Bagian 11

632 22 0
                                    


"Mama......." Wajah Dini jadi takut ketika mamanya menghampirinya.

Naufal segera meletakkan piring dan menjauh dari tempat tidur. Tatapan mata Bu Asih mengikutinya, tapi segera beralih ketika Dini memanggilnya.

"Ma....." Mata Dini sudah mulai sembab.

"Ada apa Sayang?" Mamanya mendekat, dia pegang kedua pipi putrinya dan dicium keningnya." Kamu sudah mau makan Sayang?"

Dini mengangguk, dengan air mata meleleh di pipinya.

"Kenapa kamu menangis?"

"Jangan marahin Naufal lagi ya Ma, Naufal nggak salah Ma...hiks....hiks.... "

Suara tangisnya makin kenceng. Mamanya kembali mencium keningnya dan memeluknya.

"Nggak Sayang, tapi kamu harus mau makan ya, kamu harus sembuh."

Dini melonggarkan pelukannya, karena infusnya yang tertekan.

"Benar ya...Mam. Mama nggak akan memarahi Naufal?"

"Benar sayang, Mama yang minta Naufal datang ke sini."

"Benarkah?"

Mamanya mengangguk, Dini mencari kepastian dengan menatap Naufal dan dia pun mengangguk.

flasback on

Setelah melihat hp Dini Pak Hendi langsung mencari Mamanya. Ternyata sedang menelpon di lorong hotel.

"Ma....bisa kita bicara." Pak Hendi langsung mengambil ponsel di telinga istrinya, dan duduk di bangku yang ada di sebelah Bu Dini.

"Papa...Mama..belum selesai bicara dengan klient."

"Lebih penting klient daripada anak sendiri!" Suara Pak Hendi meninggi, Bu Asih menunduk. Walaupun keras, Bu Asih tetap tunduk dan patuh dengan suaminya.

"Terus apa yang harus Mama.lakukan Pa, kalau Dini tidak mau makan begitu, Mama sudah merayunya." Lirih Bu Asih yang putus asa."

"Mama harus tahu masalahnya." Suara Pak Hendi mulai melemah.

"Masalahnya apa Pa?"

"Masalahnya dia menunggu kehadiran Naufal."

"Ah...anak itu lagi, dari mana Papa tahu?"

"Papa barusan membaca wa Dini ke Naufal."

"Kalau begitu suruh saja anak itu ke. sini." Kata Bu Asih dengan nada ketus.

"Apa Mama kira dengan mudah dia mau ke sini setelah apa yang Mama lakukan padanya? Mama selalu menyalahannya bahkan terakhir marah dan mengusirnya."

"Mama tidak suka anak itu merubah Dini Pa. Selama ini Dini sudah dekat dengan Bik Sumi, sekarang mau dekat dengan anak itu. Dini nggak pernah nganggep Mama. Mama sedih Pa."

"Kalau berubhnya ke arah yang baik kenapa tidak? Mama lihat Dini jadi rajin sholatnya, ceria wajahnya sejak Naufal bekerja dengan kita. Kalau masalah kedekatan Mamadengan Dini, harusnya Mama yang lebih dekat karena Mama orang tua kandungnya. Mama yang harus tahu tentang Dini dan membuat Dini mendekat."

"Jadi Papa nyalahin Mama gitu?"

"Bukan menyalahkan Ma, tapi menyarankan."

"Tapi Mama nggak mau anak itu terlalu dekat dengan Dini."

"Kalau itu bisa dibicarakan, jangan asal memarahinya."

"Terus harus bagaimana?"

"Mama yang harus minta Naufal untuk datang ke sini."

Bu Asih jadi diam dan cemberut. Pak Hendi memegang tangan istrinya dan menciumnya. Dia angkat dagu istrinya sehingga mata mereka bertemu. Mata yang selalu membuat Bu Asih takluk.

"Demi kesembuhan Dini, Ma.....turunkan ego Mama. Dini anak kita satu-satunya, dia sedang sedih dan kesakitan Ma, ...Papa ...mohon....."

"Sudah...Pa...jangan dilanjutkan." Bu Asih paling tidak tahan kalau suaminya menatapnya apalagi dengan memohon seperti itu berarti suaminya benar-benar di titik keemahannya..

"Mama akan telpon Naufal."

"Handpon Naufal nggak aktif dari kemaren, Papa sudah menyuruh Pak Budi mencarinya, saat ini Naufal berada di rumah kakeknya di kampung."

"Jadi Mama harus ke sana?" Pak Budi mengangguk.
----
Naufal baru pulang dari masjid ketika sebuah mobil yang sangat dia kenal memasuki pekarangan rumah kakeknya.
Tunuhnya membeku saat melihat dua orang majikannya turun dari mobil di susul Pak Budi.

"Naufal ada tamu kok mlah bengong?"
Kakeknya dari dalam keluar menyambut tamu.

Tiga orang itu mencium tangan kakeknya dengan takjub, Naufal agak heran dengan pemandangan itu api kakeknya segera menyadarkannya.

"Kenapa kamu tidak cium tangam Nak?"

"Eh ...iya Kek."

Mereka semua masuk dan duduk di kursi panjang dan besar berbahan kayu jati tersebut.

Pak Hendi segera menyampaikan niatnya datang menemui Naufal.

"Sejak kamu pulang Dini tidak mau makan Naufal, paling cuma dua suap itupun dipaksa sama Bik Sumi. Jadi dia hanya bergantung pada selang infus. Bapak minta kamu menjenguknya. Atau kamu lihat wa kamu ya, dia sudah berkirim pesan tapi tidak satupun kamu baca. Dia bertambah sedih."

Sebegitu parahkah Dini? pikirannya langsung membayangkan Dini yang pucat pasi, cemberut dn kesel.

"Naufal....temui Dini ya, Bapak yakin Dini akan mau makan kalau kamu di dekatnya." Pak Hendi kembali bicara.

Naufal masih membayangan Dini dan merasa bersalah tapi dia tak mampu bicara.

"Naufal...... saya tahu, saya salah maafkan saya dan tolong jenguk Dini." Bu Asih ikut bicara

Naufal ...tidak tahan, dia langsung masuk ke dalam kamar dan menyalakan handphonenya. Benar saja wa Dini paling banyak dan dia sangat memghawatirkannya. Naufal segera ganti maju,mengambil kunci motornya dan keluar kamar.

Naufal mencium tangan ke 4 orang dewasa yang melihatnya dengan heran dan pamit duluan.

"Maafkan saya, saya akan ke rumah sakit duluan dengan naik motor saja."

flasback of.

Naufal menghampiri mama Dini dan mencium tangannya. Senyum Dini mengembang melihat semua itu. Walaupun raut wajah mamahnya masih jutek.

Papanya masuk dan mencium kening Anak dan istrinya.

"Papa senang kamu sudah segar dan cantik menggunakan jilbab itu. Iya kan Ma?"

"Iya."

"Papa dan Mama nggak marah kan kalau Dini pakai jilbab terus?" Dini menatap kedua orang tuanya dan melirik Naufal.

"Tidak Sayang," jawab papanya cepat." Ok Mama pulang saja istirahat di rumah, biar Papa dan Naufal yang menjaga Dini ya."

Dini dan Naufal bersitatap, ada kebahagiaan di wajah mereka, entah karena apa.

"Papa antar mama pulang dulu ya, kamu pengen apa sayang? Sekalian papa belikan. Naufal?"

"Nggak usah Tuan, saya sudah kenyang."

Dini juga sudah kenyang kok Pa, Dini cuma pengen pulang."

"Besok Papa bicara dengan dokter ya.
Papa keluar dulu, Naufal titip Dini dulu ya."

"Iya Tuan."

-------
Paginya naufal sekolah, sekilas dia melirik ke mading. Masih ada foto mereka, hatinya sedikit sedih karena setiap berpapasan dengan siswa selalu mencibirnya.

Saat jam istirahat Naufal dapat pesan wa.

(Aku yang memfoto kalian, temui aku di lapangan basket sekarang)

Naufal segera berlari menuju lapangan basket, tak ada siapa-siapa selain orang yang sangat dikenalnya. Kenapa mesti dia? Batin Naufal.

next

terimakasih untuk semuanya, silahkan masukannya.

Ketika Dini Jatuh Cinta (sudah dibukukan )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang