Bagian 4

893 43 1
                                    




Naufal tersenyum mendengar pertanyaan Dini, dan langsung menjawabnya.

"Kenapa? Nggak boleh? Dia kan Bibi Non Dini, tapi bukan bibi saya."

"Iya...ya......aduh."

"Kenapa Non?"

"Kejedot helm kamu."

"Astagfirullah, sudah pegangan saja jangan ngobrol, saya nggak fokus ni."

Padahal dalam hatinya nggak fokusnya bukan karena obrolannya tapi karena tangan halus Dini yang ada di pundaknya.

Motor metik itu melaju dengam lincah di jalan raya, Dini menikmatinya bahkan dia berteriak-teriak saat Naufal menyalip mobil. Dini mendapat pengalaman baru dalam hidupnya.

Selama ini kemanapun dia selalu diantar jemput mobil. Walaupun sudah bisa nyetir sendiri tetap saja harus diantar jemput. Dan hari ini hidupnya penuh warna.
-----
Naufal sudah memasuki mall yang ada gramedianya. Dia masuk ke parkiran dan berhenti di dekat pintu masuk.

Dini turun sebelum motor dimatikan, dia sibuk membuka helmnya tapi gagal terus. Naufal tersenyum melihatnya.

"Bukannya dibantu malah senyum nggak jelas." Dia berkata dengan bibir manyunnya.

Tanpa kata Naufal membukakan helm Dini dan menyimpannya di motor. Sejenak wajah mereka berdekatan, Naufal mempercepat membukanya. Dia nggak tahan dengan suasana seperti itu.

"Ayo ikuti saya Non." Naufal melangkahkan kakinya, tapi Dini belum juga melangkah.

"Sebentar."

"Apalagi Non?"

"Jangan panggil aku Non."

"Terus....."

"Panggil, aku ..... Dini.

"Non Dini kan majikan saya jadi....."

"Kamu temanku." Dini memotong ucapan Naufal.

"Oh.....gitu...tapi kan....."

"Nggak ada tapi....tapian."

Dini berjalan meninggalkan Naufal yang bingung.

"Tunggu Din......"

Dini menoleh dan menghentikan langkahnya, tersenyum penuh kemenangan.

"Tapi tidak di depan Tuan dan Nyonya ya. Bisa gagal misi saya." Naufal berkata hampir tidak terdengar saat kalimat terakhir. Dan Dini yidak mendengarnya.

"Ok."
-----
Setelah di gramedia Dini asyik mencari buku yang di cari, sementara Naufal betah di stand komputer.
Setelah mendapat apa yang dicari Dini memghampiri Naufal.

"Sudah di dapat apa yang dicari.?"

"Saya hanya membacanya."

"Kamu boleh memilikinya."

"Harga buku-buku ini mahal."

"Papa yang bayar."

"Tuan mau ke sini?"

"Ya....nggak lah Naufal, aku pakai ATM yang diisi ayah."

"Oh.....beneran ya?"

"Iya...bawel juga sih."

Naufal segera memilih buku yang diinginkan, setelah membayar di kasir mereka pergi ke mushola mall untuk sholat asar.

Dini duduk menunggu Naufal di teras mushola, dia baru merasakan haus, sepanjang di toko buku tadi tidak terasa. Mungkin karena berada di ruang AC.

Dia melihat Naufal berjalan menghampirinya, rambutnya yang basah membuat Naufal lebih keren dan...ah....

Ponselnya bergetar dan terjatuh, untung jatuhnya di pangkuannya.

"Angkat telponnya Din!"

"Wa'alaikumsalam, iya Pa. ada apa?"
"...."

"Masih di mall, Dini masih pengen beli sesuatu Pa, boleh ya?"

"O...gitu, baik Pa. Terima kasih Papa sayang, muach.........muach.

"Dini mematikan ponselnya dan berdiri, di samping Naufal.

"Kita masuk lagi ya, ada barang yang harus aku beli, Papa dan Mama mengizinkan kita sampai jam 9 malam."

"Astaghfirullah, masih lama, kita mau ke mana lagi ?"

"Ke mall lagi, setelah itu makan baru pulang."

"Tapi nggak mungkin sampai malam kali Din."

"Mungkinlah ....Naufal, kamu belum pernah belanja ya? Aku mau belanja apa saja mumpung diperbolehkan."

"O...gitu, ayolah."

Mereka masuk kembali ke dalam mall dan Dini langsung menuju ke counter hp.

"Mau beli hp baru?"

"Iya, tapi bukan buat aku sih." Dini berkata dengan melirik Naufal.

"O...."

"Pilihkan yang terbaik ya, tahu kan."

Naufal menunjuk satu merk hp dan menjelaskan specifiknya, dia faham betul padahal dia belum punya hp nya.

Benar kata Papanya, Naufal membutuhkan dan menginginkan hp.

"Mbak langsung di setting ya."Kata Dini pada SPG nya.

"Mau pakai nomor baru?"

"Sebentar Mbak." Dini melihat Naufal. "Mana hp kamu?"

"Kenapa?"

"Sini....."
Naufal mengeluarkan hp nya yang versi sangat lama, karena hanya bisa buat sms dan telpon.

Dini membuka hp Naufal dan mengambil kartunya.

"Din.....jangan....dong.....itukan...."

"Seesst......hp itu buat kamu, dari Papa potong gaji nanti."

"Begitukah?"

"Iya......nggak mungkin, Papa mau bilang sendiri nanti syaratnya."

Mata Naufal langsung terbelalak dan mulutnya tak hentinya berucap syukur. Kalau tidak ingat Dini perempuan bukan muhrimnya pasti sudah dipeluknya.

"Papa dan anak suka banget sama syarat ya."

"Iya...lah. Aku hubungi Papa ya, Dini langsung mengaktifkan video call dan bicara dengan Papanya, Naufal tak hentinya mengucapkan terima kasih.
----
Setelah dari counter, mereka ke stand sepatu, tapi Dini hanya bengong.

"Katanya mau beli sesuai keinginan sendiri?"

"Aku sudah punya semuanya, bahkan ada yang belum aku pakai. Ke stand baju yuk."

Naufal mengikuti Dini, tapi di situ sama saja, tidak membeli apa-apa. Pindah lagi ke stand aksesoris, terus stand makanan. Sama saja.

"Mau jalan lagi? Kita sudah muter-muter tapi kamu nggak beli apa-apa. Kamu nggak capek apa?"

"Capeklah, laper lagi.Ternyata aku nggak tahu apa yang aku butuhkan ya, bingung."

Naufal membuaang pandangan ke samping.

"Aha.....aku tahu apa yang kamu butuhkan. Ikut aku."

Dengan langkah gontai Dini mengikuti Naufal yang berjalan cepat.

-----

Hemh....apa ya yang akan dilakukan Naufal?
Silahkan krisannya.



next

Ketika Dini Jatuh Cinta (sudah dibukukan )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang