Malam Yang Pekat

49K 5.8K 612
                                    

Sebelumnya saya mohon maaf untuk pihak-pihak yang merasa tidak nyaman dengan apa yang saya tulis. Sungguh tidak ada niatan sedikitpun dari saya untuk menjatuhkan harga diri seorang wanita muslimah. Cerita ini hanya fiktif belaka. Semoga apa yang baik di dalamnya bisa diambil untuk dijadikan pembelajaran dan semoga kita terhindar dari segala keburukkan yang terdapat di dalamnya. Bacalah bila memang ingin membacanya dan jauhilah bila memang tidak ingin membacanya. Jangan paksa diri kalian untuk menyukai apa yang pada kenyataannya tidak kalian sukai dan jangan juga paksa orang lain untuk menyukai apa yang kalian sukai.

Selamat Membaca 😊

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Prang....
Gelas yang tengah Citra pegang tiba-tiba terlepas dari tangannya. Danang dan Bi Asih yang mendengar suara barang pecah langsung menghampiri Citra yang tengah berjongkok di depan serpihan gelas itu.

"Apa yang terjadi?" tanya Danang khawatir.

"Ti..tidak tahu. Tiba-tiba gelas ini terlepas dari peganganku," Citra berucap lirih. Tidak tahu kenapa tiba-tiba dia merasa sesuatu yang buruk tengah terjadi pada Delisha.

"Biar Bibi saja yang bersihkan," ucap Bi Asih yang sudah membawa sapu, lap dan serokan.

Citra menggeleng. Dia tetap memunguti serpihan gelas-gelas itu, "Aww..." ringis Citra saat tangannya terluka dan mengeluarkan darah.

Danang langsung meraih tangan Citra. Meminta Citra untuk berdiri dan meminta Bi Asih untuk membersihkan serpihan gelas tersebut.

"Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Danang sambil menekankan kapas di jari Citra yang terluka agar pendarahan segera berhenti.

Citra diam. Matanya menatap kosong ke arah pintu.

"Citra istriku tersayang," ucap Danang berusaha untuk mengambil alih perhatian istrinya, "Katakan apa yang sedang kamu pikirkan?"

Citra menggeleng lemah, "Tidak ada."

"Jangan berbohong padaku. Beritahu aku apa yang kini mengganggu pikiranmu?"

"Delisha..."

"Ada apa dengan Delisha?" Danang mendudukkan Citra di atas sofa.

"A..aku takut sesuatu hal yang buruk terjadi padanya. Kemarin malam aku bermimpi dia melepas Khimar serta cadarnya di depan seorang laki-laki...tapi aku tidak tahu siapa laki-laki itu. A..aku sudah meminta Delisha untuk kembali menggunakan khimar serta cadarnya namun Delisha menolaknya...dan laki-laki itu membawa Delisha.." tangis Citra pecah. Apa yang telah dia mimpikan sungguh terasa begitu nyata.

Danang membawa tubuh bergetar istrinya ke dalam pelukannya, "Itu hanya mimpi sayang. Delisha kita pasti baik-baik saja. Allah akan selalu menjaganya."

"Ta.. tapi Mas...."

"Sudah malam. Lebih baik kita tidur. Esok Delisha kita akan pulang."

Citra mengangguk. Dalam hati dia tidak berhenti berdoa meminta kepada Allah untuk melindungi putrinya dari segala keburukkan dunia.

🌿🌼🌿

Hatinya hancur. Apa yang telah dia jaga kini telah terenggut dari dirinya. Kenapa Allah tidak menolongnya? Pertanyaan itulah yang kini tengah memenuhi relung hatinya, hingga hatinya terasa begitu sakit.

Sedari kecil tidak pernah sekalipun dia menunjukkan auratnya kepada seseorang yang bukan mahramnya. Dia selalu menjaga dirinya dari pandangan lelaki yang bukan mahramnya berharap kehormatannya sebagai wanita terlindungi namun kini yang terjari kehormatannya malah terenggut secara paksa dari dirinya.

Shalawat Cinta Delisha | S1 & S2 | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang