Bagian 7

28 2 3
                                    

Sinar matahari merambat masuk melalui celah-celah tirai jendela kamar Bulan. Hangat. Membuat Bulan terbangun dari tempat tidurnya.

Bulan melangkah ke dekat jendela, membuka tirai jendela dengan sempurna, dan membentangkan kedua tangannya.

Hari ini ia sengaja bolos kuliah, ia hanya ingin mencari Wisnu. Karena dari kemarin pikiran dan hatinya masih saja terjuju pada lelaki itu. Lelaki yang mampu membuatnya berubah. Lelaki yang sekarang sangat berarti dalam hidupnya.

Setelah membereskan seluruh bagian rumah, Bulan langsung pamit pada neneknya untuk pergi ke kampus. Ya kampus. Bulan akan mencari Wisnu di kampus terlebih dahulu, siapa tau Bulan bisa bertemu Wisnu di kampus hari ini.

Udara Jogja kali ini kembali ceria, tidak seperti kemarin. Hari ini Jogja sangat bersahabat, dengan udara yang sejuk dan langit yang biru sempurna.

Sudah lama Bulan menunggu metro mini lewat, tapi tak kunjung datang. Sudah lama juga ia menahan rasa pegal di kedua kakinya karena terlalu lama berdiri.

Bulan memilih sedikit berjalan menelusuri jalanan kota Jogja pagi itu. Di dapati anak-anak yang terlihat ceria sedang bermain bersama Ibunya. Ada juga sepasang Kakek-nenek yang terlihat romantis bergurau di taman kota. Membuat Bulan Miris dengan dirinya sendiri, dia tidak punya teman kala itu.

Sudah cukup jauh Bulan berjalan, akhirnya metro mini tepat berhenti di hadapanya. Masuklah Bulan ke dalam metro mini dan duduk di tempat seperti biasa.

Akhirnya Bulan sampai di depan kampus.

Bulan bergegas mencari Wisnu dari ujung kampus sampai ujung kampus lagi. Hasilnya masih saja nihil, ia tidak bisa menemukan Wisnu.

Sampai akhirnya Bulan berfikir keras.

Bulan melangkah dengan langkah yang terburu-buru. Ia akan pergi ke kelas Wisnu. Walaupun ia tak tau pasti kelas Wisnu berada dimana, ia yakin ia akan menemukannya.

Ruang Kelas Sastra

Setelah lama mencari kelas Wisnu, akhirnya Bulan menemukannya. Di dapati ada dua orang lelaki yang sedang ada di dalam kelas.

"Permisi." Ucap Bulan seraya mengetuk pintu.

Kedua lelaki itu mengarahkan pandangannya tepat ke arah Bulan berdiri.

"Ada apa?" Tanya salah seorang lelaki itu seraya mendekati Bulan. Di susul pula oleh lelaki yang satu nya lagi.

Sekarang mereka bertiga ada di depan pintu.

"Apa kalian teman Wisnu?" Tanya Bulan ragu-ragu.

"Iya kami teman Wisnu, Wisnu sudah dua hari tidak masuk kelas dan tidak mengikuti pelajaran." Jelas salah seorang lelaki itu lagi.

"Apa kalian tau Wisnu pergi kemana?" Tanya Bulan dengan suara yang bergetar.

"Kami tidak tau, Tidak ada keterangan tentang Wisnu." Jelas lelaki itu lagi.

Bulan hanya menunduk.

"Kamu kenapa?" Tanya lelaki itu dengan suara yang di buat hati-hati.

Bulan hanya menggeleng.

"Yasudah, maaf sudah mengganggu, terimakasih, aku harus pergi." Ucap Bulan seraya pergi meninggalkan dua lelaki yang sedang kebingungan melihat sikapnya.

Bulan kembali melangkah dengan langkah terburu-buru, ia pergi meninggalkan kampus. Ia tidak tau lagi harus mencari Wisnu kemana. Hasilnya selalu nihil, selalu membuatnya menyakitkan.

Tak terhitung sudah berapa lama Bulan berjalan menelusuri jalanan kota. Sampai-sampai langit sudah mulai gelap.

Tiba akhirnya Bulan merasa kelelahan karena terlalu lama berkelana kala itu. Ia memilih duduk di kursi ujung kota kala itu. Melamun seraya meratapi setiap bagian hidupnya, masih saja menyedihkan.

Lampu kota menghiasi sepinya kala itu. gemerlap cahaya kendaraan menyilaukan mata Bulan. Bulan merasa sebagian dirinya kembali hilang. Perasaannya seolah tak tau kemana harus pulang. Begitu malang.

Sudah lama Bulan melamun, akhirnya ia beranjak pergi dari tempat itu.

Sekarang Bulan berdiri di tengah jalan raya. Fikirannya benar-benar kosong. Raga nya ada tapi Jiwa nya seperti sudah mati.

Sudah tak terhitung berapa banyak pengendera yang meneriaki nya agar tak berdiri di tengah jalan raya. Sudah tak terhitung juga suara klakson dari pengendara yang masih tak mampu membuat Bulan menepi.

Tiba akhirnya ada seseorang yang membawanya menepi dengan langkah yang terburu-buru karena jalanan sudah macet karena adanya Bulan di tengah jalan.

"Bulan!" Ucap seseorang itu seraya menepuk-nepuk pipi Bulan.

Bulan tersadar.

"Guntur!" Ucap Bulan spontan.

"Kamu kenapa?" Tanya Guntur.

"Tidak tau." Balas Bulan seraya menunduk.

"Tadi kamu berdiri di tengah jalan raya. Sudah tak terhitung berapa banyak pengendara yang meneriaki sambil menyalakan klaksonnya agar kamu menepi." Jelas Guntur dengan suara yang agak tinggi.

Bulan menangis.

"Hey, Sebenarnya kamu kenapa? Kamu bisa cerita padaku kalau kamu mau." Jelas Guntur seraya memegang kedua pipi Bulan.

Bulan masih saja menangis. Ia tidak tau apa yang barusan sudah ia lakukan. Seakan-akan semesta sengaja membawanya untuk hilang di bumi. Menyedihkan sekaligus menyakitkan.

Suasana di tepi jalanan kota kala itu hening. Menyisakan Guntur dan Bulan yang saling diam. Menyisakan pula Bulan yang makin larut dalam tangisannya.

"Aku pernah kehilangan dua orang yang paling berarti dalam hidupku, aku juga pernah kehilangan lelaki yang paling aku sayangi, apa sekarang aku akan kehilangan lagi?" Ucap Bulan bergetar di sela-sela tangisannya.

"Maksudmu?" Tanya Guntur masih heran.

"Sudah dua hari aku tidak bertemu Wisnu. sudah tak terhitung berapa kali aku mencarinya. Hasilnya selalu nihil, aku tidak bisa menemukannya." Jelas Bulan.

"Setiap manusia tidak pernah tau apa yang akan tuhannya rencanakan, tapi percayalah rencana tuhan selalu baik!" Jelas Guntur sambil merangkul Bulan.

Deg!

Bulan kembali mengingat kata-kata itu. Kata-kata yang Wisnu pernah ucapkan kepadanya. Emosinya sudah tidak bisa ditahan, rindu nya sudah mulai meluap menjadi genangan air mata yang turun di kedua mata sendu miliknya.

Sampai akhirnya malam sudah larut. Guntur mengantarkan Bulan pulang ke rumahnya.

Akhirnya Guntur dan Bulan tiba di depan rumah Bulan.

"Terimakasih banyak Guntur." Ucap Bulan.

Guntur hanya tersenyum.

"Mau masuk dulu?" Tanya Bulan kepada Guntur.

"Sudah larut. Lain kali saja."

Akhirnya Guntur sudah tak terlihat di pekarangan rumah Bulan.

Bulan melangkah masuk ke dalam rumah dengan langkah lunglai, dengan keadaan yang tak bisa di bilang baik-baik saja.

Di dapati nenek-nya yang sudah tidur di kamarnya.

Bulan menghempaskan tubuhnya sia-sia ke atas kasur. Bulan jadi berfikir yang macam-macam kala itu.

Kapan langit akan runtuh? Aku ingin terkubur bersama kehancuran ini. Aku lelah.
teriak Bulan dalam hatinya.

Kamu jahat Wisnu, kamu sengaja membuatku semakin hancur dengan semua perasaan rindu ini.
teriak Bulan lagi dalam hatinya.

Akhirnya Bulan terlelap dalam tidurnya. Berharap besok hidupnya kembali sempurna karena bertemunya Wisnu dengan dirinya.

Bagian kali ini sedih ya

Tunggu bagian selanjutnya
Jangan lupa beri suara dan komentar :)

Salam dari ku untuk kalian semua
-aliyarzk

Cerita Bulan dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang