بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Setelah dari kediaman Nayla siang tadi Arion memutuskan untuk menemui salah satu sahabatnya yang Arion rasa paham dengan agama. Dulu saat kuliah dialah yang cukup rajin menceramahi Arion tentang betapa sempurnanya agama Islam. Dia adalah seseorang yang dulu pernah berkata padanya kalau Allah itu bukan tidak bisa terlihat namun kemampuan mata manusialah yang tak mampu melihatnya karena manusia diciptakan dengan segala keterbatasan. Dia adalah Ilham, satu-satunya sahabatnya yang berasal dari Indonesia di kala dia masih menempuh pendidikan di Harvard Graduate School of Business.
"Aku sungguh bahagia mendengar kabar keislamanmu. Selamat akhirnya hidayah sampai kepadamu. Oh iya ada apa kau ingin bertemu denganku? Aneh sekali rasanya seorang Arion pemimpin perusahaan multinasional meminta bertemu denganku yang bukan apa-apa."
"Jangan merendahkan diri sendiri. Aku tahu kau kini telah berhasil di bidang kuliner. Berapa rumah makan Padang yang sudah kau miliki? Seratuskah, tiga ratuskah atau lebih dari itu. Rumah makan Padangmu yang telah tersebar di seluruh Nusantara dan Asia bahkan mencangkup beberapa negara Eropa meraup keuntungan hingga mencapai setengah miliar dolar atau setara dengan tujuh triliun," jelas Arion. Dia tahu banyak tentang sahabatnya ini. Ilham berasal dari Padang. Dia sangat mencintai masakan Padang dan saat mereka masih bersama-sama duduk di bangku kuliah Ilham selalu berkata kalau dia akan membangun usaha rumah makan Padang hingga ke negeri orang dan ternyata cita-citanya yang mungkin dulu banyak ditertawakan kini telah membuahkan hasil.
"Kau masih Arion yang dulu. Selalu tahu banyak hal. Padahal saudara dekatku saja tidak tahu akan hal itu mereka hanya tahu kalau si Ilham lulusan dari Harvard Graduate School of Business hanya mampu menjadi penjual nasi Padang."
"Mereka tidak tahu karena kau tidak mau menunjukkan keberhasilanmu pada mereka."
"Untuk apa aku tunjukkan keberhasilanku pada mereka? Semua yang aku miliki sekarang adalah milik Allah dan Allah bisa kapan saja mengambilnya dariku. Oh iya kita kembali ke topik utama ada apa kau meminta bertemu denganku? Apa kau merindukanku?"
Arion tersenyum tipis, "Salah satunya itu tapi tujuan utamaku menemuimu karena aku ingin bertanya tentang sesuatu hal."
"Apa?"
"Bagaimana hukumnya anak diluar pernikahan? Apa benar anak hasil diluar pernikahan tidak bernasab pada Ayahnya."
Ilham mengangguk, "Empat mahzab yaitu Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali telah sepakat. Anak hasil zina tidak memiliki nasab dari pihak laki-laki. Yang artinya si anak itu tidak memiliki bapak. Meskipun si laki-laki mengakui dialah yang telah membuat wanita itu hamil. Tetap pengakuan itu tidak sah karena anak tersebut hasil hubungan di luar nikah."*
"Ke..kenapa bisa seperti itu?"
"Karena dalam hadits riwayat Ahmad, Abu Daud, dihasankan al-Abani serta Syuaib Al-Arnauth, 'Nabi Shalallahu alaihi wassalam memberi keputusan bahwa anak dari hasil hubungan dengan budak yang tidak dia miliki, atau hasil zina dengan wanita merdeka tidak dinasabkan kepada bapak biologisnya dan tidak mewarisinya' yang artinya si ayah biologis sama sekali tidak memiliki hak atas anak tersebut. Bila anak tersebut perempuan si ayah tidak berhak menjadi wali nikah si anak karena di mata agama anak itu tidak memiliki ayah, jadi yang berhak menjadi wali nikahnya adalah wali hakim dan si anak sama sekali tidak memiliki hak untuk menerima waris dari ayah biologisnya."
Arion tercengang. Rasa sakit menyergap hatinya dengan sedemikian rupa. Jalan yang telah dia pilih untuk memiliki Delisha benar-benar keliru. Bukan hanya Delisha yang telah dia sakiti dengan sedemikian rupa namun kelak anaknya pun akan ikut merasakan sakit yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shalawat Cinta Delisha | S1 & S2 | END
SpiritüelSequel Air Mata Cinta | Dewasa Demi rasa yang tersimpan di dalam hatinya dia melampaui batasan. Dia menghalalkan cara yang tak seharusnya dia lakukan untuk dapat memiliki dia yang dicintai. Dengan teganya dia menodai dia yang dicintainya. Berharap...