Bagian 7

791 37 2
                                    

Dini tidak konsen ketika belajar, berbagai pertanyaan tentang Naufal atau Hafizh memenuhi otaknya. Begitu juga dengan Naufal yang merasa bersalah.

Sedangkan Arin curiga dengan kedua temannya ini. Dini tampak terlihat melirik ke arah Naufal tapi mukanya masam, dan saat Arin melihat Naufal, juga sama mencuri pandang ke Dini dengan wajah gusar.

Bel istirahat pertama berbunyi, siswa siswi di kelas Dini mulai keluar kelas. Dini yang kesal enggan ke mana-mana. Dia hanya duduk di bangkunya sambil memainkan ponselnya. Arin yang mengajaknya di kantin tidak digubris.

"Aku ke katin sendiri ya Din.Kamu benar nggak ikut?" Ajak Arin sekali lagi.

"Iya."

Sementara Naufal yang merasa bersalah segera duduk di samping Dini.

"Ini bekal kamu yang ketinggalan, tadi Bik Sumi telpon saya."

"Dini hanya melihat sekilas dan kembali memainkan ponselnya."

"Maaf, aku belum cerita. Nama panjangku Muhammad Naufal Hafizh, aku pindahan dari SMA N 2, pindah ke sini karena ada satu hal yang belum bisa aku ceritakan."

Dini agak kaget ketika naufal bilang aku bukan saya seperti biasanya, dia senang mendengarnya tapi tidak mau terlihat di depan Naufal. Dia hanya diam, membuka bekal makanannya dan makan roti bakarnya asal. Karena dia tak mau sakit magnya kambuh.

"Din...bicara dong, maafkan saya ya."

Dini tidak bergeming, dengan cepat dia menghabiskan makanannya, minum dan pergi ke luar kelas.
-----

Jam belajar setelah istirahat dimulai, Dini sudah duduk rapi di bangkunya, dengan tatapan ke depan kelas, sementara Arin yang ada di sampingnya asyik ngobrol dengan Naufal yang duduk di sebrangnya.

Kelas mulai tenang ketika Bu Fitri guru matematika masuk.

"Muhammad Naufal Hafizh? Murid baru?"

"Iya Bu."

"Nama yang bagus, semoga kamu bisa menjadi seorang hafizh seperti namamu."

"Aamiin terima kasih Bu.

"Walah...anak kampung, jadi besar kepala Bu dia."

"Lebih baik jadi anak kampung tapi otak dan rezeki kota daripada anak kota tapi otak dan rezeki kampung."

"Huuuuuuuuuui"

Satu jelas bersorak meledek Rio si biang ribut kecuali Dini.

Bu Fitri memang beda kalau mengajar, beliau akan ajak ngobrol kami dulu bahkan bermain kalau sudah tertawa semua baru belajar. Karena belajar itu harus bahagia katanya.

"Din...kenapa diam saja? sakit?"

"Dini sakit hati Bu.Cintanya saya tolak." Celoteh Rio.

"Bukannya terbalik ya, Dini yang sibuk nilak kamu."

"Rasain Lo, bantai lagi Bu Rio." Arin ikut bicara.

Bu Fitri tersenyum dan mendekati Dini yang duduk di depan.

"Saya nggak papa Bu." Dini bicara dengan mata menatap ke Naufal.

"Baiklah, Are you ready to study?

"Yes." Jawab siswa serempak

Kemudian Bu Fitri mulai dengan permainannya sehingga semua siswa menemukan kelompok, beruntung Dini tidak satu kelompok dengan Naufal, karena dia masih malas menatap dan bicara dengan Naufal.
----
Bel pulang berbunyi, semua anak berhamburan keluar, termasuk Naufal. Di kelas tersisa Dini dan Arin. Dini nambah kesel, Naufal pergi begitu saja.

Ketika Dini Jatuh Cinta (sudah dibukukan )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang