Bagian 8

740 30 0
                                    


Setelah berhasil membawa Dini dari kerumunan teman-temannya, Naufal membawanya ke ruang Bu Dewi, guru BK langsung berkoordinasi dengan wali kelas dan kepala sekolah dan di sinilah mereka sekarang. Ruang Pak Hasyim, kepala sekolah.

"Coba sekarang ceritakan kronologi yang sebenarnya Naufal." Pinta Pak Hasyim, sementara Dini masih menangis dipelukan Bu Fitri, wali kelas mereka.

"Begini Pak, sejak Sabtu kemaren saya resmi bekerja di rumah Pak Hendi, Papanya Dini. Saya bekerja sehabis sholat isak sampai jam 10, dari Senin sampai Jum'at, sedangkan Sabtu dari pagi sampai jam 4 sore atau jika ada kondisi tertentu. Seperti kemaren, sopir Dini dan papanya tidak bisa menjemput jadi saya harus mengantarkan pulang sebelum melatih, tapi karena ada kejadian tak terduga, Dini akan pulang sendiri. Saya merasa bertanggung jawab makanya saya mengejarnya dan memegang tangannya agar dia tidak nekat pulang sendiri. Setelah suasana agak terkendali saya wa papanya Dini untuk memintanya bareng pulang saya setelah berlatih dan diizinkan. Karena Dini masih kesel saya ajak dia ke kantin untuk menjelaskan segala sesuatunya. Kami tidak berbuat diluar batas Pak, Bu....hanya seperti itu."

Pak Hasyim menarik nafas lega, begitu juga dengan Bu Dewi dan Bu Fitri. Dini sudah tidak menangis lagi.

" Benar seperti itu Din?" Tanya Bu Fitri.

"Iya...Bu." Dini menjawab dengan menundukkan wajahnya.

"Kalian pacaran? Atau saling suka?" Tanya Bu Dewi.

Sejenak Dini dan Naufal bertatap muka dan menunduk, mereka tidak tahu harus menjawab apa.

"Kenapa diam Din....,Naufal...." Tanya Bu Fitri memandang dengan senyum mengembang." Kalau tidak bisa menjawab tidak perlu dijawab, Kalau toh kalian saling suka itu tidak salah, kalian sudah besar dan itu fitrah dan diperbolehkan. Yang tidak boleh itu adalah suka-sukaan."

"Maksudnya Bu?" Tanya Dini yang tidak bisa mencerna kalimat Bu Fitri.

"Begini Din, kalau kamu suka dengan lawan jenis itu sah-sah saja berarti diusia kamu sekarang termasuk kategori normal, tapi kalau suka-sukaan itu berarti sudah kata kerja berarti kalian melakukan suatu perbuatan dan itu tidak boleh, kecuali kalian sudah menikah." Dini dan Naufal menganguk-ngangguk tanda mengerti.

"Baik, Kami sudah mendengar penjelasan kalian, kecuali tentang perasaan kalian, kami tidak bisa paksa karena itu privacy. Ibu salut dengan kamu Naufal, ditengah kesibukan kamu menuntut ilmu kamu masih menyempatkan diri membantu orang tua kamu dengan bekerja. Ibu bangga dengan kamu tapi kamu juga tidak boleh over terhadap Dini terutama kalau di sekolah, begitu juga Dini tidak boleh bergantung pada Naufal. Kalian harus bisa bersikap sewajarnya." Gantian Bu Dewi menasehati.

"Bapak juga akan coba mencari donator lain untuk membantu kebutuhan kamu, kami menyadari sesuatu . Dengan biaya gratis sekolah ternyata belum cukup karena kamu juga punya kebutuhan lainnya. Tapi Bapak minta kamu tetap bisa focus, apalagi sebulan lagi akan mulai perlombaannya kemunngkinan kamu akan di karantina."

"Baik Pak." Kata Naufal lirih.

"Satu lagi yang perlu kalian ketahui, kalian berdua adalah orang yang menarik perhatian. Dini, cantik, tubuh proporsional, cerdas dan kamu punya segalanya. Naufal...walaupun baru sekolah di sini tapi kamu sudah jadi idola sejak melatih satu tahun yang lalu, kamu juga sholeh, santun dan punya tubuh yang atletis dan maskulin. Banyak lawan jenis kamu yang akan berlomba-lomba menarik perhatian kalian dengan cara apapun termasuk dengan cara seperti sekarang, jadi kalian harus membatasi diri dan menjaga diri dengan baik. Kecuali memang kalian diketahui resmi pacaran, mungkin teman-teman akan mengganggu kalian. Faham maksud ibu?"

"Iya Bu." Naufal dan Dini menjawab bersamaan.

Pembicaraan mereka berhenti karena ada yang mengetuk pintu, seorang pegawai menyerahkan CD room ke kepala sekolah, Pak Hasim langsung menyalakan laptop, Bu Dewi dan Bu Fitri, berjalan mendekat ke meja Pak Hasyim dan ikut melihat ke laptop kemudian mereka berbicara dengan nada pelan. Setelah kurang lebih 5 menit mereka kembali ke sofa dan Pak Hasyim berdehem tanda mohon perhatian.

Ketika Dini Jatuh Cinta (sudah dibukukan )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang