Keputusan Yang Diambil

43.2K 6.2K 418
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Delisha menggenggam erat tangan Ibunya yang terbaring lemas di atas ranjang rumah sakit. Belum sembuh luka yang ditorehkan Arion kepadanya kini luka itu bertambah lagi saat dia mengetahui kalau ternyata Ibunya yang begitu dia cintai dan sayangi dengan keikhlasan hati mengidap kanker otak stadium tiga. Satu hari setelah pengakuan Arion kepada kedua orangtuanya, Ibunya tiba-tiba pingsan setelah melaksanakan salat subuh. Ayahnya sempat melakukan pemeriksaan dan memberi penanganan namun Ibunya tidak kunjung sadar akhirnya Ibunya dilarikan ke rumah sakit.

Dia dan Reza sungguh terkejut saat tahu kalau ternyata Ibunya yang selalu terlihat sehat di depan mereka tengah mengidap penyakit yang menakutkan. Walaupun  Ayah dan Ibunya berkata kalau kanker itu bisa disembuhkan tapi tetap saja ia dan Reza begitu merasa ketakutan karena setiap tahunnya ada sekitar 12760 orang di seluruh dunia meninggal karena kanker otak.

Apa yang sudah dia berikan kepada ibunya selain luka? Belum ada. Sungguh dia berharap kepada Allah untuk mengangkat penyakit itu dari Ibunya.

"Sayang," Citra memanggil Delisha dengan suara lirih senyuman terukir di wajahnya yang pucat, "Jangan terus memikirkan apa yang kini bersarang di kepala Ummi. Ummi baik-baik saja sayang. Allah pasti akan menyembuhkannya. Kamu harus ingat kamu tidak boleh banyak pikiran itu tidak baik untuk kesehatan janin kamu."

Delisha memaksakan bibirnya untuk tersenyum, "Iya Ummi. Ummi juga tidak usah terus memikirkan apa yang telah terjadi padaku. Sungguh Delisha telah ikhlas menerima ini semua. Delisha akan berusaha untuk menjadi Ibu yang baik untuk calon buah hati Delisha. Ummi dan Abi pasti akan menjadi Nenek dan Kakek yang hebat dan Reza akan menjadi Om yang menyebalkan."

Citra ikut tersenyum mendengarnya, "Bukan hanya menyebalkan sayang tapi juga galak."

Keduanya berusaha tersenyum di atas luka yang menghancurkan hati mereka.

"Apa yang sedang kalian bicarakan? Tawa kalian terdengar begitu merdu," ucap Danang setelah terlebih dahulu mengucapkan salam. Dia baru kembali dari masjid dengan lembut Danang mencium kening Citra dan mengecup pucuk kepala Delisha sedangkan Reza yang juga baru datang dari masjid mencium punggung tangan Citra dan Delisha.

"Sesuatu yang membahagiakan," jawab Citra dengan suara yang pelan namun senyuman masih menghiasi wajahnya yang pucat pasi.

"Tidak maukah kamu membagi kebahagiaan itu padaku dan Reza, sayang." Danang mendudukkan tubuhnya di samping tubuh Citra.

Citra meraih tangan Danang. Dia menggenggam tangan suaminya dengan lembut. Matanya menatap mata suaminya penuh cinta, "Sebentar lagi kita akan menjadi Nenek dan Kakek. Aku sungguh merasa bahagia."

Delisha langsung menundukkan kepalanya. Dia seka air mata yang membasahi pipinya. Reza pun langsung mengalihkan pandangannya dari kedua orangtuanya yang mengukir senyum namun terlihat jelas luka dari kedua mata mereka.

Danang membalas genggaman tangan Citra, "Kalau kamu merasa bahagia kamu harus sehat. Aku yakin kita pasti akan dikaruniai cucu kembar jadi kita harus mempersiapkan tenaga kita untuk menggendong keduanya."

Citra terkekeh geli namun matanya meneteskan air mata. Danang menyekanya, "Tidurlah sayang. Kamu perlu banyak istirahat."

Citra mengangguk, "Tapi ketika aku telah tidur kalian pun harus pulang biar suster yang menemaniku. Sama halnya denganku kalian pun butuh banyak istirahat."

Shalawat Cinta Delisha | S1 & S2 | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang