Bulan pamit kepada neneknya. Bergegas pergi untuk menunggu metro mini lewat. Hari ini Bulan bangun kesiangan. Dia harus cepat-cepat sampai di kampusnya, atau jika tidak dia tidak diizinkan mengikuti kelas lagi. Untuk kali ini Bulan benar-benar ingin mengikuti kelas, ingin belajar. Dia masih teringat kata-kata Wisnu kemarin, dia harus sedikit membenahi hidupnya.
Sudah lumayan lama Bulan menunggu, metro mini pun datang.
Seperti biasa Bulan duduk di tempat biasanya. Bulan mulai mengeluarkan handphone-nya memasangkan pula earphone untuk mendengarkan lagu yang biasa ia dengarkan.
"Lagunya monoton, itu-itu saja." Tiba-tiba ada yang berbicara seperti itu. Ternyata penumpang yang ada disebelah Bulan.
Bulan menghentikan iringan lagu indie kesukaannya.
Ternyata orang itu adalah Wisnu. Menyebalkan fikir Bulan.
"Kok kamu disini?" Tanya Bulan benar-benar kaget.
"Aku fikir metro mini untuk ditumpangi siapa saja, tidak salah jika aku ada disini." Balas Wisnu tengil.
"Kamu mengikutiku!" Simpul Bulan ketus.
"Hahaha" Tawa Wisnu renyah.
Bulan kesal dan cemberut kepada Wisnu.
"Pakai tab-ku, kamu bisa mendengarkan banyak lagu indie yang nantinya akan kamu sukai." Ucap Wisnu dan memberikan tab kepada Bulan.
Bulan senyum-senyum sendiri melihat tab milik Wisnu. Bagaimana tidak, semua lagunya adalah lagu indie. Bulan suka itu.
Akhirnya mereka sampai.
Wisnu dan Bulan bertatap-tatapan, masing-masing dari mereka mengambil oksigen sebanyak-banyak nya.
"Satu...Dua...Tiga..." Mereka berdua mulai berhitung.
Wisnu dan Bulan lari masuk ke kampus. Serasa sedang lomba lari. Bulan belok ke arah kiri sedangkan Wisnu ke arah kanan. Mereka benar-benar takut jikalau kelas sudah dimulai.
"Akhirnya masih belum." Bulan mengambil napas lega. Karena kelas belum dimulai.
Tak lama setelah itu Dosen pun datang.
Walaupun sudah tak terhitung berapa kali Bulan menguap. Dan beberapa kali bulan tertahan dalam kantuknya, Bulan berhasil menyelesaikan kelasnya kali ini.
Bulan keluar kelas dengan senyum simpul dan mata yang berbinar. Rasanya sedikit merasa senang kali ini. Teringat pula kejadian tadi pagi bersama Wisnu. Lucu sekali fikir Bulan.
Tak lama setelah itu, Bulan bertemu Wisnu di koridor kampus.
"Kali ini kita langsung saja pulang, maksudku aku akan ikut pulang bersamamu." Wisnu angkat bicara.
"Kali ini kamu berkunjung ke rumahku?" Tanya bulan masih bingung.
"Iya. Tapi aku tidak bawa motor, kan tadi ikut naik metro mini bersamamu."
"Tuh kan berarti benar, kamu ngikutin aku, dasar!" Simpul Bulan ketus.
"Hahaha" Lagi-lagi Wisnu tertawa melihat ekspresi wajah Bulan.
"Yasudah, kita naik metro mini lagi." Ucap Bulan.
"Berjalan!" Ucap Wisnu berbeda.
"Ya cape dong, Rumah ku cukup jauh dari sini."
"Yasudah."
"Yasudah apa?" Tanya Bulan yang kelihatan semakin bingung.
"Kita pulang naik metro mini." Balas Wisnu menyerah.
Sesampainya di pekarangan rumah Bulan...
"Ah aku deg-degan." Ucap Wisnu sambil memasang muka ketakutan.
"Kenapa?" Tanya Bulan.
"Kalo aku masuk kedalam rumahmu nanti aku bertemu nenek-mu."
"Terus?" Bulan masih bertanya.
"Terus nenek-mu kaget melihatku."
"Kenapa?"
"Karena aku tampan. Pacar cucu-nya benar-benar tampan. Hahaha." Gurau Wisnu Pecah.
"Pacar katamu? Sejak kapan aku jadi pacarmu? Aneh!" Ucap ketus Bulan sambil berlalu meninggalkan Wisnu yang masih tertawa melihat ekspresi Bulan.
Akhirnya Wisnu ada di ruang tamu bersama Bulan dan Nenek-nya. Mereka banyak berbincang sampai-sampai langit Jogja sudah gelap sempurna.
Berhubung sudah malam, dan malam pun sudah larut, Wisnu pamit untuk pulang.
"Senang bisa berkunjung ke tempat Bulan, jadi saya bertemu dengan nenek." Ucap Wisnu sebelum pamit.
"Nenek juga senang jika sekarang Bulan punya teman sebaik kamu nak." Balas nenek dengan suara yang terdengar senang.
"Ayo aku antar." Ajak Bulan.
Keluarlah Wisnu dan Bulan dari dalam rumah.
"Terimakasih untuk hari ini, aku senang." Ucap Bulan dengan mata yang berkaca-kaca.
"Tugasku membuatmu senang, Bulan." Balas Wisnu dengan yakin.
"Tugasku akan selalu merasa senang jika berada di dekatmu."
"Tugasku sekarang adalah pulang, sudah hampir larut." Balas Wisnu sembari menahan tawa.
"Hahaha" Tawa mereka berdua pecah di keheningan malam kala itu.
Akhirnya Wisnu pulang dengan sedikit berjalan kaki dan menunggu metro mini atau taksi lewat di jalanan kota.
Bagi Wisnu maupun Bulan hari ini adalah hari yang paling menyenangkan. Karena mereka senang bisa berbincang banyak bersama nenek. Seseorang yang sangat Bulan sayangi. Dan sepertinya mulai sekarang pun Wisnu menyayangi nenek.
Sejatinya cinta ialah perasaan yang tak membuat kita bodoh. Tetapi mengajarkan kita bijak dalam meletakan perasaan.
Tunggu bagian selanjutnya ya
Jangan lupa beri suara dan komentar :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Bulan dan Bintang
PoetrySejatinya rasa sepi ialah ketika kita berada di keramaian. Tak ada seseorang yang menemani, hanya ada rasa sunyi dan sepi dihati.