Janji Yang Terucap

47.5K 6.7K 521
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"Apa kamu ingin menjadi dokter?" tanya Danang pada Reza.

Reza mengangguk, "Ya Abi. Aku ingin menjadi dokter seperti Abi dan Ummi."

"Ketika kamu ingin menjadi dokter keinginan itu harus muncul dari dalam hatimu sendiri bukan karena tekanan suatu masalah ataupun paksaan," ucap Danang dengan tegas. Dia tidak mau kalau sampai putra bungsunya terpaksa menjadi dokter karena masalah yang kini dihadapi keluarganya. Dia dan istrinya memang seorang dokter tapi mereka tidak mau memaksa anak-anak mereka untuk menjadi dokter karena cita-cita bukanlah sesuatu yang harus diturunkan.

"Keinginanku memang muncul dari dalam hatiku," Reza menjawab tak kalah tegas.

"Tapi bukannya kamu selalu bilang ke kakak kalau kamu nggak mau jadi dokter?" tanya Delisha penasaran.

"Hati manusia itu cepat sekali berubah. Dulu aku memang tidak menginginkannya tapi sekarang aku sangat menginginkannya."

"Apa yang membuatmu sangat menginginkannya?" tanya Citra lembut, "Apa karena sakit yang kini Ummi derita?"

"Alasan utamaku memang itu. Aku ingin menjadi dokter yang hebat demi Ummi dan demi orang-orang yang sangat aku sayangi dan cintai. Awalnya aku memang merasa kalau profesi menjadi dokter itu sangat menyebalkan karena seorang dokter harus selalu berkutat dengan orang-orang sakit yang tak jarang akan sangat bersikap menyebalkan. Aku masih sangat ingat saat Abi dicaci maki tepat di depanku karena operasi yang Abi pimpin tak berjalan sesuai harapan. Aku juga masih sangat ingat saat ada seorang ibu-ibu paruh baya yang menyalahkan Ummi atas kegagalan persalinannya. Padahalkan hakikatnya dokter hanyalah membantu tapi tetap Allah lah penentu segalanya."

Reza menghentikan ucapannya sejenak. Dia mendekat ke arah Ibunya. Dia peluk bahu Ibunya dengan erat, "Tapi saat aku tahu Ummi sakit aku berpikir pekerjaan sebagai dokter itu sangat mulia. Disaat kita dapat menyembuhkan suatu penyakit atas ijin Allah sebenarnya bukan cuma satu nyawa yang kita selamatkan tapi bisa jadi lebih dari itu karena ketika ada seorang Ibu atau seorang Ayah meninggal karena suatu penyakit anak yang mereka tinggalkan bisa jadi kehilangan arah hingga akhirnya dia memilih untuk memasuki dunia yang seharusnya tak dia pilih dan akhirnya nyawa dia menghilang dalam kehinaan. Dan aku baru ingat kalau ilmu kedokteran mendapatkan kedudukan yang tinggi di dalam agama Islam jadi apa salahnya aku berjuang untuk mendapatkan ilmu itu dan aku akan berusaha ikhlas untuk mempelajarinya berharap Allah akan mengijinkan aku untuk menjadi dokter yang dapat mendedikasikan ilmunya untuk orang banyak."

"Tapi kalau kamu kuliah di Singapura akan sulit bagimu untuk dapat praktek di negeri sendiri kalau memang kamu benar-benar ingin menjadi dokter kuliahlah di sini," ucap Danang memberi masukan, "Tinggalah bersama Om Wirlan bila memang kamu ingin kuliah di UI atau tinggalah bersama Budhe Shila bila memang kamu ingin kuliah di UGM."

Reza menggeleng, "Aku ingin kuliah di Singapura dan akupun akan praktek di sana bukan karena aku tidak cinta tanah air tapi karena orang-orang yang sangat aku cintai akan menetap di sana."

Mata Citra berkaca-kaca begitupun dengan Delisha. Dengan lembut Citra mencium pucuk kepala Reza, "Semoga Allah meridhoi niatmu."

***

Pada pukul tiga dini hari Arion terbangun dari tidurnya untuk melaksanakan salat malam. Dalam keheningan malam dia memohon pengampunan kepada Sang Maha Pengampun dan dalam keheningan malam dia memohon kepada Sang Maha Mencintai agar menumbuhkan cinta di hati seseorang yang dia cintai.

Shalawat Cinta Delisha | S1 & S2 | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang