Bagian 9

711 32 2
                                    


Naufal panik melihat Dini bicara tapi matanya terpejam. Dia terus memperhatikan wajah Dini dan tak hentinya melafalkan do'a yang dia hafal.

"Din.....Din....kamu dengar aku?" Naufal memanggil namanya saat dilihat Dini menggeliat.

"Hem."

"Kamu dengar aku?"

"Iya, kepalaku pusing banget Fal, dingin."

"MasyaAllah, ada obat yang bisa aku ambil?"

Naufal bertanya dengan gugup, ingin memegang kepala Dini tapi takut, tapi dia harus memastikan. Akhirnya punggung tangannya terulur menyentuh dahi Dini.

"Masya Allah, panas banget. Ada obat tidak atau saya antar ke dokter ya? kita naik taksi online saja."

Dini diam saja, dia merapatkan selimutnya. Naufal menelpon Pak Hendi tapi tidak diangkat, beralih ke Mamanya Dini tapi juga tidak diangkat, terakhir telpon Bik Sumi. Tidak diangkat juga, terdengar suara mobil.

Naufal langsung melihat keluar dan hatinya agak lega setelah melihat Bik Sumi turun dari mobil.

"Bagaimana Non Dini?"

"Badannya panas banget Bu, ada obatnya tidak?"

"Non Dini tidak boleh sembarangan mimum obat, dia harus dibawa ke dokter kalau sakit."

Bik Sumi bicara dengan berjalan mengampiri Dini.

"Berarti kita harus bawa ke dokter Bu."

"MasyaAllah panas banget, iya ......Naufal bilang Pak Agus siapkan mobilnya ya ibu ambil kartunya dulu dan telpon tuan, kamu terus angkat Dini ke mobil."

Bik Sumi bicara dengan panik dan berjalan ke atas mencari kartu rumah sakitnya Dini. Bik Sumi memang sudah hafal dengan urusan seprti ini karena dialah yang selalu ada di rumah bersama Dini.

Naufal tidak kalah paniknya setelah memberitahu Pa Agus dia balik lagi, ada keraguan ketika menatap Dini untuk mengangkatnya tapi ini darurat pikirnya keselamatan Dini lebih penting. Dia segera mengngkat tubuh Dini sementara Bik Sumi sudah ada di dalam mobil untuk membantu mengangkat Dini dari dalam dan meletakkan kepala Dini di pangkuannya. Naufal segera duduk di samping Pak Agus.

Sepanjang perjalanan Dini terus mengigau, memanggil Papanya, Mamanya, Bik Sumi bahkan Naufal. Setelah itu kehilangan kesadaran. Bik Sumi makin panik.

Setelah sampai di rumah sakit Naufal kembali mengangkat tubuh Dini, Pak Agus segera berlari membantu memanggil dokter dan mengambil tempat tidur beroda. Bik Sumi menyerahkan kartu rumah sakitnya. Mereka sudah langganan jadi tidak sulit.

-----

Dari arah depan nampak Pak Hendi berjalan setengah berlari diikuti istinya. Pak Hendi segera menemui Bik Sumi memina penjelasan sentara Sang Nyonya mendekati Naufal dan...

plak...

Sebuah tamparan mendarat di pipi Naufal, semua mata beralih ke sumber suara.

"Apa yang kamu lakukan sehingga anak saya seperti ini!"

"Ma...Naufal nggak salah, Papa kan sudah cerita tadi di mobil."

"Tapi kan gara-gara anak tak tahu diuntung ini Pa."

Naufal diam dipojok depan ruang IGD sambil menunduk memegang pipinya dan tak mampu berkata-kata.

"Naufal justru yang menolong Dini Ma...."

"Halah....alasan...."

"Ma.....!"

Pak Hendi memanggil dengan suara keras. Istrinya langsung diam tak melanjutkan kata-katanya.

Ketika Dini Jatuh Cinta (sudah dibukukan )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang