Bagian 18

618 30 2
                                    


Naufal diam sejenak, fokus mengemudi. Dini diam menunduk tapi tidak tenang.

" Naufal Hafizh, kewajiban apa?" Dia berkata dengan nada kesel.

"Kewajiban sesama muslim Din, bukankah dalam islam kita harus saling mengingatkan?"

"Oh...." Dini Nampak tidak puas dengan jawabannya, kemudian dia mengeluarkan sebuah buku dan membacanya.

------
"Aku seperti pernah ke sini?"

Ucap Dini setelah mobil memasuki rumah berhalaman luas dan asri tersebut.

"Pastilah, karena kamu memang pernah ke sini."

"Kapan?"

"Ketika kamu bayi."

"O.....ini rumahmu?"

"Rumah Kakek."

Naufal keluar dan kembali membukakan pintu buat Dini. Semua mata memandang ke arah mereka. Dini membeku di tempatnya berdiri, saat menyadari banyak mata yang memandangnya.
Seorang ibu akhirnya mampu membuatnya cair kembali.

"Mari masuk Non."

"Bibik sudah di sini?" Mereka berjalan beriringan, Naufal berada di seblah ibunya.

"Iya tadi Tuan dan Nyonya juga sudah ada di sini tapi ada telpon dan balik ke kantor lagi."

"Yah, Mama......Acara apa ini Bik?" Dini berkata dengan kecewa.

"Cuma syukuran dengan makan bersama karena team Naufal banyak dapat piala."

"Oh...."

"Oh....doang sih, kasih ucapan selamat kek." Seru Naufal

"Selamat ya."

Dini berkata dan hanya melirik sebentar

"Kepaksa banget sih."

"Naufal...sudahlah." Ucap Bik Sumi. Non Dini kan capek baru pulang sekolah."

"Yang capek itu Naufal Bu, bukan dia. kan yang nyetir Naufal, dia hanya duduk manis."

"Iya, perhitungan amat sih, tar pulangnya aku yang nyetir."

Kata dini sewot dan berjalan mendahului Bik Sumi.
Dini kembali canggung ketika masuk ke dalam rumah.

"Ini Kakeknya Naufal Non." Dini segera mencium tangan

" Cantik............pantesan Naufal ..."

" Kakek.......tolong jangan lanjutkan." Potong Naufal dengan memeluk kakeknya.

" Maaf kenapa memang Kek?" Tanya Dini sopan.

"Oh....nggak papa kok."

"Kenapa kamu yang jawab sih?"

"Non....Dini," Tiba-tiba ada seorang ibu memeluk Dini.

"Alhamdulillah........selamat." Kata naufal Lirih. "Din ini Bu Ratri yang merawat kamu dulu waktu bayi." naufal memperkenalkan diri.

Dini melepaskan pelukan dan mencium tangan wanita Bu Ratri.

"Terima kasih ya Bu, sudah merawat saya." Ucap Dini sopan.

"Terima kasih sama Mbak Sumi Non, karena dialah Non jadi anteng."

"Sudahlah nggak akan habis nanti ngobrolnya, kasihan Non Dini, biar dia bebersih dulu dan ganti baju. Ayo Non, bajunya di kamar."

Bik Sumi mengantar Dini ke kamar. Dini mengamati kamar yang baru dia masuki.

"Kenapa Non, maaf ya kalau tidak senyaman kamar Non Dini."

"Bukan begitu Bik, justru Dini merasa nyaman di kamar ini."

"Di sinilah dulu Non Dini pernah tidur waktu bayi, bareng Naufal, kalau sekarang......."

"Kalau sekarang kenapa Bik?"

"Kalau sekarang, tidak boleh tidur sekamar."

" Kata siapa tidak boleh?" Kata Naufal tiba-tiba nyelonong masuk.

"Naufal.........!" Dini dan Bik Sumi berteriak bersama.

"Biasa saja kali, kenapa pada histeris? Ibu itu salah kalau kami tidak boleh sekamar."

"Kok salah sih, kamu ini anak kurang ajar ya." Bik Sumi berkata sambal memukul bahu Naufal yang keras.

"Bukan tidak boleh ibu tapi belum boleh, hehehe........ya kan Din?"

"Apaan sih? Nggak jelas."

"Hafizh, kok kamu ada di sini sih?" Teriak seseorang dari luar.

"Tu dicari, keluar sana." Kata Dini judes.

next.

Ketika Dini Jatuh Cinta (sudah dibukukan )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang