitu terpesonanya melihat Pulau seindah ini.
Tak salah jika orang-orang menafsirkan Banda Neira 'Serpihan Surga di Timur Indonesia' karena ya memang pantas, begitu menakjubkan dan indah.
Pohon-pohon seolah mengajak Bulan untuk menari bersama. Semilir angin menambah keelokan tempat ini. Sempurna.
Bulan menghadapkan dirinya tepat ke arah Pantai. Di ujung yang lain terlihat senja begitu gagah menempati singgasananya.
Bulan jadi menyukai senja, semenjak datang ke Pantai Pok Tunggal bersama Wisnu kala itu. Dari senja Bulan belajar banyak hal.
Mengapa senja itu menyenangkan?
Kadang ia merah merekah bahagia.
Kadang ia hitam gelap berduka.
Tapi langit, selalu menerima senja apa adanya. Senja selalu istimewa.Di sudut yang lain, Bulan melihat seseorang yang pernah ia lihat sebelumnya. Seseorang itu--
Pikiran Bulan kembali pada kejadian 15 tahun lalu, ia sedang ada bersama seorang kawan kecilnya di pesisir pantai, melihat pesona bulan dan bintang yang terhampar di langit malam.
Bulan menghampiri seseorang itu dengan jiwa yang bergetar, dengan raga yang mulai lemah, sekarang ia tau jelas siapa orang itu, ia di hadapkan kembali dengan masa lalunya.
Seseorang itu berbalik arah menjadi bersebrangan dengan Bulan.
Tanpa di sadari air mata Bulan menetes di kedua sudut matanya. Ia tak bisa menahannya lagi. Seseorang yang telah lama hilang entah kemana itu, kini ada di hadapannya. Bulan bingung harus bagaimana. Semuanya begitu menyakitkan.
"Apa yang lebih fana dari perjalanan ini? Kita gila dalam ketidak-pastian!" Ucap Bulan sedikit berteriak. Jiwanya kini telah di ambang kesakitan. Ia tidak bisa menahannya lagi.
Rasanya ingin sekali marah, menumpahkan semua rasa kesalnya selama 4 tahun ini. Tapi Bulan malah memeluk seseorang itu. Seseorang itu balik memeluk Bulan erat.
"Aku sudah lama rindu kamu, Bintang!" Ucap Bulan di sela-sela pelukannya.
Ya, seseorang itu adalah Bintang, kawan kecilnya, yang telah hilang tanpa kejelasan selama 4 tahun lalu dari hidup Bulan. Yang membawa Bulan mengenali Wisnu, mengenali Guntur. Yang membawa Bulan menjadi seperti ini selama 4 tahun ke belakang. Dan mungkin yang membawa hati Bulan harus datang ke tempat ini.
Seseorang itu hanya diam, tetapi kini ada air mata yang mengalir di pipinya. Bulan tidak tau bahwa Bintang pun menangis karenanya, sebab Bulan masih tenggelam dalam pelukan Bintang.
Bulan mengangkat kepalanya, ia menatap mata hitam Bintang lekat-lekat, Bulan rindu sekali tatapan teduh itu.
"Kamu menangis?" Tanya Bulan sedikit panik seraya mengusap air mata yang tersisa di pipi Bintang.
Bintang hanya menggeleng.
"Kenapa kamu ada disini?" Bulan bertanya dengan suara yang bergetar, berat rasanya kembali di pertemukan dengan seseorang yang telah ia tunggu bertahun-tahun. Hanya ada rasa sakit yang menjalar di tubuh Bulan.
"Aku disini untukmu." Akhirnya Bintang angkat bicara.
"Untukku?"
Bintang hanya mengangguk sambil menundukan kepalanya.
"Tidak ada yang mau di jelaskan?" Tanya Bulan lagi.
Bintang terduduk di pasir pantai, Bulan pun ikut duduk di samping Bintang.
"Aku kira, menjauh darimu akan membuat hidupku dan hidupmu lebih baik." Sungut Bintang dengan suara yang di buat hati-hati.
"Nyatanya tidak." Balas Bulan ringan.
"Aku bodoh Bulan, aku bodoh!"
"Tapi aku masih menyayangimu."
Bintang hanya tersenyum seraya membawa Bulan tenggelam lagi dalam pelukannya.
Mereka terbawa ke masa dimana mereka masih baik-baik saja. Mereka rindu perasaan mereka yang dulu. Sebelum ada perasaan-perasaan yang saling menyakiti.
"Aku antar kamu pulang ya, besok kita bertemu kembali, akan ku ceritakan semuanya." Ucap Bintang.
Bintang mencium puncak kepala Bulan.
"Aku begitu menyayangimu Bulanku!"
Terjawab sudah siapa yang selama ini di tunggu Bulan, terjawab sudah prolog cerita ini.
Jangan lupa beri suara dan komentar ya...
Dan tunggu bagian selanjutnya...-aliyarzk
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Bulan dan Bintang
PoetrySejatinya rasa sepi ialah ketika kita berada di keramaian. Tak ada seseorang yang menemani, hanya ada rasa sunyi dan sepi dihati.