Pagi ini Bulan membantu neneknya merawat tanaman Bunga Lily dan Bunga Mawar di pekarangan rumahnya.
Dari mulai menyiram, sampai memberi pupuk secara telaten. Dari dulu Bulan dan neneknya memang suka sekali Bunga Lily dan Bunga Mawar, oleh karena itu mereka menanamnya di pekarangan rumah mereka.Sinar mentari pagi seolah sengaja menyinari Lily dan Mawar yang begitu indah nan cantik. Bulan tersenyum senang melihat Lily dan Mawar yang sedang bermesraan bersama mentari pagi ini.
Sampai akhirnya Bulan telah selesai mandi pagi, ia mengenakan dress merah marun selutut, pas sekali di tubuhnya. Serta rambut yang di biarkan menyentuh bahu dan polesan make up yang menyapu wajah manisnya. Begitu sempurna.
Hari ini Bulan tidak akan keluar rumah, badannya masih belum benar-benar sehat. Ia memilih melangkahkan kakinya ke arah belakang rumah.
Bulan tersenyum melihat akuarium yang berisi dua ikan koi. Ikan-ikan itu begitu cantik, sekarang sudah semakin gembul. Ada raut bahagia sekaligus sedih di wajah Bulan. Bahagianya dia masih memiliki kenangan bersama Wisnu. Sedihnya Wisnu sudah tidak ada lagi dalam hidupnya. Bulan kembali merindukan Wisnu.
Bulan teringat sesuatu. Ia melangkahkan kakinya ke arah kamar. Ia langsung membuka laci meja riasnya. Disana tepat terdapat sebuah Tab yang berisi lagu-lagu indie, lagu kesukaan Bulan. Tab itu milik Wisnu, Waktu itu Wisnu memberikannya untuk Bulan.
Ayunan lagu-lagu indie yang mengiringi seisi kamar Bulan membawa Bulan hanyut ke alam bawah sadarnya. Begitu merdu dan menenangkan.
Sampai akhirnya Bulan terbangun, karena mendengar seseorang yang mengetuk pintu rumahnya.
Klek!
"Kamu baik-baik saja?" Tanya seseorang di balik pintu.
Bulan hanya mengangguk.
"Masuk!" Suruh Bulan.
Akhirnya seseorang itu masuk ke dalam rumah.
"Kamu belum menjawab pertanyaan ku." Ucap seseorang itu lagi. Sekarang wajahnya mulai kelihatan khawatir kepada Bulan.
"Aku baik-baik saja Guntur, cuma kecapean." Balas Bulan seraya tersenyum samar.
Ya, orang itu Guntur.
"Iya kamu harus banyak istirahat." Ucap Guntur lagi.
Bulan mengangguk seraya tersenyum.
"Aku buatkan minum dulu ya." Ucap Bulan antusias.
"Tidak perlu repot-repot." Balas Guntur.
"Tidak repot."
"Yasudah kalo maksa."
"Hahaha..." Tawa mereka hangat di siang yang terik kala itu.
Selang beberapa menit, Bulan kembali lagi dengan segelas jus jeruk di tangannya. Bulan meletakannya di atas meja.
"Kok cuma satu gelas?" Tanya Guntur dengan raut muka yang di buat kebingungan.
"Oh mau dua gelas?" Bulan balik bertanya.
"Tidak."
"Terus?"
"Kamu tidak minum?"
"Sudah pernah."
"Hahaha..." Tawa Guntur renyah melihat kelucuan yang terpancar di raut wajah Bulan.
Bulan ikut tertawa.
"Gitu dong, jangan sedih terus."
Bulan hanya tersenyum.
Bulan melangkahkan kakinya menuju kamar, dan kembali lagi dengan secarik kertas yang berada di tangannya.
Bulan menyerahkan kertas itu kepada Guntur. Itu surat dari Wisnu untuk Bulan.
"Apa ini?" Tanya Guntur bingung.
"Baca saja, nanti kamu tau."
Setelah Guntur membaca surat itu...
"Kamu harus menuruti apa yang di katakan Wisnu." Ucap Guntur.
"Jangan bersedih terus, kamu lebih cantik ketika sedang tersenyum." Ucap Guntur lagi.
Bulan hanya tersenyum samar, tatapannya kembali kosong.
Langit mulai menggelap, matahari sudah lelah berjalan. Berjam-jam Bulan dan Guntur menghabiskan waktu dengan berbagai aktivitas di rumah Bulan. Dari mulai mengobrol, minum jus jeruk, membuat pop corn untuk menonton film, sampai akhirnya langit menjadi gelap padam.
"Temani aku yu." Pinta Bulan kepada Guntur.
"Kemana?" Tanya Guntur.
"Keluar rumah, melihat Bulan dan Bintang."
Guntur mengangguk lembut.
Mereka berdua melangkah ke luar rumah menuju taman belakang rumah Bulan.
Udara begitu dingin malam ini. Langit gagah dengan nuansa gelapnya. Sinar Bulan begitu terpancar menerangi bumi. Bintang-bintang bertaburan. Menyisakan Bulan dan Guntur yang sedang melihat pesona langit malam kala itu.
"Sejak kapan menyukai Bulan dan Bintang?" Tanya Guntur sambil sesekali melihat Bulan yang begitu serius memandang langit.
"Sejak dia masuk ke dalam hidupku." Jawab Bulan lemah.
"Seseorang yang telah lama hilang dari hidupmu?"
"Iya. Dia jahat."
"Kalo jahat kenapa masih terus di ingat?"
"Kenangan yang membuatku terus mengingatnya, kenangan seolah menahan ku untuk melupakan dia di hidupku." Ucap Bulan masih lemah.
"Besok. Tepat 4 tahun dia hilang dari hidupku. Sampai saat ini aku tidak tau apa alasannya dia memilih menghilang dari hidupku. Aku tidak tau dia dimana. Setiap kali mengingatnya, aku kembali rindu."
"Sebenarnya hatimu untuk siapa? Maaf jika pertanyaan ku lancang." Tanya Guntur dengan nada suara yang hati-hati.
"Iya ya, kalau di pikir-pikir aku begitu membingungkan. Ketika Wisnu pergi hatiku sakit dan terpukul, tapi terlepas dari semua itu, aku masih saja mengharapkan seseorang itu kembali lagi dalam hidupku." Ucap Bulan dengan senyum yang miris.
"Tidak salah kalau begitu, kamu memang benar-benar menyayangi kedua lelaki yang berarti dalam hidupmu itu."
Bulan hanya terdiam.
"Besok aku akan pergi ke Pantai pok tunggal." Ucap Bulan datar.
"Aku temani." Balas Guntur antusias.
"Aku pergi kesana untuk yang terakhir kalinya."
"Kenapa?"
"Tempat itu begitu menyedihkan sekarang. Semakin sering aku ke tempat itu. Hatiku semakin sakit. Aku pasti kembali teringat kenanganku bersama Wisnu. Aku hanya ingin Wisnu baik-baik saja disana." Jelas Bulan.
Guntur mengangguk mengusap puncak kepala Bulan, merasa bangga dengan sahabat perempuannya itu. Begitu kuat akan semua kesakitannya.
"Kalau besok mau ke Pantai pok tunggal, malam ini kamu harus istirahat." Ucap Guntur
"Iya." Balas Bulan singkat.
"Yasudah lihat Bulan dan Bintang nya udahan ya."
"Iya."
"Aku juga harus pamit pulang, sudah hampir larut."
"Iya."
"Nenekmu kemana? Aku mau pamit dulu." Guntur bertanya.
"Dari tadi pagi nenek pergi, ia mengunjungi rumah sahabat lamanya, sepertinya pulangnya baru besok." Jelas Bulan.
"Yasudah hati-hati di rumah ya, Aku harus pulang."
"Hati-hati juga ya, terimakasih untuk hari ini."
Guntur melaju bersama motor CB-nya. Menembus udara dingin malam itu.
Bulan melangkah masuk ke dalam rumah, menuju kamar, ia harus segera tidur, sudah larut.
Jangan lupa beri suara dan komentar ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Bulan dan Bintang
PoesíaSejatinya rasa sepi ialah ketika kita berada di keramaian. Tak ada seseorang yang menemani, hanya ada rasa sunyi dan sepi dihati.