Bagian 16

683 26 1
                                    


Boleh tinggalkan komen juga ya.



"Ada apa ini, anak Papa mogok makan lagi?"

"Dini lagi malas Pa, lagi pula nggak laper."

"Sekarang sudah jam 7 malam masak belum lapar?"

"Serius Pa."

"Ke bawah dulu dong, temani Mama dan Papa makan."

"Pa.....boleh nggak Dini di kamar dulu?"

"Asal kamu mau makan."

"Iya nanti Dini turun kalau mau makan."

Papanya menyerah, dan kembali turun.

'Naufal kamu jahat banget sih nggak ngabari aku sama sekali. Apa terlalu sibuk? Apa tidak boleh bawa handphone?' Ucapnya dalam hati.

Dini duduk di meja belajarnya dengan gelisah. Dia sudah memegang hp nya tapi gengsi juga kalau hubungi duluan. Apalagi kalau inget apa yang dia dengar di kantin tadi.

flasback on

"Fitri kamu nggak masuk Tim?"

"Aku masih belum jago, Mbak Nisa sudah berangkat. Dia satu perguruan sama Kak Hafizh."

Dini menghentikan suapannya, dia melihat ke arah Fitri ternyata Fitri juga sedang melihatnya. Apa dia sengaja bilang seperti itu, tanya Dini dalam hati.

"Oh...satu perguruan?"

"Iya, cuma sayang mereka berpisah sekolah jadi harus bertanding membawa sekolahnya masing-masing. Kemaren sebelum berangkat mereka ketemuan di rumah gurunya mohon do'a restu."

"Seperti orang nikah saja mohon do'a restu."

"Do'a minta kemenangan maksudnya, lagian banyak yang suka kok kalau mereka berjodoh."

flasback of

Dini turun ke meja makan, tapi sudah tidak ada siap-siapa di sana, dia melangkahkan kakinya ke kamar Bik Sumi. Melihat Bik Sumi duduk di depan kamarnya, Dini ikut duduk di sampingnya.

"Mau makan Non?"

"Nanti saja Bik."

"Bik..."

"Ya...Non."

"Ehm...Naufal, belajar silat sejak kecil ya?"

"Iya Non, Kakeknya kan guru silat."

"O...banyak yang belajar sama kakek?"

"Banyak, sekarang yang berangkat ada 20 orang."

"Ehm...Naufal nggak pamit Bibik?"

"Pamit tadi habis subuh, setelah itu ke rumah kakeknya dengan teman-temannya."

"Banyakan ke rumah kakeknya?"

"Iya....."

"Sama Nisa juga?"

"Iya...Nisa itu teman Naufal sejak SD Non."

"Apa mereka dijodohkan?"

"Tidak Non, Kami tidak pernah menjodohkan Naufal, tapi banyak yang bicara kalau mereka serasi. Tapi biarlah dia memilih pasangan hidupnya sendiri kelak."

Dini diam begitu juga dengan Bik Sumi, mereka berada di alam pikirannya masing-masing sampai akhirnya azan berkumandang, Dini pamit ke atas lagi.

Sebelum ambil air whudu dia sempatkan membuaka ponselnya, ada a Naufal dengan 5 pesan wa nya.

(Assalamualaukum, Din. Maaf aku baru kasih kabar, tadi subuh aku ke rumah tapi kamar kamu masih tertutup nggak mungkin aku menggedornya kan?)

( Oh...ya dalam waktu sebulan aku tidak bisa menemani kamu belajar, maaf ya. Doakan aku)

(Aku nitip jaga ibu dan bapak ya)

(Aku tidak boleh pegang hp kecuali waktu sholat dan istirhat, itupun sebentar.)<br>

(Jangan lupa makan, sholat jadilah muslim yang cerdas dan kuat, aku tinggalkan buku di rak buku ruang tengah, baca ya.)

Dini segera mengetik balasan.

(Waalaikumsalam, iya.Terima kasih, salam buat Nisa)

Diki mengirim dengan penuh semangat dan sedikit kesal.
Baru dia akan beranjak hp nya bunyi lagi.

(Aku nggak sama Nisa, dia musuhku di sini, itupun kalau ketemu. Kenapa mesti bawa bawa Nisa sih? Aku nggak suka)

(O...aku tahu, jangan-jangan kamu cemburu ya?)

Dini cepat menjawab.

(Memang kamu siapanya aku? sehingga aku harus cemburu)

Naufal masih mengetik, Dini menantikan jawabannya dengan deg -degan.

Ketika Dini Jatuh Cinta (sudah dibukukan )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang