Bagian 1

2.3K 72 3
                                    

Cerbung baru, silahkan like, vote and komen



"Bik ... siapa  yang mencuci mobil?"

Seorang wanita paruh baya berlari menuju sumber suara.

"Maaf Nyonya, suami saya lagi sakit, jadi belum bisa masuk kerja. Sementara dia yang menggantikan."

"Jangan sembarang memasukkan orang Bik, bahaya. Sakit apa Mang Budi, sampai tidak bisa kerja?"

"Iya Nyonya maaf, Insya Allah dia bisa dipercaya. Suami saya tangannya kesleo Nyonya."

Wanita berpenampilan modis itu, langsung membuka dompet dan mengambil 2 lembar ratusan diserahkan ke Bik Sumi. Walaupun cerewet tapi dia baik hati dan dermawan.

"Ini buat berobat, saya mau ke arisan keluarga dulu samaTuan."

"Terima kasih Nyonya."

"Non Dini Mana?"

Bik Sumi agak ragu mengatakannya.

"Masih tidur Tuan, semalam habis mengerjakan PR banyak."

"O...gitu, gimana Mam?" Tanya sang Tuan pada istrinya yang sudah ada di sampingnya.

"Dini, sudah 3 x absen datang ke arisan keluarga lho Pa, nanti mereka pada nanyain."

"Tapi kasihan juga kalau dibangunin?"

"Ya...sudah Bik, nitip Dini ya."

"Iya Nyonya." Wajah tua itu nampak pucat, dia sedang menyembunyikan kebenaran.

Dini sang nona rumah, sudah nitip pesan ke Bik Sumi tidak mau ikut arisan.

Setelah mobil orangtuanya terdengar menjauh, Seorang gadis turun dari lantai 2 dan langsung memeluk Bik Sumi.

"Terima kasih ya Bik, muach.....muach....."

"Sudah Non, malu ah kalau ada yang melihat."

"Bibik lucu, ini kan rumahku. Siapa yang mau melihat?"

Gadis itu tetap saja melihat ke sekeliling.

"Eh...Bik, anak muda itu siapa?"

"Dia pengganti sementara Mang Budi Non, mau Bibik kenalkan?"

Gadis itu melepaskan pelukannya, menghampiri pemuda bertopi yang sedang memotong rumput.

"Sepertinya aku kenal Bik." Gadis itu terus melangkah dan jongkok di depan pemuda itu.

Bik Sumi yang melihat dari kejauhan, merasa was-was.

"Hai......apa aku mengenalmu?"

"Apa menurutmu begitu?"

"Kamu seperti Hafizh, temanku yang baru pindahan. Tapi dia keren dan kelihatan kaya, kalau kamu......"

"Apa dengan melihat penampilan bisa menilai seseorang?"

"Kadang-kadang..... " Gadis itu terus memperhatikan, sementara pemuda itu dengan lincah memainkan tangannya memotong rumput.

Merasa jengah diperhatikan, pemuda itu membuat gerakan melompat dan berkata spontan.

"Awas......!"

Spontan juga sang gadis menubruk pemuda itu sampai mereka jatuh dengan posisi sang gadis di atas.

Beberapa detik mata mereka bertatapan, ada getar aneh diantara mereka berdua.

"Masih betah di dada saya?"

Spontan gadis cantik itu berdiri dan berlari ke dalam rumah dan terus ke kamar menutup pintu dengan keras.

Pemuda itu terpana sesaat menyadari kekeliruannya sudah berani bermain api dengan majikan. Dia segera berjalan ke arah Bik Sumi yang menatapnya sambil geleng-geleng kepala, minta izin menemui Nona rumah.

Dengan perasaan takut, dia berjalan menaiki tangga. Menuju kamar yang ditunjukkan Bik Sumi.

Tok tok tok

'Assalamu'alaikum....Non....keluar dong, maafkan saya ya.....'

Pemuda itu masih menunggu jawaban, berulang kali dia mengetuk sampai dia putuskan, untuk menunggu di depan pintu.

Sementara sang gadis yang ada di dalam masih sibuk menenangkan jantungnya. Dia tidak peduli bahkan nyaris tidak mendengar ketukan pintu tapi yang dia dengar debaran jantungnya yang tidak teratur.

Setelah semua normal, baru merasakan haus dan lapar. Dia berjalan ke arah meja belajarmya tapi persediaan airnya habis. Akhirnya dia memutuskan untuk keluar. Alangkah kagetnya dia begitu membuka pintu, seseorang jatuh di kakinya. Dia langsung membalikkan badan dan berusaha menutup pintu, tapi pemuda itu menghalanginya.

Betapa dia sudah susah payah menormalkan jantungnya tapi kejadian barusan lebih membuatnya sport jantung karena pemuda itu menatapnya dari bawah sampai atas.

"Maaf ya Non, saya tidak bermaksud......."

"Bisa keluar dulu tidak?"

"Tidak sebelum Non Dini memafkan saya."

"Tahu darimana namaku Dini?"

Pemuda itu menunjuk pintu kamarnya yang bertuliskan. 'Kamar Neng Dini'

Dini hampir saja tersenyum tapi dia segera sadar, kalau dia sedang kesal dengan pemuda didepannya.

"Non.....maafkan saya ya?"

"Iya..."

"Beneran?"

"Bener"

"Non Dini tidak marah lagi?"

"Tidak"

"Alhamdulillah...Ya...Allah...terima kasih ya Non."

"Tapi ada syaratnya..."

"Ya....."

"Kalau begitu nggak jadi maafinnya."

"Iya...dech...daripada saya tidak melihatmu, katanya dengan nada lirih."

"Apa kamu bilang?"

"Iya...Non...saya mau menerima syaratnya, tapi saya orang miskin Non jangan mahal-mahal ya."

"Siapa yang mau minta barang."

"Apa dong?"

"Aku pikir dulu."

"Astaghfirullah..."

"Kenapa?"

"Nggak papa."

"Tunggu di bawah ya."





next

Ketika Dini Jatuh Cinta (sudah dibukukan )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang